Sebelum pesawat take off, detikers pasti akan mendengar pesan untuk menyalakan airplane mode. Pernahkah detikers bertanya-tanya: Kenapa harus menyalakan airplane mode di pesawat? Ternyata begini penjelasannya.
Dikutip dari Tech Target, airplane mode adalah pengaturan pada ponsel, smartphone, dan perangkat seluler lainnya yang membuat device tersebut tidak bisa mengirim atau menerima panggilan maupun pesan teks. Selain dikenal sebagai airplane mode, hal ini juga biasa disebut mode offline atau mode mandiri.
Lebih lanjut, aturan untuk mengaktifkan airplane mode perangkat elektronik diberlakukan oleh sebagian besar maskapai penerbangan seantero dunia. Tentunya di balik pemberlakuan aturan ini, terdapat alasan yang masuk akal. Apa alasannya?
Alasan Harus Menyalakan Airplane Mode di Pesawat
Dirangkum dari USA Today, Shawn Pruchnicki, profesor di Pusat Studi Penerbangan Universitas Negeri Ohio menjelaskan bahwasanya sinyal ponsel berpotensi menyebabkan gangguan pada sistem navigasi pesawat. Hal ini tentu bisa membahayakan, mengingat pilot dan kopilot membutuhkan panduan dari unit darat.
"Yang benar-benar penting adalah saat mendarat, terutama saat pendaratan instrumen. Sinyal-sinyal itu, benar-benar presisi dan (fitur) autopilot yang menerbangkan sinyal-sinyal itu juga sangat presisi. Ini benar-benar bukan saatnya bagimu untuk mengharapkan adanya variabilitas, terlebih ketika ada pertimbangan medan," jelasnya dikutip detikJateng pada Kamis (5/9/2024).
Keterangan serupa juga disampaikan oleh Doug Drury, Kepala Penerbangan di CQ University Australia.
"Perangkat elektronik pribadi dapat memancarkan sinyal dalam pita frekuensi yang sama dengan sistem komunikasi dan navigasi pesawat sehingga menciptakan apa yang dikenal sebagai gangguan elektromagnetik", ujarnya dilansir Daily Star (22/9/2022).
Namun, kepastian bahwasanya akan timbul gangguan jika ada ponsel yang masih hidup tidak bisa dikatakan dengan gamblang hitam atas putih. Meskipun begitu, dirujuk dari Conde Nast Traveler, aturan ini perlu diberlakukan dengan alasan keamanan.
Selain alasan gangguan sistem navigasi pesawat, sinyal hp juga bisa membuat gangguan suara di headphone para pilot. Tentunya, hal semacam ini akan mengganggu komunikasi pilot dengan menara ATC (Air Traffic Control) yang terletak di darat.
Akibat Tidak Menyalakan Airplane Mode
Berdasar informasi dari situs Allianz Travel Insurance, pada 2017, survei untuk 1.500 orang Amerika menemukan bahwasanya 40% orang tidak selalu mengaktifkan airplane modenya kala naik pesawat. Bahkan, hampir 14% orang secara diam-diam berkirim pesan atau menelepon.
Sejauh ini, memang benar belum ada laporan pasti tentang pesawat yang jatuh atau insiden serius lainnya akibat pemakaian ponsel (dalam konteks tidak mengaktifkan airplane mode). Namun, sebuah insiden yang terjadi pada 2003 diduga disebabkan karena gangguan telepon seluler kepada sistem navigasi pesawat.
Dilihat dari Indian Express, dalam penerbangan tahun 2003 di Christchurch, Selandia Baru, sang pilot diketahui menelepon ke rumah dan panggilan tersebut terus tersambung selama tiga menit terakhir penerbangan. Akibatnya, pesawat menabrak tanah sebelum mencapai landasan pacu dan menyebabkan delapan orang tewas.
Selain masalah navigasi, sebagaimana informasi dari Simple Flying, pada masa-masa awal penggunaan ponsel seluler, terdapat laporan pilot yang menyebut bahwa ia mendengar bunyi klik setiap kali ada telepon yang mencoba terkoneksi. Hal ini tentu mengganggu pilot yang butuh berkonsentrasi penuh selama menerbangkan pesawat, utamanya ketika mendarat dan take-off.
Apakah Sinyal 5G Punya Aturan Berbeda di Pesawat?
Belakangan ini, mulai tersebar wacana yang memperbolehkan sinyal 5G digunakan di pesawat. Misalnya, pada 2023 lalu, maskapai-maskapai di Eropa mulai menyediakan teknologi 5G di pesawat yang pada gilirannya memampukan penumpang untuk menelepon ataupun berkirim pesan.
Namun, jaringan 5G juga memunculkan ancaman baru. Dirujuk dari Alternative Airlines, internet 5G diketahui memakai frekuensi C-band yang sangat mirip dengan frekuensi pesawat modern untuk mengukur ketinggian. Oleh karena itu, timbullah spekulasi bahwasanya jaringan ini bisa mengakibatkan gangguan pada instrumen pesawat.
Misalnya, ketika sebuah pesawat harus mendarat di landasan pacu dengan pandangan rendah, pilot perlu memakai sistem pendaratan otomatis dan terpadu. Nah, bila ada 5G di pesawat atau bandara kedatangan, sistem otomatis pendaratan ini bisa terganggu.
Demikian penjelasan lengkap mengenai alasan harus menyalakan airplane mode saat naik pesawat dan kemungkinan akibatnya. Semoga penjelasannya menjawab rasa ingin tahu detikers, ya!
(sto/apl)