Belakangan ini, tren chroming sedang ramai diperbincangkan di media sosial TikTok. Sayangnya, tren ini disebut-sebut sangat berbahaya karena dapat memicu kematian. Lalu, apa itu chroming yang sedang tren?
Tidak mengherankan jika tren satu ini dengan gamblang hitam di atas putih dikatakan berbahaya. Sebab, dikutip dari Forbes, pada 2 Maret 2024 lalu, seorang pemuda berusia 11 tahun di Inggris tercatat tewas usai mengikuti trend chroming.
Pemuda bernama Tommie-Lee Gracie Billington tersebut ditemukan meninggal di rumah temannya. Dari hasil laporan, Billington diduga terkena serangan jantung setelah neneknya, Tina Burns, menyebut sang cucu mengikuti tren TikTok bernama chroming.
Yang terbaru, disadur dari News Nation, seorang pemuda bernama Cesar Watson-King berusia 12 tahun asal Inggris dikabarkan tengah berjuang di rumah sakit. Sebelumnya, sang anak ditemukan ibunya berada dalam kondisi kejang di lantai dapur akibat mengikuti tren satu ini.
Bila sampai menyebabkan kematian, tentu ancaman yang ditimbulkan tren chroming tidak main-main lagi. Mari, simak penjelasan lengkapnya yang telah detikJateng siapkan melalui uraian berikut.
Pengertian Chroming
Dirujuk dari Dexerto, chroming adalah kegiatan menghirup asap beracun yang terbukti mematikan bagi sebagian orang. Sejatinya, istilah 'chroming' adalah bahasa slang alias gaul asal Australia. Kata ini mengacu pada tindakan menghirup asap dari sumber beracun, seperti kaleng aerosol dan wadah cat.
Dalam media sosial TikTok, pengguna yang coba mengikuti tren chroming akan mengunggah videonya dengan istilah 'WhipTok'. Beruntungnya, menurut informasi dari laman resmi Yahoo, TikTok telah memberlakukan kebijakan terbaru terhadap tren ini.
TikTok telah secara aktif menghapus konten apa pun yang berisikan chroming atau mempromosikannya. Sebab, sebelumnya, video-video 'WhipTok' diketahui telah ditonton hingga lebih dari 546,3 juta kali!
Bahaya Tren Chroming TikTok
Diringkas dari laman Our Futures Institute, sebagian besar zat hirup dapat langsung memunculkan efeknya. Sebab, zat-zat kimia ini dapat cepat terserap ke dalam aliran darah dari paru-paru. Setelah itu, zat-zat ini akan menyebar ke otak dan seluruh tubuh sehingga menimbulkan efek mabuk singkat.
Di antara efek chroming adalah:
- Peningkatan denyut jantung.
- Perasaan pusing, pening, bingung, atau kantuk.
- Pengurangan rasa sakit dan cemas.
- Euforia atau merasa senang.
- Gangguan penilaian (judgment) dan hilangnya batasan.
- Bicara tidak jelas dan kehilangan keseimbangan.
- Sakit kepala.
- Mual, muntah.
- Mudah tersinggung, gelisah, atau agresif.
- Rasa terbakar atau iritasi di mata, hidung, dan tenggorokan.
- Gemetar.
- Berhalusinasi.
- Disosiasi (terputus dari perasaan dan lingkungan sekitar).
Sejatinya, efek chroming cepat hilang. Oleh karena itu, orang yang melakukan chroming cenderung ingin untuk terus menghirup zat-zat berbahaya ini. Tujuannya tentu saja adalah mendapatkan rasa senang yang lebih 'panjang'.
Namun, kesenangan sesaat ini bisa menipu. Sebab, ia bisa menyebabkan otak rusak, hilangnya kesadaran, atau paling buruknya, kematian. Selain itu, hal-hal seperti sesak napas, kejang, atau kecelakaan yang terjadi karena mabuk akibat chroming juga bisa mengarah kepada kematian.
Kenapa Banyak Pemuda yang Melakukan Chroming?
Kembali diringkas dari Our Futures Institute, terdapat sejumlah faktor yang berperan menyebabkan seorang pemuda nekat melakukan chroming kendati ia mungkin tahu hal tersebut berbahaya. Di antaranya adalah:
- Menyesuaikan diri dan mendapatkan sense of belonging.
- Melarikan diri dari kenyataan.
- Melupakan masalah.
- Sengaja menjadi rebel.
- Rasa penasaran atau bosan yang menyelimuti.
- Merasa lebih bisa bersosialisasi dan menjadi bagian dari suatu kelompok dengan chroming.
- Bersenang-senang.
- Terpengaruh rekan dan fakta bahwa banyak orang lain melakukan hal ini.
Demikian penjelasan lengkap mengenai tren chroming yang sedang ramai di TikTok. Semoga informasinya bermanfaat!
(sto/ahr)