Sobokartti, Saksi Bisu Gugurnya 18 Pemuda Saat Pertempuran 5 Hari di Semarang

Sobokartti, Saksi Bisu Gugurnya 18 Pemuda Saat Pertempuran 5 Hari di Semarang

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Rabu, 16 Okt 2024 12:30 WIB
Gedung Cagar Budaya Sobokartti di Jalan Dr Cipto, Kelurahan Kebonagung, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, Selasa (15/10/2024).
Gedung Cagar Budaya Sobokartti di Jalan Dr Cipto, Kelurahan Kebonagung, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, Selasa (15/10/2024). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

Pertempuran 5 Hari di Semarang meninggalkan tempat-tempat yang menjadi saksi bisu perlawanan para pemuda melawan penjajah. Salah satunya yakni Sobokartti, yang hingga kini terus eksis menjadi hulu kebudayaan di Kota Semarang.

Bangunan berbentuk pendapa terletak di Jalan Dr Cipto, Kelurahan Kebonagung, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang. Sobokartti tampak ramai digunakan latihan menari remaja di Kota Semarang. Siapa sangka, bangunan sederhana tersebut menyimpan sejarah yang cukup panjang.

Alunan lagu Jawa mengalun indah menyambut para pengunjung yang singgah ke Sobokartti. Tak hanya belajar tarian tradisional, beberapa pengunjung juga tampak asyik menyantap hidangan di angkringan sekitar Sobokartti maupun duduk santai di bawah pohon besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak banyak dari mereka yang tahu, pohon rindang tersebut merupakan saksi bisu sejarah perjuangan para pemuda yang tetap tak menyerah dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada Pertempuran Lima Hari di Semarang.

"Saat pertempuran 5 hari, ada 18 pejuang tentara Indonesia yang gugur dan dimakamkan di samping Sobokartti, ditandai pohon beringin itu," kata Sekretaris Sobokartti, Darmadi, saat ditemui detikJateng di Sobokartti, Selasa (15/10/2024).

ADVERTISEMENT
Gedung Cagar Budaya Sobokartti di Jalan Dr Cipto, Kelurahan Kebonagung, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, Selasa (15/10/2024).Gedung Cagar Budaya Sobokartti di Jalan Dr Cipto, Kelurahan Kebonagung, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, Selasa (15/10/2024). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Dijelaskan Darmadi, pembentukan Sobokartti yang kini menjadi wadah perkumpulan seni budaya itu digagas KGPAA Mangkunagoro VII dan arsitektur Belanda, Thomas Karsten. Bangunan yang mulanya bernama Volkstheater Sobokartti itu dibangun sejak 1920 dan dapat digunakan sejak 5 Oktober 1929.

Thomas Karsten memadukan konsep seni pertunjukan Jawa yang biasa dipentaskan di pendapa dengan konsep pementasan teater barat. Pagelaran dilaksanakan di dalam gedung, dengan kursi penonton yang menunjukkan antidiskriminasi lantaran tak ada pemisah antara Belanda dan pribumi.

Sobokartti kemudian disebut menjadi saksi bisu para pemuda Semarang yang bersatu mengusir penjajah yang masih sempat menjadikan Sobokartti sebagai markas tentara Jepang. Para pemuda gigih mengusir mereka meski dengan keterbatasan senjata.

"Saat itu para pemuda yang tinggal di lingkungan Sobokartti berjuang dengan senjata seadanya. Dengan keterbatasan senjata mereka, karena panggilan jiwa mereka sehingga terjadi pertempuran yang tidak seimbang, terjadilah pembantaian," jelasnya.

Pertempuran itu berlangsung sangat menegangkan, terlebih Sobokartti dikepung dari berbagai sisi. Akhirnya, pertempuran 5 hari di Semarang pun berakhir dengan kemenangan pribumi pada 19 Oktober 1945.

Jenazah 18 pemuda Indonesia yang gugur saat berusaha merebut senjata dari tentara Jepang yang menjadikan Sobokartti markas mereka pun dikubur di halaman gedung Sobokartti.

Namun, pada 1960, sebanyak 12 jenazah para pemuda itu dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal Semarang sebagai 'pahlawan tak dikenal'. Sementara 6 jenazah lainnya dimakamkan dengan layak oleh keluarga mereka.

"Sampai sekarang bangunannya tidak berubah, masih bangunan lama. Hanya ada peninggian lantai untuk mencegah banjir, kemudian ada revitalisasi sekali 2008, itu mengganti atap sirap kayu menjadi genting," jelasnya.

Gedung Cagar Budaya Sobokartti di Jalan Dr Cipto, Kelurahan Kebonagung, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, Selasa (15/10/2024).Gedung Cagar Budaya Sobokartti di Jalan Dr Cipto, Kelurahan Kebonagung, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, Selasa (15/10/2024). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Hingga kini, bangunan itu pun tetap berfungsi sebagai hulu kebudayaan di Kota Semarang. Para pegiat seni senantiasa menggunakan Sobokartti untuk melestarikan seni tradisional Jawa seperti karawitan, tari tradisional, wayang, hingga pranatacara.

"Kami sebagai pengurus Sobokartti tetap konsisten dalam pelestarian dan apresiasi seni budaya di negeri sendiri. Ada pelatihan seni tari, karawitan, dalang, pranatacara, dan batik. Kebanyakan pegiat seninya anak muda," tuturnya.

Ia pun berharap, salah satu cagar budaya di Kota Semarang itu bisa terus diperhatikan pemerintah. Darmadi mengusulkan pengadaan juru pelihara untuk merawat gedung yang menyimpan segudang sejarah tersebut.

"Dulu ada penempatan juru pelihara untuk mengawasi dan merawat gedung, tapi 2016 sudah ditiadakan dan kita mandiri merawat dan mencoba tetap eksis di seni budaya. Harapannya pemerintah bisa menempatkan lagi juru pelihara," harapnya.




(apl/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads