Kabupaten Klaten memiliki jejak sejarah perjuangan kaum wanita di masa awal kemerdekaan Republik Indonesia. Jejak sejarah itu berupa Tugu Perwari (Persatuan Wanita Republik Indonesia) yang menjadi penanda digelarnya Kongres Wanita Indonesia pertama pada Desember 1945.
Tugu Perwari didirikan di Jalan Pemuda, Kampung Klaseman, Kalurahan Tonggalan, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten. Tugu berada di sisi kiri jalan di ruas arah ke Jogja sehingga mudah dilihat pengguna jalan.
Tugu berbentuk kerucut dengan tinggi sekitar 3 meter itu hanya berjarak 20 meter dari rumah dinas Bupati Klaten. Di tugu tertempel plakat peresmian yang ditandatangani Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Emil Salim pada 27 Desember 1986.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di timur tugu sekitar 20 meter di tepi jalan, terdapat papan bertulis "RIWAYAT PERWARI, lbukota Negara Republik Indonesia pada waktu itu di Jogjakarta. maka beberapa ibu di Jogjakarta membentuk Panitia Kongres Wanita Indonesia, Kongres diadakan di Klaten tanggal 16 desember 1945 di Rumah lbu Sastroamidjojo di Sidowayah, Klaten. Kongres dipimpin lbu S. Kartowiyono, Di dalam kongres hadir utusan dari Organisasi Wanita, seperti : Perwani, Wani, Muslimah Aisyiyah, Pemuda Putri Indonesia, Wanita Katolik, Wanita Taman Siswa, Wanita Kristen, beberapa pemimpin dan tokoh-tokoh wanita".
Ketua Perwari Kabupaten Klaten, Sri Lestari Jumadi mengatakan Perwari merupakan organisasi perempuan yang dibentuk dalam sebuah kongres perempuan di Klaten. Kongres itu digelar pada 17 Desember 1945.
"Kongres perempuan di Klaten itu digelar pada 17 Desember 1945. Kongres itu mengangkat Ny. S. Mangunsarkoro sebagai Ketua dan Ny. M. D. Hadiprabowo sebagai Wakil Ketua Perwari," terang Sri Lestari kepada detikJateng, Minggu (11/8/2024).
Dijelaskan Sri, pada Kongres Perwari pertama di Klaten dihadiri Presiden Sukarno dan beberapa pejabat tinggi negara. Perwari merupakan penyatuan organisasi Persatuan Wanita Indonesia (Perwani) dan Wanita Negara Indonesia (Wani).
"Merupakan penyatuan organisasi Persatuan Wanita Indonesia (Perwani) dan Wanita Negara Indonesia (Wani). Perwari dibentuk dengan misi Indonesia telah memiliki organisasi perempuan yang bukan merupakan warisan atau lanjutan dari Fujinkai buatan Jepang, organisasi ini juga dijuluki sebagai organisasi Kaum Ibu Angkatan 1945," jelasnya.
Setelah kongres di Klaten, lanjut Sri Lestari, diselenggarakan kongres di Surakarta pada 25-26 Februari 1946 yang dihadiri lebih dari 100 orang perempuan dari seluruh organisasi perempuan di Indonesia. Pada Kongres Perwari 15-17 Mei 1946 memutuskan Perwari keluar dari keanggotaan Persatuan Perjuangan dan mengukuhkan sebagai organisasi sosial, bukan organisasi politik.
"Pada kongres keempat Perwari di Surabaya 13-17 Desember 1954 dirumuskan aturan pembentukan cabang luar negeri yang memungkinkan perempuan di luar negeri menjadi anggota. Sejak keluar dari Persatuan Perjuangan, Perwari meneguhkan diri sebagai organisasi sosial-filantropis, untuk mendukung perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan," sambungnya.
Menurut Sri, Perwari mendirikan dapur umum, mengupayakan untuk mengumpulkan pakaian layak untuk tentara yang berjuang. Perwari membantu mengurus persoalan pengungsi, mendirikan tempat penampungan anak yang ditinggal orang tuanya untuk ikut berjuang membela negara, mendirikan koperasi sebagai sumber ekonomi bagi ibu rumah tangga, serta turut memelihara kebersihan sebagai upaya menjaga kesehatan masyarakat.
"Kegiatan-kegiatan Perwari kemudian berfokus pada bidang kesejahteraan masyarakat, seperti pada bidang pendidikan. Organisasi ini memfasilitasi pembangunan lembaga pendidikan tingkat dasar untuk anak-anak dalam bentuk sekolah taman kanak-kanak yang pada 1962 berjumlah 175 sekolah," imbuhnya.
Ditanya soal Tugu Perwari, Sri menyatakan tugu awalnya didirikan di simpang tiga Tegalyoso (sekarang Patung Tenun). Usai Reformasi, tugu dipindah ke Jalan Pemuda.
"Tugu dipindah ke Jalan Pemuda. Untuk rumah tempat Kongres di kampung Sidowayah juga tidak ada yang tahu lokasinya tetapi untuk Perwari Klaten masih aktif berkegiatan meskipun swadaya," katanya.
"Untuk sekolah ada beberapa yang masih aktif dan ada yang mulai tidak dapat murid bersaing dengan yang lain ," pungkas Sri.
(rih/ahr)