Desa Blendung, Kecamatan Ulujami, dulu dikenal sebagai desa penghasil bandeng terbesar di Kabupaten Pemalang. Namun, kini masa kejayaan itu hanya tinggal kenangan gegara banjir rob. Warga setempat pun secara swadaya membuat 'benteng' rob dari bambu.
Kala banjir rob melanda pada 2019, air laut naik ke daratan besar-besaran. Imbasnya, tambak bandeng nyaris habis akibat rob, para petambak, pemilik kebun melati, dan petani sawah pun kini banting setir menjadi buruh di kampung tetangga.
Warga pun tak mau berpangku tangan dan mulai berinisiatif membangun tanggul sederhana berbahan bambu. Tanggul yang rencananya dibuat sepanjang satu kilometer itu saat ini baru terealisasi sekitar 400 meter dengan tinggi sekitar 1,5 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Penanggulangan Rob Desa Blendung, Haryoto, menyebut pembangunan tanggul sederhana itu sebagai upaya menahan rob. Hal ini untuk mengantisipasi agar abrasi tak semakin menjadi.
"Abrasi yang kemudian berujung baiknya air laut di lahan pertanian, tambak dan permukiman warga juta rasakan sejak tahun 2019 lalu hingga saat ini. Terparah bulan Juni hingga Juli (2024)," kata Haryoto saat ditemui detikJateng, di kawasan pantai Desa Blendung, Kecamatan Ulujami, Pemalang, Selasa (10/9/2024).
Haryoto menyebut rob terparah yang masuk ke permukiman warga mencapai nyaris setengah meter di area Blendung Timur.
"Kalau terparah di permukiman ya bisa mencapai setengah meter. Itu pun, susah kembali ke laut karena daratan cekungan," imbuhnya.
![]() |
Dari data paguyuban petambak, kawasan terdampak rob itu yakni 150 hektare lahan tambak, dan sawah yang biasa panen dua kali setahun serta penghasil melati. Lalu ada juga 45 warung di kawasan bibir pantai yang saat ini tutup usai terkena abrasi.
"Abrasi dampak memakan daratan dan lahan tambak. Kondisi bibir pantai kian terkikis puluhan meter per tahun. Memang sih masih jauh dari permukiman, tapi air masuk ke permukiman juga jika puncak rob," ungkapnya.
Dampak rob yang mengikis lahan tambak dan persawahan turut dirasakan warga. Mereka pun terpaksa banting setir mencari pekerjaan di daerah lain.
"Banyak lahan tambak dan pertanian bunga melati yang terdampak. Dulu, hampir tiap hari panen bandeng, sekarang sudah tidak lagi. Sebagian petani tambak dan melati, sebagian sawah berganti mencari pekerjaan ke daerah lain karena lahan sudah tidak bisa dipakai," ungkapnya.
"Lahan tambak, sudah tidak maksimal. Bahkan, banyak yang dianggurkan. Demikian juga lahan melati dan sebagian kecil sawah. Paling parah wilayah timur," sambung Haryoto.
Warga Gotong Royong Bikin Tanggul
Hal ini lah yang memantik warga untuk gotong royong membangun tanggul sederhana dari bambu. Biaya pun didapatkan warga dari hasil iuran dan sumbangan donatur.
"Kita buat tanggul swadaya dengan menggunakan bambu sebagai tanggul dan pemecah gelombang untuk mengurangi abrasi. Kalau rencana kita pakai bambu dan pasir memakan biaya Rp 520 juta baru terealisasi 150 juta," jelas dia.
"Bambu ini, nantinya di tengahnya diisi pasir ketinggian mencapai 1,5 meter. Saat ini sudah 400 meter," sambung Haryoto.
Haryoto menerangkan 'benteng' rob berbahan bambu itu menjadi pemecah gelombang yang mencegah air laut masuk ke daratan dan lahan tambak.
"Alhamdulillah, warga kompak. Kita bersama-sama tengah berjuang mengatasi abrasi dan banjir rob, makanya di desa dibentuk tim penanggulangan rob," jelas Haryoto.
![]() |
Hal senada disampaikan petani tambak Eriyanto. Dia menyebut sejak rob mengikis area tambak di sisi utara, praktis lahan tambak yang tersisa hanya ada di dekat permukiman warga.
"Tambak habis. Saat ini bersatu dengan air laut, tertutup air laut. Sulit, semakin dalam air lautnya," kata Eriyanto.
Dia menyebut hasil tambak warga Blendung berupa ikan bandeng berkualitas. Bandeng itu dulu dikirim ke Semarang hingga Jakarta.
"Kualitas tambak sini, dikenal bagus, karena tidak berbau tanah. Makanya disukai banyak pelanggan," ucapnya.
Ia menyebut tidak hanya tambak, puluhan warung-warung yang semula berjejer di pantai pun kini bersih disapu rob.
"Jarak warung ke bibir pantai dulu bisa mencapai 100 meter, saat ini bisa dilihat sendiri, tidak ada batasan," jelas dia.
Terpisah, Bupati Pemalang, Mansur Hidayat, menyebut pihaknya telah melakukan survei ke lokasi banjir rob. Dia menyebut sudah mengalokasikan pembangunan tanggul untuk penanganan rob pada 2025 mendatang.
"Saat banjir rob, kita sudah survai ke lokasi. Saya ke lokasi dan melihat langsung. Dulu sudah kita rencanakan anggaran, Rp 5 miliar untuk penanggulangan rob itu," jelas dia.
(ams/apu)