Profil Dokter Kariadi yang Gugur Tertembak Saat Pertempuran 5 Hari di Semarang

Profil Dokter Kariadi yang Gugur Tertembak Saat Pertempuran 5 Hari di Semarang

Anindya Milagsita - detikJateng
Senin, 14 Okt 2024 18:49 WIB
Ilustrasi Dokter Kariadi
Ilustrasi dokter Kariadi. Foto: dok. Dinas Kebudayaan Jogja
Solo -

Pertempuran 5 Hari di Semarang menjadi salah satu bagian dari sejarah Indonesia yang perlu dikenang hingga kini, tidak terkecuali perjuangan yang telah dilakukan oleh Dokter Kariadi. Namun, mungkin tidak sedikit orang yang belum mengenal Dokter Kariadi, sehingga berikut akan disampaikan sekilas mengenai profilnya.

Dikutip dari buku 'Ringkasan Pengetahuan Sosial' karya Rachmat, dijelaskan bahwa Pertempuran 5 Hari di Semarang berlangsung mulai tanggal 15 Oktober 1945 silam. Peristiwa itu dipicu oleh sebuah isu yang beredar di kalangan masyarakat Candi wilayah Semarang bahwa cadangan air minum yang selama ini telah terkontaminasi oleh racun. Namun, kecurigaan masyarakat mengarah pada pihak Jepang yang menjadi dalang di balik situasi tersebut.

Akibat dari peristiwa tersebut, terdapat seorang dokter bernama Kariadi yang harus kehilangan nyawanya. Lantas siapakah Dokter Kariadi? Sebagai cara untuk mengenal sosoknya secara lebih dekat, terdapat profil Dokter Kariadi yang perlu diketahui oleh masyarakat. Simak baik-baik penjelasannya berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Profil Dokter Kariadi

Sebelum mengetahui kaitan Dokter Kariadi dengan Pertempuran 5 Hari di Semarang, terlebih dahulu mari mengenal sosoknya yang telah mengabdi di bidang kesehatan untuk masyarakat. Diungkap dalam laman resmi Provinsi Jawa Tengah, Kariadi lahir di tanggal 15 September 1905 silam. Sosoknya lahir dan dibesarkan di wilayah Malang, Jawa Timur.

Sementara itu, menurut buku 'Kiprah Dokter NIAS-Djakarta Ika Daigaku dalam Sejarah Republik Indonesia' oleh Indropo Agusni, Kariadi merupakan sosok yatim piatu yang telah kehilangan kedua orang tuanya sejak usia tergolong muda. Sebagai sosok yang tertarik dengan dunia kesehatan, Kariadi berhasil diterima dalam angkatan ke-9 di Sekolah Kedokteran NIAS yang terletak di Surabaya. Kemudian Kariadi berhasil lulus sebagai dokter pada angkatan ke-99 di tahun 1931 silam.

ADVERTISEMENT

Perjalanan karier Kariadi justru dimulai saat dirinya mendapatkan tugas untuk mengabdikan diri di Manokwari. Di sana dirinya harus berjuang sebagai seorang dokter di tengah situasi dan akses yang cenderung sulit. Bahkan Kariadi harus fokus terhadap pengabdiannya kepada masyarakat yang saat itu tengah dilanda wabah malaria. Setelah menikah dengan Soenarti yang merupakan seorang dokter gigi, Kariadi membawa keluarga kecilnya ke Martapura, Kalimantan.

Pengabdian Kariadi terus berlanjut karena pada era tahun 1940-an, masyarakat di Kalimantan banyak yang terkena malaria hingga penyakit kaki gajah. Namun, sejumlah dokter saat itu mengalami situasi sulit karena mendapatkan teror dari sejumlah tentara Jepang banyak mengincar kaum intelek. Hal inilah yang membuat Kariadi memilih untuk mengungsi ke Malang.

Kemudian sejak pertengahan tahun 1942, Kariadi mendapatkan tugas untuk menjadi kepala laboratorium di salah satu Rumah Sakit Umum yang juga disebut sebagai Purusara di wilayah Semarang. Keahlian Dokter Kariadi dalam menangani kasus malaria, membuatnya berhasil menjabat sebagai Kepala Djawatan Pemberantasan Malaria. Di tengah kariernya yang cukup gemilang sebagai seorang dokter, Kariadi justru mengalami nasib yang buruk menjelang akhir tahun 1945 silam.

Perjuangan Dokter Kariadi Saat Pertempuran 5 Hari di Semarang

Nasib buruk yang dimaksud berkaitan dengan sebuah situasi yang terjadi di Semarang pada bulan Oktober 1945 silam. Menurut buku 'Cerita Perang Kemerdekaan Indonesia' oleh Mudjibah Utami, dijelaskan bahwa Dokter Kariadi ditugaskan untuk memeriksa sebuah reservoir air yang ada di wilayah Candi Lama, Semarang. Pada saat itu muncul dugaan reservoir tersebut telah diberi racun oleh pihak Jepang.

Sebagai informasi, reservoir ada sumber air minum yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat Semarang pada saat itu. Mendengar hal tersebut, Dokter Kariadi bergegas untuk pergi memeriksa reservoir tadi. Meskipun sempat dicegah oleh keluarganya, tetapi Dokter Kariadi berusaha mengutamakan kepentingan masyarakat. Hal ini dikarenakan tengah terjadi pecah senjata antara rakyat dan tentara Jepang.

Dokter Kariadi tetap memutuskan untuk berangkat bersama dengan seorang tentara pelajar. Sayangnya, keputusan tersebut justru membuatnya mengalami peristiwa buruk yang mampu menghilangkan nyawanya. Saat sedang berada di tengah-tengah perjalanan, mobil yang ditumpangi oleh Dokter Kariadi ditembaki oleh pasukan Jepang. Walaupun sempat dilarikan di rumah sakit, sayangnya nyawa Dokter Kariadi tidak dapat diselamatkan. Dokter Kariadi dinyatakan meninggal dunia pada usia yang tergolong muda yaitu 40 tahun.

Berita tentang kepergian Dokter Kariadi menyebar dengan cepat di kalangan masyarakat dan mampu memicu kemarahan oleh mereka. Tak sampai di situ saja, serangan yang dilakukan oleh Jepang juga tak henti-hentinya dilakukan. Situasi ini mendesak rakyat terlibat dalam pertempuran di berbagai penjuru Kota Semarang.

Pertempuran tersebut berlangsung selama 5 hari yang dimulai dari tanggal 15 Oktober 1945 dan baru berakhir pada 19 Oktober 1945 setelah pihak Sekutu berhasil mempercepat perundingan di antara rakyat Indonesia dan pasukan Jepang. Peristiwa pertempuran tersebut yang kini lebih dikenal sebagai Pertempuran 5 Hari di Semarang.

Sebagai cara untuk mengenang kejadian Pertempuran 5 Hari di Semarang, pemerintah membangun sebuah monumen bernama Tugu Muda. Monumen tersebut dibangun pada 10 November 1950 dan baru diresmikan 3 tahun kemudian oleh Presiden Soekarno yang pada saat itu masih menjabat. Tidak hanya meresmikan Tugu Muda, Dokter Kariadi yang gugur saat pertempuran terjadi juga diabadikan namanya sebagai rumah sakit di Semarang sebagai cara untuk mengenang jasanya terhadap rakyat.

Itulah tadi sekilas profil Dokter Kariadi lengkap dengan kisah perjuangannya yang berkaitan dengan peristiwa Pertempuran 5 Hari di Semarang. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan bagi detikers, ya.




(par/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads