5 Khutbah Jumat Awal Bulan Dzulhijjah Singkat Berbagai Tema Penuh Kemuliaan

5 Khutbah Jumat Awal Bulan Dzulhijjah Singkat Berbagai Tema Penuh Kemuliaan

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Kamis, 29 Mei 2025 16:50 WIB
Ilustrasi Ceramah Agama.
Ilustrasi khutbah Jumat. (Foto: Raka Dwi Wicaksana/Unsplash)
Solo - Tidak terasa, kita sudah memasuki Dzulhijjah, bulan terakhir di dalam penanggalan Hijriah. Artinya, ini sudah saatnya untuk menyampaikan khutbah Jumat awal bulan Dzulhijjah yang umumnya bertema kemuliaan 10 hari pertama bulan ini, keteladanan terhadap Nabi Ibrahim dan Ismail, serta ibadah kurban.

Menurut Irfan Maulana dalam Buku Panduan Khutbah Jumat untuk Pemula, khutbah Jumat adalah pidato atau nasihat yang disampaikan oleh khatib sebelum pelaksanaan sholat Jumat, bertujuan mengajak jamaah untuk bertakwa serta mendorong kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran sesuai ajaran Islam. Dalam fiqih, khutbah Jumat merupakan ceramah yang memenuhi syarat dan rukun sholat Jumat.

Khutbah Jumat terdiri dari dua bagian, yaitu khutbah ula dan khutbah tsaniyah yang dipisahkan dengan jeda singkat. Khutbah ini menjadi syarat sahnya sholat Jumat yang wajib bagi laki-laki muslim, sementara wanita tidak diwajibkan melaksanakannya.

Berikut ini merupakan sejumlah contoh naskah khutbah Jumat awal bulan Dzulhijjah yang dihimpun dari laman resmi Muhammadiyah serta Nahdlatul Ulama. Mari kita simak!

Khutbah Jumat Awal Bulan Dzulhijjah #1: Landasan dan Hikmah Ibadah Kurban

Khutbah I

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِن شُرُورِ أَنفُسِنَا وَمِن سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَن يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَن يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نبينا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ
عِبَادَ اللَّهِ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، فَتَقْوَى اللَّهِ فَوْزٌ لَنَا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال أيضا
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Wujudkan ketakwaan dengan menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ketakwaan adalah bekal paling utama dalam menjalani kehidupan, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, suri teladan kita dalam segala hal. Semoga kita termasuk dalam golongan umatnya yang setia mengikuti sunnah-sunnah beliau hingga akhir hayat.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Salah satu manifestasi dari ketakwaan adalah melaksanakan ibadah kurban. Ibadah ini bukan hanya sekadar traditsi, namun merupakan ibadah yang sarat dengan nilai spiritual dan sosial. Kurban menumbuhkan semangat kepatuhan kepada Allah serta semangat berbagi dengan sesama.

Ibadah kurban memiliki dasar yang kuat, baik secara historis maupun dari sisi dalil syariat. Secara historis, ibadah ini merujuk pada kisah agung Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail 'alaihimassalam. Dalam Al-Quran, Allah mengabadikan kisah ini dalam Surah Ash-Shaffat ayat 102:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى ۖ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ ۝

Kisah tersebut menunjukkan ketundukan yang sempurna kepada perintah Allah. Nabi Ibrahim siap mengorbankan anaknya demi menaati perintah Ilahi, dan Nabi Ismail pun dengan penuh kesabaran menerima takdir tersebut. Allah kemudian mengganti Ismail dengan sembelihan besar sebagai bentuk penghargaan atas ketaatan itu.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga menegaskan makna kurban melalui sabdanya dalam hadits riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah, dari Zaid bin Arqam:

قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ مَا هَذِهِ الْأَضَاحِيُّ؟ قَالَ: سُنَّةُ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ ۖ قَالُوا: مَا لَنَا مِنْهَا؟ قَالَ: بِكُلِّ شَعَرَةٍ حَسَنَةٌ

Ibadah kurban tidak berhenti pada kisah atau sejarah semata. Ia juga memiliki dasar langsung dari Al-Quran. Dalam Surah Al-Kautsar ayat 2, Allah berfirman:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Perintah ini menunjukkan bahwa sholat dan kurban adalah bentuk nyata dari rasa syukur dan kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya.

Selain itu, dalam Surah Al-Hajj ayat 34-35 Allah juga menyampaikan:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ ۚ فَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا ۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ

Di ayat ini, Allah menjelaskan bahwa kurban adalah bentuk penghambaan, sebagai tanda ingat kepada-Nya atas nikmat rezeki hewan ternak.

Kemudian Allah berfirman dalam Surah Al-Hajj ayat 36:

وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ

Ini mempertegas bahwa menyembelih hewan kurban adalah bagian dari syiar Islam yang agung.

Rasulullah SAW pun memberikan peringatan dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah:

مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

Makna hadits ini menunjukkan bahwa bagi mereka yang memiliki kemampuan namun enggan berkurban, ada ancaman tidak diperkenankan mendekati tempat sholat, sebagai bentuk peringatan keras.

Juga dalam riwayat Imam Ahmad dari Jubair ibn Muth'im, Rasulullah bersabda:

كُلُّ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ ذَبْحٌ

Artinya seluruh hari-hari Tasyriq (11-13 Zulhijjah) adalah waktu untuk menyembelih kurban.

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Ibadah kurban mengajarkan kita tiga nilai besar. Pertama adalah nilai kepatuhan kepada Allah, sebagaimana yang diteladankan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Kedua adalah pengorbanan, bagaimana kita belajar melepaskan hal yang dicintai demi meraih keridhaan Allah. Ketiga adalah nilai kepedulian sosial, dengan membagikan daging kurban kepada yang membutuhkan.

Kurban juga membersihkan hati. Ia mendidik kita untuk menundukkan nafsu, menjauhkan sifat kikir, dan menumbuhkan rasa kasih sayang. Rasulullah SAW bersabda:

بِكُلِّ شَعْرَةٍ حَسَنَةٌ

Artinya, setiap helai bulu dari hewan kurban mengandung kebaikan yang berlimpah.

Oleh karena itu, mari kita laksanakan ibadah kurban ini dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Bukan sekadar rutinitas, tetapi benar-benar sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dan menyebarkan kebaikan.

Hadirin Jamaah Jumat yang berbahagia,

Tak lama lagi Idul Adha akan tiba. Marilah kita sambut dengan semangat ibadah. Bagi yang memiliki kelapangan rezeki, siapkan diri untuk berkurban. Bagi yang belum mampu, niatkan dengan tulus, karena niat yang baik pun bernilai di sisi Allah.

Kurban adalah bentuk penghambaan yang nyata. Ia mengajarkan keikhlasan, empati, dan rasa syukur. Allah menegaskan kembali dalam Surah Al-Hajj ayat 36:

وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ

Semoga Allah menerima amal kurban kita. Menjadikannya sarana mendekatkan diri kepada-Nya. Menghapus dosa-dosa kita, dan mengantar kita menuju surga-Nya. Amin Ya Rabbal 'Alamin.

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَـٰلَمِينَ وَصَلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ
عِبَادَ اللَّهِ اتَّقُوا اللَّـهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Marilah kita tutup ibadah Jumat kita hari ini dengan berdoa kepada Allah Swt.

إِنَّ اللّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللّهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللّهِ أَجْمَعِينَ
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
اللّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Khutbah Jumat Awal Bulan Dzulhijjah #2: Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2) وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ (3) (سورة الفجر: 1

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita awali khutbah ini dengan memperkuat ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Ketakwaan adalah bekal terbaik dalam hidup ini. Ia bukan hanya perintah, tetapi juga kebutuhan bagi seorang hamba untuk tetap berada dalam lindungan-Nya.

Jamaah yang berbahagia,

Saat ini kita berada di awal bulan Dzulhijjah 1446 Hijriah. Tahun ini, 1 Dzulhijjah jatuh pada hari Rabu, 28 Mei 2025. Maka hari ini, Jumat, merupakan hari ketiga dari sepuluh hari yang sangat agung dan penuh keutamaan di sisi Allah ta'ala.

Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah merupakan momen istimewa untuk memperbanyak amal saleh. Di antaranya puasa dari tanggal 1 sampai 9, terutama puasa Arafah di tanggal 9 Dzulhijjah; memperbanyak dzikir, doa, sedekah, membaca Al-Quran; hingga mempererat silaturahmi dan memperbanyak taubat.

Hadirin rahimakumullah,

Allah sampai bersumpah atas waktu-waktu ini dalam Surah Al-Fajr:

وَالْفَجْرِ (١) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (٢) وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ (٣)

"Demi fajar. Demi sepuluh malam. Demi yang genap dan yang ganjil." [QS. Al-Fajr: 1-3]

Dalam sebuah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ أيّامٍ الْعَمَلُ الصّالِحُ فيهَا أحَبُّ إلَى الله مِنْ هَذِهِ الأيّامِ ...

Artinya: "Tidak ada hari-hari di mana amal saleh lebih dicintai Allah melebihi hari-hari ini, yakni sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah." (HR. Bukhari, Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah)

Ma'asyiral Muslimin,

Di antara hari-hari mulia itu, hari Arafah-tanggal 9 Dzulhijjah-memiliki keistimewaan tersendiri. Pada tahun ini, ia bertepatan dengan hari Kamis, 5 Juni 2025. Tentang puasa Arafah, Rasulullah bersabda:

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ

"Puasa Arafah menghapus dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang." (HR Muslim)

Dalam hadits lain, keutamaan hari Arafah digambarkan demikian:

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللهُ فِيْهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ ‏‏عَرَفَةَ

"Tidak ada hari di mana Allah membebaskan hamba dari neraka sebanyak hari Arafah." (HR Muslim)

Imam Malik juga meriwayatkan bahwa syetan sangat membenci hari Arafah karena banyaknya rahmat Allah:

‏مَا رُؤِيَ الشَّيْطَانُ يَوْمًا هُوَ فِيْهِ أَصْغَرُ، وَلَا أَدْحَرُ وَلَا أَحْقَرُ، وَلَا أَغْيَظُ مِنْهُ فِي يَوْمِ عَرَفَةَ (HR Imam Malik)

Bahkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

‏‏أَفْضَلُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ ‏‏عَرَفَةَ ‏‏وَأَفْضَلُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّوْنَ مِنْ قَبْلِيْ ‏لَا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ

"Doa terbaik adalah doa pada hari Arafah. Dan kalimat terbaik yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah: 'Lā ilāha illallāh wahdahū lā syarīka lah.'" (HR Imam Malik)

Jamaah yang dirahmati Allah,

Bagi yang berniat berkurban, disunnahkan untuk tidak memotong rambut dan kuku sejak awal Dzulhijjah hingga hewan kurbannya disembelih, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Muslim.

Perlu juga kita ketahui bahwa malam Idul Adha termasuk malam yang mustajab untuk berdoa. Dalam kitab Al-Umm, Imam Syafi'i menyebutkan:

بَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ: إِنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِي خَمْسِ لَيَالٍ: فِي لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ، وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى، وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ، وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ، وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ

Artinya: "Telah sampai kepada kami bahwa dikatakan: Doa dikabulkan pada lima malam, yaitu malam Jumat, malam Idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama Rajab, dan malam Nisfu Sya'ban."

Ma'asyiral Muslimin,

Demikian khutbah singkat ini. Mari manfaatkan momen mulia Dzulhijjah dengan amal terbaik. Semoga Allah menerima amal kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan menjadikan kita termasuk orang yang mendapatkan keberkahan hari-hari agung ini. Amin.

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا أمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Khutbah Jumat Awal Bulan Dzulhijjah #3: Berkorban dengan Berkurban

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرَّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي كَانَ خُلْقُهُ الْقُرْآنَ
أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ الرَّحْمَنِ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُّ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِةٌ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Tidak bosan-bosannya khatib mengajak kepada seluruh jamaah, mari kita senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Barometer dari ketakwaan adalah kemampuan kita untuk sekuat tenaga menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya.

Posisi kita berada di jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT-dengan tidak menyimpang ke kanan maupun ke kiri-akan menjadikan kita pada posisi yang kuat dan seimbang, sehingga mampu menghantarkan kita kepada tujuan hidup yang hakiki.

