- Sejarah Pertempuran 5 Hari di Semarang 1. Kabar Sumber Air Dirusak oleh Pasukan Jepang (14 Oktober 1945) 2. Pertempuran Dimulai (15 Oktober 1945) 3. Pertempuran Meluas ke Berbagai Titik Kota (16-17 Oktober 1945) 4. Gencatan Senjata dan Kedatangan Pasukan Sekutu (19-20 Oktober 1945)
- Peran dr Kariadi dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang
- Dokter Kariadi Diabadikan Menjadi Nama Rumah Sakit
Tepat 79 tahun yang lalu, pertempuran lima hari di Semarang pecah. Pertempuran pemuda Semarang melawan pasukan tentara Jepang ini terjadi pada 15-20 Oktober 1945 lalu. Pemicunya adalah kematian seorang tokoh bernama dr Kariadi.
Peristiwa pertempuran 5 hari tersebut sangat membekas bagi masyarakat di Kota Semarang. Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibangunlah Tugu Muda di pusat kota. Dikutip dari laman resmi Badan Otorita Borobudur, monumen tersebut diresmikan oleh Presiden Sukarno pada 20 Mei 1953. Tugu Muda dihiasi dengan relief yang menggambarkan perjalanan sejarah pertempuran tersebut, termasuk perjuangan, korban, hingga kemenangan rakyat Semarang.
Mari kita mengenang kembali bagaimana pertempuran 5 hari di Semarang dengan menyimak penjelasan yang dihimpun detikJateng dari laman resmi Ensiklopedia Sejarah Indonesia oleh Kemdikbud, Pemerintah Kota Semarang, serta Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta berikut ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Pertempuran 5 Hari di Semarang
Berikut ini adalah sejarah pertempuran 5 hari di Semarang yang disusun berdasarkan kronologinya.
1. Kabar Sumber Air Dirusak oleh Pasukan Jepang (14 Oktober 1945)
Pada 14 Oktober 1945, tersebar kabar bahwa pasukan Jepang telah meracuni sumber air minum di kawasan Candi, Semarang. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat, terutama karena sumber air tersebut sangat penting untuk kehidupan sehari-hari. Berita ini memicu kegelisahan, dan pihak pemerintah setempat segera mengambil tindakan.
Untuk memeriksa kebenaran kabar tersebut, dr Kariadi, Kepala Laboratorium Malaria di Rumah Sakit Rakyat Semarang, ditugaskan untuk memeriksa kondisi air minum tersebut. Namun, di tengah perjalanan, dr Kariadi dicegat dan ditembak mati oleh tentara Jepang. Kematian dr Kariadi langsung menyebar luas dan membangkitkan amarah masyarakat serta pemuda Semarang.
2. Pertempuran Dimulai (15 Oktober 1945)
Pada 15 Oktober 1945, amarah warga Semarang atas kematian dr Kariadi memuncak. Pemuda-pemuda Semarang bersama Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bersiap untuk melawan pasukan Jepang yang saat itu masih ada di Semarang. Pada hari itu, pasukan Jepang yang dipimpin oleh Mayor Kido Shinichiro melakukan serangan mendadak ke pusat kota, termasuk daerah Kintelan, Pandanaran, Jombang, dan Simpang Lima.
Pertempuran pertama pecah ketika pasukan Jepang menyerang markas polisi dan TKR di beberapa titik di kota. Mereka berhasil menangkap dan mengeksekusi beberapa pemuda. Namun, pejuang Indonesia membalas serangan dengan membakar gudang amunisi Jepang di Semarang. Pertempuran mulai meluas ke berbagai bagian kota.
3. Pertempuran Meluas ke Berbagai Titik Kota (16-17 Oktober 1945)
Pada 16 Oktober 1945, pertempuran makin sengit ketika pasukan Jepang berhasil menduduki beberapa wilayah strategis di Semarang, seperti Candi Lama, Candi Baru, Simpang Lima, dan Pandanaran. Pasukan Jepang juga menyerang penjara Bulu dan melakukan eksekusi besar-besaran terhadap para tawanan.
Keesokan harinya, pada 17 Oktober 1945, Gubernur Jawa Tengah, K.R.M.T. Wongsonegoro, dibawa ke penjara Bulu oleh pasukan Jepang untuk menyaksikan mayat-mayat tentara Jepang yang telah terbunuh. Pada saat itu, Presiden Sukarno mengadakan perundingan dengan pasukan Jepang untuk menghentikan pertempuran, tetapi kesepakatan gencatan senjata baru tercapai beberapa hari kemudian.
4. Gencatan Senjata dan Kedatangan Pasukan Sekutu (19-20 Oktober 1945)
Pada 19 Oktober 1945, pasukan Jepang mencoba merebut pelabuhan Semarang. Kota Semarang saat itu hampir sepenuhnya berada di bawah pendudukan Jepang. Pada hari yang sama, kapal perang Sekutu, HMS Glenroy, tiba di Semarang membawa pasukan Brigade Inggris-India di bawah komando Brigadir Jenderal Bethell. Pasukan Sekutu ini datang untuk melucuti senjata Jepang.
Pada 20 Oktober 1945, diadakan perundingan antara pihak Indonesia, Jepang, dan Sekutu. Hasil dari perundingan ini adalah penghentian tembak-menembak dan permusuhan. Pasukan Jepang juga diminta untuk membebaskan tawanan dan menyerahkan persenjataan mereka kepada pihak Sekutu. Dengan perundingan ini, Pertempuran Lima Hari di Semarang resmi berakhir.
Peran dr Kariadi dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang
Kariadi adalah seorang dokter yang memiliki dedikasi luar biasa dalam bidang kesehatan. Lahir pada 15 Mei 1902, ia menyelesaikan pendidikan di Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) di Surabaya pada tahun 1931.
Setelah lulus, dr Kariadi mengabdi di beberapa daerah, mulai dari Malang, Martapura, hingga Manokwari. Selama bertugas di Manokwari, ia dikenal sebagai dokter yang sangat peduli terhadap masyarakat, terutama dalam menangani penyakit malaria yang mewabah di sana.
Pada masa pendudukan Jepang, dr Kariadi menjadi Kepala Laboratorium Malaria di Pusat Rumah Sakit Rakyat (Purusara), Semarang. Di sini, ia terus melanjutkan penelitiannya mengenai penyakit malaria dan berhasil menemukan obat alami dari minyak daun kenanga yang ia sebut Oleum Promicroscopiekar. Penemuan ini sangat berguna untuk pengobatan malaria pada saat itu.
Dedikasinya dalam bidang kesehatan tidak hanya diakui melalui penelitiannya, tetapi juga dalam sikapnya yang selalu membantu pasien tanpa memungut biaya. dr Kariadi dikenal sebagai dokter yang rela berkorban demi masyarakat, bahkan membiayai langsung pengobatan pasien yang kurang mampu. Kepahlawanannya tidak hanya diukur dari kontribusinya di dunia kesehatan, tetapi juga dari semangat pengorbanannya yang terus dikenang hingga saat ini.
Dokter Kariadi Diabadikan Menjadi Nama Rumah Sakit
Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya yang besar, dr Kariadi diabadikan sebagai nama rumah sakit utama di Kota Semarang, yaitu Rumah Sakit Umum Pusat dr Kariadi. Penamaan ini tidak hanya untuk mengenang pengorbanan dr Kariadi dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang, tetapi juga untuk menghargai dedikasinya sebagai dokter yang mengabdikan hidupnya bagi kesehatan rakyat Indonesia.
dr Kariadi dikenal bukan hanya sebagai pahlawan dalam perjuangan kemerdekaan, tetapi juga sebagai dokter yang berjasa dalam penanganan penyakit malaria dan filariasis. Ia berhasil menemukan formula obat dari minyak daun kenanga yang berguna untuk keperluan pemeriksaan mikroskopik. Sebagai dokter yang peduli pada masyarakat kecil, dr Kariadi sering memberikan pengobatan gratis bagi mereka yang tidak mampu.
Demikian penjelasan lengkap mengenai sejarah pertempuran 5 hari di Semarang yang terjadi pada 15-20 Oktober 1945 lalu. Semoga bermanfaat!
(par/rih)