Kawasan Tugu Muda Kota Semarang bak lautan orang malam ini. Ribuan warga Kota Semarang tumpah ruah menonton drama teatrikal Pertempuran 5 Hari di Semarang.
Acara peringatan Pertempuran 5 Hari di Semarang dimulai dengan upacara peringatan di Tugu Muda, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan. Pada detik-detik Pertempuran 5 Hari di Semarang, terdengar sirine sekaligus suara senjata.
Suasana mencekam menyelimuti Kota Semarang malam itu. Lampu di sekitar Tugu Muda dipadamkan, membuat cahaya obor tampak lebih menyala.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai sirine dimatikan dan doa dilantunkan, drama teatrikal dimulai. Gerombolan pemeran drama yang telah bersolek bak masyarakat yang tengah dijajah itu berbondong-bondong mengambil tempat.
Masyarakat Kota Semarang dari berbagai usia tampak fokus menonton drama yang mereka pentaskan. Beberapa orang tua juga sengaja mengajak anaknya agar sejarah Pertempuran 5 Hari di Semarang itu tetap terawat dalam ingatan.
Drama dimulai dengan wajah sumringah masyarakat dan suasana gembira akan kabar kemerdekaan Indonesia. Sayangnya, suasana gembira itu tak berlangsung lama, saat tiba-tiba santer kabar para tawanan Jepang melarikan diri dari Penjara Bulu Semarang.
Rupanya, ketegangan berlanjut saat terdengar kabar terkait resevoir atau cadangan air minum di daerah Candi yang diracun, Kampung Batik dan Sobokarti yang juga dibakar pasukan Jepang.
Puncaknya, dr. Kariadi yang ingin memeriksa reservoir Candi justru dibunuh tentara Jepang. Hal tersebut menjadi pemicu yang memperhebat pertempuran, ditambah pasukan Jepang tetap melakukan pertempuran usai perundingan gencatan senjata di Candi Baru.
Pertempuran lima hari yang diwarnai kematian para pribumi itu pun akhirnya diakhiri dengan kemenangan masyarakat Kota Semarang yang tak pernah menyerah. Aksi teatrikal lantas ditutup dengan pentas kembang api yang menambah euforia masyarakat usai Indonesia berhasil mengalahkan pasukan Jepang.
![]() |
Salah satu peserta drama yang berperan sebagai Gubernur Wongsonegoro, Hafizh Fadhlur Rohman menjelaskan, pentas berdurasi sekitar 40 menit itu telah dipersiapkan sejak tiga minggu lalu. Ada sekitar 120 siswa SMP, SMA, dan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 yang ikut jadi menjadi pemeran.
"Tahun ini ada perubahannya cukup signifikan, hampir 70 persen berubah, lebih banyak ceritanya sekarang. Mungkin karena dari sutradara ingin bikin suatu hal yang baru," ungkapnya di lokasi, Senin (14/10/2024).
Hafizh yang telah enam kali ikut bagian dalam drama teatrikal sebagai gubernur itu mengaku ikut bahagia bisa mementaskan drama Pertempuran 5 Hari di Semarang dan menyebarkan sejarah kepada masyarakat.
"Ini sebuah upaya buat anak-anak muda untuk mengingat jasa-jasa para pahlawan yang sudah mendahului kita. Ini bukan hanya sebuah pentas tapi juga tugas negara," tuturnya.
"Kenapa tempatnya di sini (Tugu Muda) agar feel-nya lebih dapat, kalau di di teater kan kayak kurang. Jadi ini upaya merawat sejarah dari para pemuda," sambungnya.
Sementara itu, salah satu warga asal Kelurahan Lamper Lor, Kecamatan Semarang Selatan, Dwi Retno (52) mengaku sangat senang bisa ikut kembali memperingati Pertempuran 5 Hari di Semarang.
"Setiap tahun saya selalu nonton, karena kan semangat perjuangan, bentuk terima kasih kepada pahlawan," tutur Retno.
Ia bahkan mengajak anaknya yang menginjak usia 22 tahun agar bisa ikut mengenal sejarah dari tempat ia tinggal. Retno bahkan rela berdesakan dengan penonton lainnya sejak pukul 19.00 WIB hingga sekitar pukul 21.00 WIB malam ini.
"Kalau dulu khidmat sekali ada suara meriam, sekarang nggak ada, diganti kembang api, jadi kehilangan lah kayak ada yang kurang. Terus kerasa banget kalau dulu dibuat gelap karena zaman dahulu nggak ada listrik, pas dulu ada meriam semua langsung diam," jelasnya.
Meski begitu, ia tetap senang masih bisa memperingati momen bersejarah yang sangat penting bagi masyarakat Kota Semarang. Ia berharap, drama teatrikal itu bisa terus dilangsungkan tiap tahunnya.
(afn/afn)