Ketakwaan ini pula yang ditegaskan oleh Allah SWT sebagai bekal terbaik dalam menjalani kehidupan. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 197:

وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

"Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat." (QS. Al-Baqarah: 197)

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Pada kesempatan khutbah kali ini, khatib mengajak kita semua untuk kembali merenungkan nikmat-nikmat dan rezeki yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT dalam kehidupan ini. Semua nikmat itu nyata adanya dan telah ditegaskan dalam Al-Quran, dalam Surah Al-Kautsar ayat 1:

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَ

"Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak."

Nikmat yang telah diberikan kepada kita tidak boleh membuat kita lalai dan menjauh dari Allah. Justru sebaliknya, nikmat itu harus menjadi sarana untuk semakin dekat kepada-Nya. Bagaimana cara kita mendekatkan diri kepada Allah? Jawabannya ada pada ayat berikutnya dalam Surah Al-Kautsar:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

"Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)."

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan dua bentuk ibadah sebagai sarana pendekatan kepada-Nya. Pertama adalah sholat, yang merupakan kewajiban harian. Kedua adalah ibadah kurban, sebuah ibadah tahunan yang hanya dilakukan pada bulan Dzulhijjah, yaitu pada tanggal 10 Dzulhijjah atau pada Hari Tasyriq (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).

Secara bahasa, kurban berasal dari kata "qaruba - yaqrubu - qurban" yang berarti dekat. Maka, berkurban sejatinya adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mengorbankan sebagian harta guna membeli hewan kurban dan membagikannya kepada sesama.

Namun, penting bagi kita untuk memastikan bahwa niat kita benar. Jangan sampai ibadah kurban dilakukan dengan niat yang salah, seperti ingin dipuji atau mencari popularitas. Karena hal itu justru akan menjauhkan kita dari Allah, bukan mendekatkan.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Menurut pendapat Imam Malik dan Imam Al-Syafi'i, menyembelih hewan kurban adalah sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan. Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa kurban adalah wajib bagi yang mampu dan tidak sedang bepergian. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun tidak pernah meninggalkan ibadah ini sejak disyariatkan sampai beliau wafat.

Dalam sebuah hadits dari Aisyah radhiyallahu 'anha, Nabi bersabda:

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

"Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya." (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Ibadah kurban juga memiliki dua dimensi. Dimensi vertikal sebagai bentuk penghambaan kepada Allah. Dan dimensi horizontal sebagai bentuk kepedulian kepada sesama melalui pembagian daging kurban, yang akan membahagiakan orang lain dan memperkuat ukhuwah Islamiyah.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dengan begitu agungnya makna dan tujuan kurban, sudah sepantasnya kita yang mampu berusaha melaksanakannya. Jangan sampai kita menjadi hamba yang kufur nikmat karena enggan berkurban padahal memiliki kemampuan.

Mari kita menjadi hamba yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan menjalankan semua perintah-Nya, agar tidak termasuk dalam golongan yang disebut Allah dalam Surah Al-Kautsar ayat 3:

اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ

"Sungguh, orang-orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah)."

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَكَفَى وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِي الْعَظِيمِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلَّمُوا تَسْلِيمًا، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هُذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
عِبَادَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ

Khutbah Jumat Awal Bulan Dzulhijjah #4: Pesan Kemanusiaan dari Rasulullah

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ الزَّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُورِ وَالأَيَّامِ وَاللَّيَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظِّمُ فِيهَا الْأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وأَصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ الْبِلادِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ
: فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Ma'asyiral Muslimin ḥafiẓakumullāh,

Dalam kesempatan yang mulia ini, marilah kita senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah Subḥānahu wa Ta'ālā. Takwa adalah bekal terbaik yang akan menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat. Takwa ditunjukkan dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Dengan ketakwaan itu pula, semoga kelak kita menjadi penghuni surga-Nya. Āmīn yā Rabbal 'Ālamīn.

Kemuliaan bulan Dzulhijjah telah dijelaskan oleh Al-'Allāmah Syaikh Abdul Ḥamīd dalam Kanzun Najāḥ wAs-Surūr, bahwa di dalamnya terdapat kewajiban haji sebagai salah satu rukun Islam. Di bulan yang agung ini pula, doa-doa dikabulkan oleh Allah. Allah bahkan bersumpah dalam Al-Quran atas sepuluh malam pertama Dzulhijjah:

وَالْفَجْرِ (١) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (٢)

"Demi fajar. Dan malam yang sepuluh." (QS. Al-Fajr: 1-2)

Para ulama berbeda pendapat dalam memaknai "malam yang sepuluh". Ada yang menyatakan bahwa ia merujuk pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, ada pula yang mengatakan sepuluh pertama Muharram. Namun, Imam Suyūṭi dan Syaikh Muḥammad bin Nāṣiruddīn Ad-Dimasyqī Asy-Syāfi'ī menegaskan bahwa yang dimaksud adalah sepuluh malam pertama Dzulhijjah. Karena malam-malam itu adalah yang paling utama dalam setahun.

Ma'asyiral Muslimin ḥafiẓakumullāh,

Salah satu pesan agung dari peristiwa Idul Adha adalah khutbah Nabi Muḥammad SAW di hadapan para sahabatnya. Dalam Khutubatun Nabiyy Rasulillāh, disebutkan sabda beliau:

عن ابن عباس رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم خطب الناس يوم النحر فقال: يا أيها الناس أي يوم هذا؟ قالوا: يوم حرام. قال: فأي بلد هذا؟ قالوا: بلد حرام. قال: فأي شهر هذا؟ قالوا: شهر حرام. قال: فإن دماءكم وأموالكم وأعراضكم عليكم حرام كحرمة يومكم هذا في بلدكم هذا وفي شهركم هذا. (HR Bukhārī)

Artinya: Dari Ibnu 'Abbās raḍiyallāhu 'anhumā, Rasulullah SAW bersabda di hari Idul Qurban: "Wahai manusia, hari apakah ini?" Mereka menjawab, "Hari yang haram." "Negara apakah ini?" Mereka menjawab, "Negara yang haram." "Bulan apakah ini?" Mereka menjawab, "Bulan yang haram." Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian adalah haram sebagaimana haramnya hari ini, di negeri ini, dan bulan ini."

Hadits ini mengandung pesan besar yang relevan bagi umat Islam, termasuk kita yang hidup di Indonesia. Ada tiga hal utama yang dapat diambil:

Pertama, seorang pemimpin harus menyampaikan pesan dan nilai keagamaan kepada umatnya. Hari dan bulan haram ini mengajarkan pentingnya menjaga diri dari dosa dan memperbanyak ibadah, seperti puasa, sedekah, dan menjauhi fitnah.

Kedua, Nabi menyebut kata balad (negeri) sebagai bentuk kecintaan beliau kepada tanah air. Dalam Kamus Al-Munawwir, kata balad berarti negeri atau kampung halaman. Allah berfirman:

إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَىٰ مَعَادٍ ۚ

"Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Quran, benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali (Makkah)." (QS. Al-Qaṣaṣ: 85)

Ini menandakan bahwa cinta kepada tanah air adalah bagian dari iman.

Ketiga, kurban adalah simbol kasih sayang dan perdamaian, bukan kekerasan. Perintah berkurban kepada Nabi Ibrāhīm 'alaihissalām yang diperintahkan menyembelih putranya (Ismā'īl), lalu diganti oleh Allah dengan sembelihan besar, adalah bukti bahwa Islam menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Allah berfirman:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (QS. Aṣ-Ṣāffāt: 102)

Syaikh 'Utsmān bin Ḥasan Al-Khaubāwī dalam Durratun Nāṣihīn menjelaskan bahwa perjalanan Nabi Ibrāhīm dari Syam ke Makkah menginspirasi puasa sunnah Tarwiyah (yatarawwā-merenung tentang mimpinya) dan Arafah ('arafa-yakin itu dari Allah). Hari kesepuluh Dzulhijjah pun menjadi hari an-naḥr (penyembelihan).

Ma'asyiral Muslimin ḥafiẓakumullāh,

Sebagai bentuk syukur atas pengguguran perintah menyembelih anaknya, Nabi Ibrāhīm menyembelih 1.000 kambing, 300 sapi, dan 100 unta. Kurban menjadi ibadah sosial yang sangat mulia, memberdayakan peternak dan memberikan manfaat besar bagi kaum dhu'afa.

Pada akhirnya, umat Islam yang diberi kelapangan rezeki wajib menunaikan haji jika mampu, dan sangat dianjurkan untuk melaksanakan ibadah kurban. Allah berfirman:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (١) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (٢) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (٣)

"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah)." (QS. Al-Kautsar: 1-3)

Makkah dan Madinah adalah tanah suci yang dicintai Nabi. Bahkan di sekeliling Ka'bah ada makam Nabi Nūḥ, Hūd, Ṣāliḥ, dan para nabi lainnya, sebagaimana disebut dalam Manāsik Ḥajj karya Syaikh Ṣāliḥ bin 'Umar As-Samarānī.

Dengan cinta Nabi kepada tanah haram itu, kita sebagai bangsa Indonesia pun harus mencintai negeri ini. Menjaganya, membangunnya, dan menjadikannya sebagai baldatun ṭayyibatun wa rabbun ghafūr-negeri yang damai dan penuh berkah.

Ma'asyiral Muslimin ḥafiẓakumullāh,

Demikian khutbah singkat ini. Dengan semangat Idul Adha, mari kita teguhkan bahwa Islam adalah agama kasih sayang. Mari kita jalani hidup dengan memegang teguh ajaran Islam dan menanamkan cinta tanah air sebagai bagian dari iman.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمْ تَسْلِيمًا كِثِيرًا أَمَّا بَعْدُ فَيا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ فِيمَا أَمَرَ وَانْتَهُوا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَى بِمَلا يُكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلَّمُوا تَسْلِيمًا . اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِينَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلْفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَانِ وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِي التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ الْيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءُ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اللهمَّ أَعِزَّ الإسْلامَ وَالْمُسْلِمِينَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِينَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِينَ وَ دَمِرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا البَلاءَ وَالوَبَاءَ وَالزَّلازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ وَالمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا انْدُونِيْسِيًّا خَاصَّةً وَسَائِرِ البُلْدَانِ المُسْلِمِينَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الخَاسِرِينَ عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبِيَ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ

Khutbah Jumat Awal Bulan Dzulhijjah #5: Meneladani Nabi Ibrahim

Khutbah I

الحمد لله على نعمه في هذا الشهر العظيم شهر ذي الحجة لتقرب إلى الله الكريم أحمده حمدا يفوق حمد الحامدين واستعينه أنه خير المعين وأتوكل عليه برزقه أنه ثقة المتوكلين. أشهد أن لا اله إلا الله وحده لاشريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله المجتبى وسيد الورى رحمة للعالمين. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين وسلم تسليما كثيرا ... أما بعد
فيا عباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون قال الله تعالى في كتابه الكريم ومن يعظم شعائر الله فانها من تقوى القلوب

Ma'asyiral Muslimin raḥimakumullāh,

Terlebih dahulu marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subḥānahu wa Ta'ālā atas taufik, hidayah, 'inayah, dan ri'āyah-Nya. Alḥamdulillāh, hingga hari ini kita masih diberi nikmat untuk menyambut dan merayakan Idul Adha.

Sementara itu, di tanah suci, saudara-saudara kita yang datang dari berbagai penjuru dunia tengah melaksanakan rangkaian ibadah haji, baik yang bersifat wajib, sunnah, maupun rukun-rukunnya.

Ma'asyiral Muslimin,

Mari kita perbaharui ketakwaan kita kepada Allah Subḥānahu wa Ta'ālā. Takwa berarti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketakwaan adalah pesan utama Allah kepada seluruh umat manusia sejak zaman dahulu hingga akhir zaman. Karena itulah Allah mengutus para rasul untuk menjadi teladan dalam ketakwaan dan kesalehan. Para rasul diberi kemaksuman serta sifat shiddīq, amānah, tablīgh, dan faṭānah. Mereka juga dibekali kitab-kitab suci sebagai panduan umatnya.

