Kenapa Orang Terlalu Sering Minta Maaf, Sorry Syndrome atau Rendah Hati?

Kenapa Orang Terlalu Sering Minta Maaf, Sorry Syndrome atau Rendah Hati?

Anindya Milagsita - detikJateng
Minggu, 06 Okt 2024 11:57 WIB
ilustrasi minta maaf
Ilustrasi minta maaf. Foto: Getty Images/iStockphoto/Vitalii Petrushenko
Solo -

Saat seseorang merasa bersalah atau berbuat salah biasanya akan meminta maaf kepada orang lain. Akan tetapi, bagaimana jika seseorang terlalu sering minta maaf?

Mengutip dari buku 'Panduan Mengelola Kemampuan Memaafkan dan Meminta Maaf' karya Munnal Hani'ah, meminta maaf adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang sebagai wujud kesopanan karena telah melakukan kesalahan maupun pelanggaran norma sosial. Meminta maaf juga biasanya dilakukan agar seseorang dapat kembali menjaga hubungan yang harmonis dengan orang-orang di sekitarnya.

Meskipun permintaan maaf menjadi salah satu sikap atau tindakan yang pasti pernah dilakukan oleh setiap orang, tetapi nyatanya tidak sedikit orang yang justru terlalu sering mengatakannya. Hal inilah yang mampu memicu pertanyaan apakah seseorang yang terlalu sering minta maaf merupakan bentuk kerendahan hati atau justru termasuk dalam sorry syndrom? Sebagai cara untuk mengetahui jawabannya, mari simak penjelasannya berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa Orang Terlalu Sering Minta Maaf?

Psychology Today menjelaskan tidak sedikit orang yang telah memiliki kebiasaan minta maaf sedari ia masih kecil. Hal tersebut terjadi lantaran orang tua mereka mengajarkan permintaan maaf sebagai wujud dari nilai kesopanan yang telah ditanamkan sejak dini. Inilah yang membuat permintaan maaf bagi sebagian orang dianggap sebagai sesuai hal yang baik karena cenderung disukai oleh orang lain dan telah menjadi hal yang umum dilakukan di dalam masyarakat.

Tidak hanya itu saja, ada sebagian orang yang menganggap minta maaf secara berlebihan atau terlalu sering sebenarnya menunjukkan keinginan yang tulus sekaligus wujud dari rasa hormat terhadap orang lain. Oleh sebab itu, mereka cenderung menganggap kalimat, "maafkan saya" atau "aku minta maaf" sebagai hal baik yang disukai.

ADVERTISEMENT

Kemudian dikatakan dalam laman Psych Central, seorang terapis bernama Jocelyn Hamsher mengungkap terlalu sering minta maaf biasanya disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya saja merasa bertanggung jawab atas sesuatu yang bukan tanggung jawabnya, menginginkan persetujuan dari orang lain, hingga merasa bersalah atas perilaku orang lain padahal mereka tidak merasa bersalah.

Namun demikian, ternyata terlalu sering minta maaf juga disebabkan oleh perasaan seseorang yang memiliki harga diri yang rendah. Mereka yang memiliki harga diri rendah cenderung merasa tidak layak atas berbagai macam hal. Sebut saja tidak layak untuk diberi perhatian, tidak layak diberi kesempatan, hingga tidak layak diberi ruang oleh orang lain.

Masih mengacu dari sumber sebelumnya, dijelaskan juga bahwa meminta maaf berlebihan juga memiliki dampak negatif lainnya yang sering kali tidak disadari oleh orang yang mengalaminya. Salah satunya keengganan untuk berkonflik. Orang yang terlalu sering minta maaf ingin menempatkan diri mereka dalam kondisi yang aman.

Tidak sedikit dari mereka yang justru melakukannya untuk menghindari tanggung jawab agar masalah bisa menghilang dengan segera. Sayangnya, situasi ini sering kali melibatkan kondisi saat mereka memang benar-benar melakukan kesalahan maupun tidak sama sekali.

Mengenal Sorry Syndrome

Lantas apakah terlalu sering minta maaf dapat termasuk sebagai sorry syndrome? Mengutip dari laman Positive Perception, kata 'maaf' biasanya diselipkan oleh sebagian orang saat meminta tolong sesuatu kepada orang lain. Misalnya saja saat seseorang ingin bertanya tentang sesuatu, kalimat yang diucapkan berupa, "Maaf, boleh saya bertanya?" atau saat seseorang ingin meminta tolong justru mengucapkan, "Maaf, boleh saya minta tisu?"

Kebiasaan tersebut dapat memicu sorry syndrome yang tanpa disadari memberikan efek bak dua mata pisau. Kata maaf yang digunakan terlalu sering bahkan untuk hal-hal kecil dapat membangun kepercayaan tertentu dalam kaitannya dengan seseorang dengan lingkungannya. Kemudian terlalu sering meminta maaf juga dapat meningkatkan rasa suka seseorang terhadap orang lain karena dianggap sebagai wujud kesopanan.

Akan tetapi, minta maaf berlebih juga merupakan kebiasaan yang tidak dibenarkan. Bahkan sebagian orang menganggap kata maaf atas hal-hal yang tidak diperlukan justru dianggap aneh.

Kemudian dijelaskan dalam laman Khaleej Times, sorry syndrome membuat seseorang mengalami sebuah respons otomatis terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Baik itu penyesalan maupun hal lainnya yang melibatkan situasi atau percakapan tertentu. Namun, kata maaf yang diucapkan tidak jarang bukanlah melibatkan sesuatu yang perlu dimaafkan.

Tanpa disadari kebiasaan minta maaf yang tidak perlu justru membuat orang yang melakukannya terus mengkritik dirinya sendiri dan menurunkan harga dirinya. Bahkan cara ini juga menekan perasaannya, sehingga dapat berdampak respons yang akan diterima dari orang-orang sekitarnya.

Meskipun minta maaf merupakan perilaku yang dibutuhkan, bukan berarti hal tersebut dapat dilakukan di setiap kesempatan. Sebaliknya, saat seseorang merasa kesulitan menghilangkan kebiasaan meminta maaf terlalu sering, jangan ragu berkonsultasi dengan ahli di bidang kesehatan mental atau profesional di bidang kesehatan lainnya agar dapat memilah kata tersebut secara lebih bijak.

Demikian tadi penjelasan mengenai alasan kenapa orang terlalu sering minta maaf dan kaitannya dengan sorry syndrome. Semoga informasi ini dapat membantu.




(par/par)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads