5 Teks Khutbah Jumat Bulan Safar 2024 Singkat, Momentum Menghargai Waktu

5 Teks Khutbah Jumat Bulan Safar 2024 Singkat, Momentum Menghargai Waktu

Anindya Milagsita - detikJateng
Kamis, 01 Agu 2024 17:48 WIB
Burning silver vintage Moroccan, Arabic lantern. White gypsophila, babys breath flowers on marble table background, muslim holiday Ramadan Kareem greeting card, invitation. Empty copy space.
Ilustrasi khutbah Jumat bulan Safar 2024. Foto: Getty Images/iStockphoto/Tabitazn
Solo - Sebentar lagi akan terjadi pergantian bulan Muharram menuju Safar yang dapat diisi oleh kaum muslim dengan mendengarkan khutbah bertemakan momen tersebut. Sebagai salah satu referensi bagi para khatib, berikut akan dipaparkan 5 teks khutbah Jumat bulan Safar 2024 secara singkat.

Berdasarkan informasi yang disampaikan dalam buku 'Mengenal Nama Bulan dalam Kalender Hijriyah' karya Ida Fitri Shohibah, bulan Safar merupakan bulan kedua dalam kalender Islam atau Hijriah. Bulan tersebut hadir setelah Muharram.

Sementara itu, Hj Vivit Fitriyanti, MSI dalam bukunya 'Kalender Hijriyah Dalam Kajian Syari'ah dan Astronomi' menyebut bulan Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriah. Dinamakan Safar karena pada bulan ini daun-daun mulai menguning.

Mengingat khutbah Jumat penting, maka kaum muslim perlu untuk berdiam diri dan mendengarkannya saat berada di masjid. Tak terkecuali saat mendengarkan khutbah Jumat bulan Safar 2024 yang nantinya akan disampaikan oleh khatib. Sebagai referensi, berikut 5 contoh khutbah Jumat bulan Safar yang dapat dibaca oleh setiap muslim.

5 Teks Khutbah Jumat Bulan Safar 2024

Dirangkum dari laman resmi Nahdlatul Ulama, UIN Sunan Gunung Djati, hingga buku 'Kumpulan Kultum Terlengkap & Terbaik Sepanjang Tahun' karya AR Shohibul Ulum, berikut ringkasan 5 teks khutbah Jumat bulan Safar untuk menjadi referensi bagi kaum muslim.

Teks Khutbah Jumat Bulan Safar #1: Mitos di Bulan Safar & Momentum Menghargai Waktu

Jemaah yang dirahmati Allah,

Bulan Safar merupakan bulan kedua tahun Hijriah setelah bulan Muharram. Sebagian orang beranggapan bahwa bulan Safar adalah bulan sial, sehingga banyak acara pernikahan dan acara bepergian serta aktivitas lainnya digagalkan atau dibatalkan. Rupanya tasya'un (anggapan sial) pada bulan Safar masih ada hingga zaman sekarang, padahal itu adalah sisa-sisa keyakinan bangsa Arab zaman Jahiliah (masa kebodohan dan kegelapan). Astaghfirullahal adzim.

Muslimin yang dimuliakan Allah,

Islam tidak mengenal hari, bulan, atau tahun sial. Sebagaimana seluruh keberadaan di alam raya ini, waktu adalah makhluk Allah. Waktu tidak bisa berdiri sendiri. Waktu (zaman) tidak ada sangkut pautnya dengan pengaruh dan takdir Allah. Ia sama dengan waktu-waktu yang lain, ada takdir baik dan takdir buruk. la berada dalam kekuasaan dan kendali penuh Rabb-nya. Bukankah semua yang terjadi adalah atas izin Allah dan kehendak-Nya? sedikit kita berpijak ke Surat At-Taghabun ayat 11:

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِۗ وَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ۝١١

Mâ ashâba mim mushîbatin illâ bi'idznillâh, wa may yu'mim billâhi yahdi qalbah, wallâhu bikulli syai'in 'alîm.

Artinya: "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah. Siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

Rasulullah sendiri menampik anggapan negatif masyarakat Jahiliah tentang bulan Safar dengan sejumlah praktik positif. Habib Abu Bakar al-'Adni dalam Mandhumah Syarh al-Atsar fi Ma Warada 'an Syahri Safar memaparkan bahwa beberapa peristiwa penting yang dialami oleh Rasulullah terjadi pada bulan Safar, di antaranya pernikahan beliau dengan Khadijah binti Khuwailid, menikahkah putrinya Fatimah dengan 'Ali bin Abi Thalib, hingga mulai berhijrah dari Makkah ke Madinah.

Dari keterangan itu, sesungguhnya Rasulullah telah membantah keyakinan masyarakat Jahiliah bukan hanya dengan argumentasi belaka, tapi juga pembuktian nyata bagi diri beliau sendiri, yaitu dengan melaksanakan hal-hal sakral dan penting pada bulan Safar, Nabi seolah-olah menyiratkan pesan bahwa bulan Safar tidak berbeda dari bulan-bulan lainnya.

Hadirin hafidhakumullah,

Manusia diperintahkan untuk senantiasa melakukan proses-proses dan tahapan-tahapan yang wajar. Islam adalah agama yang sangat menghargai fungsi akal sehat. Oleh karena itu, tiap pekerjaan amat dianjurkan melalui satu perencanaan yang matang dan ikhtiar yang maksimal. Selebihnya adalah doa dan kepasrahan (tawakal) total kepada Allah Yang Mahakuasa. Dan, tanamkan dalam diri kita bahwa terjadinya segala sesuatu tersebut melalui takdir dan atas kehendak-Nya.

Sial (buruk) atau beruntung (baik) merupakan kelanjutan dari proses dan tahap tersebut, bukan pada mitos-mitos khayal yang tak masuk akal. Untuk terbebas dari penyakit, manusia diperintahkan untuk hidup bersih dan menghindari pengidap penyakit menular. Agar selamat dari rugi, bangkrut atau jatuh pailit, pedagang disarankan untuk membuat perhitungan yang teliti dan hati-hati selain tidak boleh mengesampingkan faktor 'marketing' dalam taktik berjualan. Agar lulus ujian, pelajar mesti melewati belajar secara serius dan tidak mengandalkan faktor 'keberuntungan' semata. Dan, seterusnya.

Teks Khutbah Jumat Bulan Safar #2: Safar, Berkah bagi yang Taat, Sial bagi yang Maksiat

Ma'asyiral muslimin jemaah Jumat yang dirahmati Allah,

Saat ini kita semua ada di dalam bulan Safar, bulan kedua dalam kalender Islam setelah bulan Muharram. Pada bulan ini, banyak orang-orang yang beranggapan dan berkeyakinan bahwa bulan ini merupakan bulan kesialan. Semua perbuatan yang dilakukan akan sial dan tidak akan pernah menuai kesuksesan.

Anggapan dan keyakinan tersebut tentu tidak benar dan tidak sesuai dengan ajaran Islam yang kita anut bersama. Dalam Islam tidak ada suatu bulan yang bisa mendatangkan suatu bahaya, kesialan, dan kegagalan dengan sendirinya. Semuanya sudah ditentukan oleh Allah SWT, dan tidak ada seorang pun yang bisa menghalanginya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran, yaitu:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Artinya: "Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah" (QS. Al-Hadid [57]: 22).

Ayat ini menegaskan bagi kita semua, bahwa suatu musibah, ujian dan kesialan yang menimpa seorang hamba bukan disebabkan oleh suatu bulan tertentu, bukan disebabkan bulan Safar dan bulan-bulan lainnya, melainkan sudah tercatat di Lauh Mahfuzh yang sudah ada sejak zaman dahulu.

Lantas bagaimana caranya bagi kita semua untuk menjadikan bulan ini dengan bulan yang penuh manfaat dan berkah? Maka jawabannya adalah dengan cara terus sibuk dan berusaha untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT karena setiap zaman, bulan dan waktu yang kita jalani dengan ketaatan maka akan menjadi bulan yang berkah, termasuk juga dengan bulan Safar. Dalam kitab Lathaiful Ma'arif Fima li Mawasimil 'Am minal Wazhaif, Imam Ibnu Rajab mengatakan:

فَكُلُّ زَمَانٍ شَغَلَهُ المُؤْمِنَ بِطَاعَةِ الله فَهُوَ زَمَانٌ مُبَارَكٌ عَلَيْهِ وَكُلُّ زَمَانٍ شَغَلَهُ العَبْدَ بِمَعْصِيَةِ الله فَهُوَ مَشْؤُمٌ عَلَيْهِ

Artinya: "Maka, setiap zaman yang menyibukkan orang mukmin dari melakukan ketaatan kepada Allah, maka zaman itu merupakan zaman yang diberkahi, dan setiap zaman yang menyibukkan manusia dengan bermaksiat kepada Allah, maka zaman itu merupakan zaman kesialan (tidak diberkahi)."

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyebab suatu bulan menjadi sial dan tidak diberkahi oleh Allah karena banyaknya kemaksiatan di dalamnya. Andaikan setiap bulan yang ada kita jalani dengan semangat peningkatan keimanan dan ketakwaan, maka tentu tidak akan ada bulan kesialan di dalamnya.

Oleh karena itu, mari pada momentum shalat Jumat ini, kita mulai upaya dan usaha kita untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dengan cara mengerjakan semua yang diwajibkan, mengganti semua kewajiban yang pernah kita tinggalkan, dan menjauhi semua larangan-Nya, serta bertobat dari semua kesalahan dan kemaksiatan yang pernah kita perbuat.

Ma'asyiral muslimin jemaah Jumat yang dirahmati Allah,

Demikian khutbah Jumat perihal penjelasan tentang keberkahan bulan Safar bagi orang-orang yang taat, dan kesialan bagi mereka yang bermaksiat. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.

Teks Khutbah Jumat Bulan Safar #3: Bulan Safar, Momentum Introspeksi Diri dan Menghargai Waktu

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Di awal khutbah ini, khatib mengajak hadirin jemaah Jumat rahimakumullah, mari kita tingkatkan ketakwaan terhadap Allah dengan sebenar-benarnya, yaitu berupaya optimal menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Pada zaman jahiliah, berkembang anggapan bahwa bulan Safar adalah bulan sial atau dikenal dengan istilah tasyâ-um. Bulan yang tidak memiliki kehendak apa-apa ini diyakini mengandung keburukan-keburukan sehingga ada ketakutan bagi mereka untuk melakukan hal-hal tertentu. Pikiran semacam ini juga masih menjalar di zaman sekarang. Sebagian orang menganggap bahwa hari-hari tertentu membawa hoki alias keberuntungan, sementara hari-hari lainnya mengandung sebaliknya. Padahal, seperti bulan-bulan lainnya, bulan Safar netral dari kesialan atau ketentuan nasib buruk. Jika pun ada kejadian buruk di dalamnya, maka itu semata-mata karena faktor lain, bukan karena bulan Safar itu sendiri. Dari Abu Hurairah, Rasulullah pernah bersabda:

لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ وَفِرَّ مِنْ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنْ الْأَسَدِ

"Tidak ada 'adwa, thiyarah, hamah, shafar, dan menjauhlah dari orang yang kena penyakit kusta (lepra) sebagaimana kamu menjauh dari singa." (HR Bukhari dan Muslim).

Adwa adalah keyakinan tentang adanya wabah penyakit yang menular dengan sendirinya, tanpa sebuah proses sebelumnya dan tanpa seizin Allah. Thiyarah adalah keyakinan tentang nasib baik dan buruk setelah melihat burung.

Jemaah sholat Jumat hafidhakumullâh,

Islam tidak mengenal hari, bulan, atau tahun sial. Sebagaimana seluruh keberadaan di alam raya ini, waktu adalah makhluk Allah. Waktu tidak bisa berdiri sendiri. Ia berada dalam kekuasaan dan kendali penuh Rabb-nya. Setiap umat Islam wajib berkeyakinan bahwa pengaruh baik maupun buruk tidak ada tanpa seizin Allah. Begitu juga dengan bulan Safar. Ia adalah bagian dari dua belas bulan dalam satu tahun hijriah. Safar merupakan bulan kedua dalam kalender Qamariyah, terletak sesudah Muharram dan sebelum bulan Rabiul Awwal.

Ibnu Katsir ketika menafsirkan Surat at-Taubah ayat 36 yang membicarakan tentang bilangan bulan dalam satu tahun, menjelaskan bawah nama shafar terkait dengan aktivitas masyarakat Arab terdahulu. Shafar berarti kosong. Dinamakan demikian karena di bulan tersebut masyarakat kala itu berbondong-bondong keluar mengosongkan daerahnya, baik untuk berperang ataupun menjadi musafir.

Ada lima pelajaran dapat difahami untuk meneguhkan keyakinan kita bahwa bulan Safar tidak berbeda dari bulan-bulan lainnya, diantaranya:

Pertama: Manusia diperintahkan untuk senantiasa melakukan proses-proses dan tahapan-tahapan yang wajar.
Kedua: Sial atau beruntung merupakan kelanjutan dari proses dan tahap tersebut, bukan pada mitos-mitos khayal yang tak masuk akal.
Ketiga: Untuk terbebas dari penyakit, manusia diperintahkan untuk hidup bersih dan menghindari pengidap penyakit menular.
Keempat: Agar selamat dari bangkrut, pedagang disarankan untuk membuat perhitungan yang teliti dan hati-hati.
Kelima: Agar lulus ujian, pelajar mesti melewati belajar secara serius.

Perintah untuk berlomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat) juga terdapat dalam beberapa ayat Al-Quran, di antaranya terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 2:

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ ھُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ

Artinya: "Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa" (Q.S. al-Baqarah [2]: 2).

Jemaah sholat Jumat hafidhakumullâh,

Menolak adanya "bulan sial" dan "bulan beruntung" akan mengantarkan kita menjadi pribadi yang wajar. Tidak malas ikhtiar karena merasa hari-harinya pasti diliputi keberuntungan. Juga tidak dicekam kecemasan karena dihantui hari-hari penuh sial. Sebagai hamba, manusia didorong untuk berencana, berjuang, dan berdoa; sementara ketentuan hasil dipasrahkan kepada Allah. Dengan demikian, saat menuai hasil, kita tetap bersyukur; dan tatkala mengalami kegagalan, kita tidak lantas putus asa.

Keberuntungan sejati adalah ketika seorang hamba mengisi waktunya, kapan saja itu, untuk menjalankan ketaatan kepada Allah. Sebaliknya, kerugian terjadi adalah saat seseorang menyia-nyiakan waktunya, termasuk ketika di bulan-bulan mulia sekalipun. Tidak ada bulan sial atau tidak, yang ada adalah apakah perbuatan kita membawa maslahat atau tidak, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Inilah momentum baik untuk lebih menghargai waktu, dengan membangun optimisme dan gairah menghamba kepada Allah setulus-tulusnya.

Teks Khutbah Jumat Bulan Safar #4: Amal Pilihan Bulan Safar

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Sekarang kita telah masuk pekan kedua bulan Safar, yang kita tahu maknanya adalah kosong. Karenanya sudah semestinya bulan Safar ini tidak kita lewatkan dengan kekosongan amal. Tapi sebaliknya, bulan Safar kita penuhi dengan amal shaleh sebanyak-banyaknya. Lalu amal apa saja yang bisa kita lakukan dalam bulan Safar ini?

Tidak ada salahnya bila kita isi bulan Safar ini dengan amal-amal yang berlipat ganda pahalanya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَلِّبِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فِيْمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ ، تَبَارَكَ وَتَعَالَى، قَالَ: إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذلِكَ. فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَها اللهُ تَبَارَكَ وتَعَالى عِنْدَهُ حَسَنَةً كامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عَشْرَ حَسَناتٍ إِلى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلى أَضعَافٍ كَثيرةٍ. وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ تَعَالَى عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلةً، وَإنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَة. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya: "Diriwayatkan dari Abul Abbas yaitu Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthallib ra, dari Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkannya dari Tuhannya, tabaraka wa ta'ala, Rasulullah SAW bersabda: 'Sungguh Allah telah memastikan banyak kebaikan dan keburukan, lalu beliau menjelaskannya. Maka siapa saja yang bertekad melakukan satu kebaikan, lalu ia tidak melakukannya, meskipun begitu tetap Allah tabaraka wa ta'ala pastikan satu kebaikan yang sempurna baginya di sisi-Nya; dan siapa saja yang bertekad melakukan satu kebaikan, lalu ia melakukannya, maka Allah pastikan 10 kebaikan, sampai 700 kebaikan, sampai kebaikan yang banyak dan berlipat ganda. Jika ia bertekad melakukan satu keburukan, lalu ia tidak melakukannya, maka Allah ta'ala pastikan satu kebaikan yang sempurna untuknya di sisi-Nya; dan jika ia bertekad melakukan satu keburukan, lalu ia tidak melakukannya, maka hanya Allah pastikan satu keburukan untuknya." (Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim).

Pertama, amal kebaikan yang pahalanya 10 kali lipat. Menurut Imam an-Nawawi, atas dasar rahmat Allah setiap kebaikan itu pasti pahalanya dilipatgandakan sampai 10 kali lipat. Maka amal kebaikan apapun pahalanya otomatis 10 kali lipatnya. Ini seiring dengan firman Allah:

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا

Artinya, "Siapa saja yang datang dengan kebaikan, maka ia mendapatkan pahala 10 kali lipatnya" (QS. Al-An'am: 16).

Kedua, amal kebaikan yang pahalanya 700 kali lipat. Di antara amal kebaikan yang pahalanya 700 kali lipat adalah donasi untuk perjuangan jihad fi sabilillah. Dalam hal ini Nabi bersabda:

مَنْ أَرْسَلَ نَفَقَةً فِي سَبِيلِ اللهِ وَأَقَامَ فِي بَيْتِهِ، فَلَهُ بِكُلِّ دِرْهَمٍ سَبْعُمِائَةِ دِرْهَمٍ

Artinya: "Siapa saja yang mengirim donasi infaq untuk perjuangan jihad fi sabilillah sementara ia sendiri hanya diam di rumah (tidak ikut berangkat berjuang), maka baginya setiap donasi satu dirham mendapatkan pahala 700 dirham." (Hadits riwayat Ibnu Majah dan Al-Mundziri).

Amal kebaikan yang pahalanya 700 kali lipat ini tidak hanya donasi untuk perjuangan jihad fi sabilillah, namun bersifat umum. Amal apa saja sesuai dengan tingkat keikhlasan, kekhusyukan, kemanfaatan bagi orang lain dan semisalnya. Demikian menurut penjelasan Al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari, juz II halaman 326. Ini sesuai sabda Nabi Muhammad SAW:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ، اَلْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ

Artinya: "Setiap amal manusia dilipatgandakan pahalanya 10 sampai 700 kali lipat." (Hadits riwayat Imam Muslim).

Walhasil, pada bulan Safar hingga akhir bulan nanti, mari kita tingkatkan amal kebaikan, seiring begitu besarnya kemurahan Allah kepada kita. Amal kebaikan pasti Allah lipat gandakan pahalanya. Minimal 7 kali lipat, sampai 700 kali lipat, hingga lebih tak terhingga. Semoga khutbah ini bermanfaat dan menjadi bekal peningkatan ketakwaan bagi kita semua, utamanya di bulan Safar ini. Amin.

Teks Khutbah Jumat Bulan Safar #5: Keutamaan dan Amalan Sunnah di Bulan Safar

Ma'asyiral muslimin jemaah Jumat yang dirahmati Allah,

Puji dan syukur kita ucapkan pada Allah yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan kuasanya, hari ini kita bisa melaksanakan ibadah shalat Jumat secara berjemaah. Selanjutnya, shalawat kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang islami penuh keberkahan. Semoga kita akan mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir.

Selanjutnya, sebagai khatib sudah menjadi kewajiban kami untuk mengajak diri pribadi secara khusus, dan kita semua, secara umum untuk meningkatkan takwa dan iman pada Allah SWT, agar kebahagiaan dunia dan akhirat bisa kita raih.

Ma'asyiral muslimin jemaah Jumat yang dirahmati Allah,

Bulan Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriah. Bulan ini dinamai Safar karena pada bulan ini, orang-orang Arab dulunya sering melakukan perjalanan jauh (safar). Bulan ini sering kali dikaitkan dengan berbagai keyakinan dan tradisi yang berkembang dalam masyarakat, termasuk dalam tradisi Islam. Salah satu yang populer adanya pemahaman bahwa bulan ini mengandung kesialan.

Namun, dalam Islam, tidak ada bukti yang shahih dari hadits atau ajaran Nabi Muhammad yang menyatakan bahwa bulan Safar menyebabkan segala macam kesialan atau masalah. Islam menekankan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, baik kesialan maupun keberuntungan, adalah hasil dari kehendak Allah. Oleh karena itu, tidak tepat untuk mengaitkan segala masalah yang mungkin terjadi dalam bulan Safar dengan bulan itu sendiri.

Bahkan Rasulullah sendiri membantah bahwa bulan Safar bulan sial. Lewat riwayat Imam Bukhari, Nabi bersabda;

لا عَدْوَى ولا طِيَرَةَ ولا هَامةَ ولا صَفَرَ وفِرَّ من المَجْذُومِ كما تَفِرُّ من الأَسَد

Artinya: "Tidak ada penyakit menular, tidak ada ramalan buruk, tidak ada kesialan karena burung hammah, tidak ada sial bulan Safar, dan larilah kamu dari penyakit kusta seperti kamu lari dari singa" (HR. Bukhari).

Perlu ditegaskan bahwa dalam Islam, kepercayaan pada kesialan atau keberuntungan tertentu yang terkait dengan bulan atau tanggal tertentu adalah bentuk syirik (mempersekutukan Allah) dan kepercayaan yang salah. Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu, termasuk keberuntungan dan kesialan, ditentukan oleh Allah semata, bukan oleh bulan atau tanggal tertentu. Keyakinan seperti ini bertentangan dengan konsep tauhid (keyakinan akan keesaan Allah).

Lebih lanjut, laiknya seperti bulan-bulan lainnya dalam Islam, bulan Safar juga memiliki amalan-amalan sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan oleh umat Muslim.

Salah satunya puasa di Ayyamul Bidh. Pada 15 Safar, dianjurkan melaksanakan puasa ayyamul bidh yakni puasa tiga hari pada pertengahan bulan. Ada berbagai hadits yang menggarisbawahi keutamaan dari berpuasa pada hari-hari tersebut. Hadits-hadits tersebut mengatakan bahwa Rasulullah Muhammad SAW sendiri sering berpuasa pada Ayyamul Bidh, dan berpuasa pada hari-hari ini dianggap memiliki nilai pahala yang besar.

يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

Artinya: "Hai Abu Dzar, 'Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah)'."

Selain itu ada hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Nabi bersabda:

أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

Artinya: "Kekasihku (Rasulullah SAW) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak pernah meninggalkannya hingga aku mati, yaitu berpuasa tiga hari setiap bulan, mengerjakan shalat dhuha, dan mengerjakan shalat witir sebelum tidur."

Demikian tadi rangkuman 5 teks khutbah Jumat bulan Safar 2024 yang dapat dijadikan sebagai referensi bacaan bagi setiap muslim. Semoga informasi ini membantu.


(sto/rih)


Hide Ads