Seorang warga di Kendal, Sumani, mengeluh ijazah anaknya tak bisa diambil. Pasalnya, dirinya belum melunasi sumbangan sukarela anaknya di SMPN 3 Weleri.
Warga Desa Sidomukti, Kecamatan Weleri ini mengaku sudah dua tahun atau sejak lulus tahun 2022, ijazah anaknya, Novi Lavia Ditaleni, masih tertahan di sekolahnya.
Alasan ijazah belum terambil, ungkap Sumani, karena dia belum cukup uang untuk membayar sisa sumbangan sukarela. Masih ada Rp 600 ribu dari total Rp 1 juta yang belum terbayarkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anak saya lulus tahun 2022, jujur saja saya memang belum bisa mengambil ijazahnya karena memang belum mampu bayar sisa sumbangan sukarela kelulusan. Nilai sumbangan sukarelanya itu kan totalnya Rp 1 juta tapi saya sudah bayar Rp 400 ribu, jadi masih kurang Rp 600 ribu," kata Sumani kepada detikJateng di rumahnya di Desa Sidomukti, Kecamatan Weleri, Rabu (16/10/2024).
Sumani mengungkapkan, awalnya setelah anaknya Novi Lovia Ditaleni dinyatakan lulus, ia berniat mengambil ijazahnya. Saat itu, dirinya datang ke SMPN 3 Weleri menemui wali kelas anaknya, Tisha, dengan membawa uang Rp 300 ribu.
Berbekal uang Rp 300 ribu, Sumani berusaha menawar sisa sumbangan sukarela tersebut karena sudah tidak lagi memiliki uang.
"Niatan saya datang ke sekolah mau ambil ijazahnya Novi dengan bawa uang Rp 300 ribu untuk bayar sisa sumbangan sukarela. Saya ketemu sama wali kelasnya Bu Tisha dan saya tawar Rp 300 ribu sesuai kemampuan saya," jelasnya.
Namun usahanya sia-sia. Niatan untuk membayar sisa sumbangan sukarela justru ditolak wali kelasnya dengan alasan harus membayar penuh sebesar Rp 600 ribu.
"Tawaran Rp 300 ribu itu ditolak sama wali kelasnya dan tetap harus bayar kekurangannya dengan jumlah Rp 600 ribu," terangnya.
Beberapa minggu kemudian, Sumani kembali mendatangi wali kelas anaknya dengan membawa uang Rp 400 ribu, tapi tetap saja ditolak. Karena putus asa dan tidak punya uang lagi, Sumani memutuskan tidak lagi mengambil ijazah anaknya.
"Kalau tidak salah 3 minggu kemudian saya ke sekolah lagi dengan bawa uang Rp 400 ribu ternyata tetap saja ditolak sama Bu Tisha. Kulo pun pasrah pun boten gadhah arto, boten badhe mendet ijazah lare kulo (Saya sudah pasrah tidak punya uang, tidak berniat ambil ijazah anak saya)," tuturnya.
Hingga saat ini, ijazah milik anaknya masih tertahan di SMPN 3 Weleri karena Sumani sudah tidak memiliki uang sebesar itu untuk menebusnya.
Sumani berharap pihak sekolah memberikan kebijakan baik agar ijazah anaknya bisa diambil.
"Saya cuma bisa berharap pihak sekolah memberikan kelonggaran dan kebijakan yang baik agar ijazah anak saya bisa diambil," harap pria yang berprofesi sebagai buruh tani tersebut.
Bagaimana tanggapan kepala sekolah, bisa dibaca di halaman berikut:
Terpisah, Kepala SMPN 3 Weleri, Dwi Putri Mulat, menyebut dirinya tidak mengetahui dan tidak pernah melakukan penahanan ijazah anak didiknya. Ia mengaku sejak dirinya menjabat pada pertengahan tahun 2024, ia memerintahkan jajarannya tidak menahan ijazah para murid dengan alasan apapun.
"Saya kan di sini baru pertengahan tahun 2024 ini menjabat di sini, jadi saya tidak tahu kalau ada ijazah anak didik yang ditahan di sini. Karena selama sejak awal menjabat, saya sudah memerintahkan ke jajaran agar tidak boleh menahan ijazah siswa siswi di sini," kata Dwi Putri Mulat kepada detikJateng ditemui di ruang kerjanya, Rabu (16/10).
Dwi Putri juga mengaku dirinya tidak tahu jika masih ada ijazah atas nama Novi Lovia Ditaleni yang belum diambil lantaran masih ada tanggungan sumbangan sukarela Rp 600 ribu.
Ia menilai kemungkinan kondisi tersebut karena kebijakan kepala sekolah yang lama.
"Ya mungkin saja itu kebijakan yang dulu (kepala sekolah yang lama) tapi saya tidak mau menyalahkan atau menuduh yang dulu ya mas," sambungnya.
Dwi menegaskan sekolah tidak pernah mematok besaran sumbangan sukarela.
"Kami tidak pernah mematok besaran nilai sumbangan suka rela karena kan sifatnya seikhlasnya. Kalau nilainya sampai Rp 1 juta juga tidak mungkin," terangnya.
Karena itu, Dwi Putri menuturkan dirinya akan menanyakan klaim itu ke Tisha yang merupakan wali kelas Novi. Selain itu, ia juga berharap orang tua Novi bisa datang ke sekolah dan mengambil ijazah putrinya.
"Nanti saya akan kroscek masalah ini ke Bu Tisha, kebetulan beliaunya lagi acara MGMP. Saya juga berharap agar Pak Sumani bisa langsung mengambil ijazah anaknya ke sekolah tanpa dipungut biaya apapun alias gratis," katanya.
Lebih lanjut, Dwi mengungkapkan masih ada beberapa ijazah murid-murid SMPN 3 Weleri Kendal yang masih belum diambil. Ia tak merinci alasan masih menumpuk.
"Memang masih ada ijazah siswa yang masih menumpuk di sini tapi untuk jumlahnya saya belum tahu. Kalau alasannya tidak diambil, saya juga tidak tahu tapi di antara ijazah tersebut ada yang belum cap tiga jari dan anaknya sudah keburu kerja ke luar kota," ungkapnya.
Dwi berharap agar anak didiknya yang belum mengambil ijazah supaya segera mengambilnya.
"Monggo anak didik saya yang belum mengambil ijazah segera saja ijazahnya diambil di sini. Tidak perlu takut untuk membayar macam-macam, ini murni diberikan gratis karena itu hak siswanya," pungkasnya.