Jejak Bengawan Solo di Kali Mati Klaten

Jejak Bengawan Solo di Kali Mati Klaten

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Sabtu, 24 Agu 2024 12:30 WIB
Kawasan Kali Mati di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Klaten, yang dulunya sungai Bengawan Solo. Foto diunggah pada Sabtu (24/8/2024).
Kawasan Kali Mati di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Klaten, yang dulunya sungai Bengawan Solo. Foto diunggah pada Sabtu (24/8/2024). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng K
Klaten -

Di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Klaten, terdapat sungai yang dinamakan Kali Mati. Sungai yang sudah tidak difungsikan itu dulunya merupakan alur Bengawan Solo yang asli sebelum pelurusan tahun 1983.

Kali Mati letaknya di perbatasan antara Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Klaten dengan Desa Sonorejo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. Bekas sungai itu seperti garis demarkasi dua kabupaten bertetangga.

Meskipun sudah tidak difungsikan sebagai sungai, sebagian Kali Mati tampak masih seperti alur sungai dengan lebar 15-20 meter. Hanya saja tidak banyak lagi air dan dipenuhi eceng gondok serta semak liar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena sudah tidak dialiri arus air, di dua titik lokasi dibangun jembatan permanen untuk lalu lintas perbatasan. Namun siapa sangka Kali Mati itu sebenarnya adalah Bengawan Solo yang asli.

Kawasan Kali Mati di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Klaten, yang dulunya sungai Bengawan Solo. Foto diunggah pada Sabtu (24/8/2024).Kawasan Kali Mati di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Klaten, yang dulunya sungai Bengawan Solo. Foto diunggah pada Sabtu (24/8/2024). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

"Zaman dulu itu (Kali Mati) sungai Bengawan Solo yang asli, ke barat, ke utara sana. Ndak dipakai lagi," ungkap warga Dusun Butuh, Slamet (64) kepada detikJateng, Sabtu (24/8/2024).

ADVERTISEMENT

Diceritakan Slamet, Kali Mati tersebut merupakan dampak program pelurusan sungai Bengawan Solo tahun 1980-1983. Proyek pelurusan itu mulai dari Desa Serenan sampai Desa Sidowarno.

"Dari selatan Desa Serenan ke utara, dulu sungai Bengawan Solo model huruf U belok-belok. Sini dulu tiap hujan sedikit saja banjir," tutur Slamet yang asli warga setempat.

Dijelaskan Slamet, banjir yang rutin terjadi sebelum proyek pelurusan Bengawan Solo itu tingginya sampai tinggi orang dewasa. Tahun 1966 bahkan warga sempat mengungsi.

"Satu kali mengungsi zaman tahun 1966, rumah saya agak tinggi ikut mengungsi. Setelah dibedel (diluruskan) Pak Harto (Presiden Soeharto) sampai sekarang tidak banjir lagi," terang Slamet.

Harti (60) warga lainnya menyatakan sebelum ada proyek pelurusan sungai Bengawan Solo, Desa Sidowarno langganan banjir. Desanya menjadi desa terisolir karena dikepung sungai.

"Tiap hujan meluap, tidak bisa ke mana-mana. Warga yang mau bekerja ke Solo renang naik kayu, ya ada jasa perahu tapi jauh sehingga di sini sebagian terisolir," cerita Harti kepada detikJateng.

Dikatakan Harti, sebelum ada pelurusan, warga sangat repot tetapi tidak yang sampai meninggalkan desa. Sungai sering meluap karena bentuk Bengawan Solo dulunya meliuk-liuk.

"Sungai lama itu, Kali Mati yang sekarang, bentuknya kelok-kelok jadi di sini disebut Bokong Semar (pantat Semar tokoh wayang) karena melengkung. Diluruskan mulai dari Desa Serenan," lanjut Harti.

Kawasan Kali Mati di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Klaten, yang dulunya sungai Bengawan Solo. Foto diunggah pada Sabtu (24/8/2024).Kawasan Kali Mati di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Klaten, yang dulunya sungai Bengawan Solo. Foto diunggah pada Sabtu (24/8/2024). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Setelah Bengawan Solo diluruskan, kata Harti, bekas sungai yang tidak digunakan disebut Kali Mati. Oleh warga bekas sungai itu dibangun jembatan bambunya untuk menghubungkan Klaten ke Sukoharjo.

"Setelah pelurusan dan sungai lama tidak dipakai, warga urunan Rp 50 untuk membangun sesek (jembatan bambu). Sekarang ke kota Sukoharjo cuma 5 menit, kalau ke kota Klaten bisa 2 jam karena sini wilayah paling timur," pungkas Harti.

Sementara itu, Kades Sidowarno, Joko Sumarno menceritakan Kali Mati itu merupakan bekas sungai Bengawan Solo yang diluruskan tahun 1980-1983. Sebelum diluruskan, Bengawan Solo di desanya bentuknya berkelok-kelok.

"Sebelum tahun 1980 sungai Bengawan Solo itu meliuk-liuk. Sebelum diluruskan desa kami langganan banjir, setelah diluruskan tidak ada banjir lagi," kata Joko kepada detikJateng.




(rih/rih)


Hide Ads