Angga Rian, mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) progam studi (prodi) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) sekaligus senior dari dr ARL, blak-blakan mengungkap beratnya pendidikan selama PPDS. Mulai dari tekanan hingga adanya uang iuran selama menjalani masa pendidikan. Meski begitu, dia menyebut tak ada perundungan dalam PPDS Anestesi.
"Program pendidikan anestesi itu secara pendidikan sudah ada pressure (tekanan) sendiri. Kita soalnya menidurkan orang yang sakit dan kita harus menjamin selama operasi itu aman, selama operasi berjalan itu bisa terjadi guncangan hemodinamik, pasien bisa syok, bisa pendarahan, bisa ke titik kritis. Jadi, tanpa ada tekanan pun pendidikan ini bisa memberi pressure kepada orang yang menjalani pendidikan," katanya saat ditemui wartawan di FK Undip, Tembalang, pada Senin (2/9/2024).
Karena itu, dia menyebut ada beberapa yang mengaku tak sanggup. Apalagi, selama menjalani pendidikan terkadang ada waktu-waktu di mana mereka sangat kekurangan istirahat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah di luar pada itu memang beberapa ada yang tidak mampu, ada yang kondisi fisiknya tidak mampu menjalani seperti itu. Jadi kalau ditanya tekanan, tekanan itu datangnya dari sistem kerja yang membuat kita mungkin sulit untuk mendapat istirahat," ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, operasional tindakan operasi di RS Kariadi berjalan selama 24 jam. Karena itu, ada waktu-waktu di mana dokter residen hanya mendapat istirahat 1-2 jam dalam sehari.
"Jadi kalau programnya selesai jam 3, jam 4, dan operasi besoknya itu jam 6 jadi ada kemungkinan residen itu istirahat hanya 1-2 jam. Memang beban kerjanya itu tinggi, kita anggap itu sebagai suatu bentuk pelayanan tapi bagi beberapa residen tentu ternyata ada yang kurang siap dengan program seperti itu. Menurut kami, tidak relevan jumlah residen saat ini ada 85 dengan jumlah pembiusan di kamar operasi itu bisa 120 sampai 140 per hari dan pembiusan di luar kamar operasi itu bisa 20 sampai 40 pembiusan per hari," jelasnya.
Tepis Perundungan
Diketahui, saat ini Angga merupakan mahasiswa PPDS semester 7. Senior dari dr ARL. itu menegaskan tidak ada perundungan antara senior-junior dalam PPDS Anestesi Undip.
"Setahu saya tidak ada (perundungan)," katanya.
Meski begitu, dia tak menampik terkait adanya iuran untuk mahasiswa PPDS di semester pertama. Uang iuran itu disebut digunakan untuk keperluan konsumsi dan rumah tangga seluruh mahasiswa PPDS Anestesi yang kini totalnya mencapai 85 orang.
"Membeli makanan itu sistemnya gotong royong, kenapa? Karena program operasi Kariadi ini 24 jam, untuk makan malam kita tidak disediakan makan malam oleh rumah sakit. Nah sementara residen ini posisinya masih di kamar operasi menjalankan pembiusan salah satu sistemnya adalah kita dibelikan makanan dan itu akan berlanjut seperti itu terus sampai program operasinya bisa selesai. Tapi kalau operasinya selesai sore itu tidak ada pembelian makan karena itu hanya untuk makan malam," ungkapnya.
Angga mengatakan ketika dirinya masih semester 1, ia sempat menyetor uang iuran sebesar Rp 10 juta. Namun, ada juga bulan-bulan di mana iuran itu tidak ditarik karena masih ada sisa dari iuran bulan sebelumnya.
"Paling besar pas saya Rp 10 juta dan kalau ada sisa itu dikembalikan dan itu kan hanya satu semester saja, jadi ketika naik semester kita tidak mengeluarkan iuran lagi karena yang mengeluarkan iuran untuk makan itu juniornya," tambahnya.
Dia juga membantah terkait adanya batasan komunikasi antara senior pengampu dan juniornya. Menurutnya, hubungan dia dan juniornya baik-baik saja.
"Tidak ada (batasan komunikasi). Alhamdulillah saya ke adik saya open, adik saya ke saya juga open," ujarnya.
Usai PPDS Anestesi di RS Kariadi disetop, Angga dan dokter residen lainnya kini menempuh pendidikan di Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND). Dia menilai jam kerja di RSND lebih baik dibanding RS Kariadi, meski secara keilmuan lebih banyak yang bisa didapat dari RS Kariadi.
"Untuk programnya better di RSND untuk tingkat kesulitannya untuk kekayaan ilmunya memang lebih banyak di Kariadi. RSND itu pelayanannya siang itu sekitar jam 11, jam 12 itu paling sering sudah selesai jadi kalau pembiusan pertama jam 7 atau jam 8, jam 12, jam 1 itu sudah selesai berarti 4 sampai 5 jam," pungkasnya.
(cln/apl)