Jamaah Jumat raḥimakumullāh,

Dalam tafsirnya, Imam Ibnu Katsīr menyebutkan bahwa Allah telah mengutus 313 rasul dan 124.000 nabi. Di antara mereka, Nabi Ibrāhīm 'alaihissalām menempati kedudukan yang sangat istimewa. Dalam momen Idul Adha ini, sangat tepat bagi kita untuk mengenang, merenungkan, dan meneladani perjalanan hidup beliau.

Nabi Ibrāhīm adalah seorang nabi yang mendapatkan gelar Khalīlullāh (kekasih Allah), dan juga disebut Abul Anbiyā' (bapak para nabi) karena para nabi Bani Israil berasal dari keturunan beliau-yakni dari Nabi Isḥāq 'alaihissalām. Bahkan Nabi Muhammad SAW pun termasuk keturunan dari Ibrāhīm melalui jalur Nabi Ismā'īl 'alaihissalām.

Ibrāhīm 'alaihissalām pernah diklaim oleh kaum Yahudi, Nasrani, dan Musyrik sebagai bagian dari mereka. Untuk menolak klaim tersebut, Allah menurunkan ayat:

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا ۚ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

"Ibrāhīm bukan seorang Yahudi dan bukan seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus dan berserah diri (muslim), dan dia bukanlah termasuk orang-orang musyrik." (QS. Āli 'Imrān: 67)

Allah pun memerintahkan Nabi Muḥammad SAW dan kita semua untuk terus mengingat dan meneladani Nabi Ibrāhīm 'alaihissalām dalam banyak hal. Berikut beberapa keteladanan beliau:

Pertama: Keberanian dalam Tauhid

Nabi Ibrāhīm berani mendakwahkan tauhid kepada ayah dan kaumnya yang tenggelam dalam penyembahan berhala. Dengan penuh kelembutan dan santun, beliau menyampaikan risalah tauhid kepada ayahnya, sebagaimana dalam Surah Maryam:

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا ۝ إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنكَ شَيْئًا ۝ يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا ۝ يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ عَصِيًّا ۝ يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَن يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِّنَ الرَّحْمَٰنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا ۝ قَالَ أَرَاغِبٌ أَنتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ ۖ لَئِن لَّمْ تَنتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ ۖ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا ۝ قَالَ سَلَامٌ عَلَيْكَ ۖ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي ۖ إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا

"Dan ingatlah dalam kitab Ibrahim sesungguhnya dia adalah orang yang benar lg seorang nabi, ingatlah ketika ia berkata kepada ayahnya wahai ayahku kenapa engkau menyembah apa-apa yang tidak bisa mendengar dan tidak bisa melihat? wahai ayahku sesungguhnya telah sampai kepadaku wahyu, apa-apa yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku aku tunjukkan jalan yang lurus, wahai ayahku janganlah engkau menyembah setan sesungguhnya setan itu bermaksiat kepada Allah. Wahai ayahku sesungguhnya aku takut azab Allah akan menimpamu sehingga setan menjadi temanmu. Lalu ayah Ibrahim berkata kepada Ibrahim, Hai Ibrahim apakah engkau membenci tuhan-tuhanku? Sungguh jika engkau tidak berhenti membenci tuhan-tuhanku sungguh aku akan merajammu dan pergilah segera dariku. Ibrahim berkata semoga engkau selamat dan aku akan mendoakan untukmu agar Allah Tuhanku mengampunimu sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku" (QS. Maryam: 41-47)

Kedua: Ketaatan pada Perintah Allah

Kisah luar biasa ketika Nabi Ibrāhīm diperintahkan untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismā'īl, menjadi simbol ketaatan total kepada Allah. Allah abadikan momen ini dalam Surah As-Ṣāffāt:

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ ۝ وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ ۝ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ ۝ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ ۝ وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ ۝ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ ۝ سَلَامٌ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ ۝ كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

"Wahai Ibrahim engkau telah membenarkan perintahKu melalui mimpimu Sesungguhnya dengan demikian akan membalas orang-orang yang berbuat baik, sesungguhnya ini adalah ujian yang nyata dan kami tebus ismail dengan sembelihan hewan qurban yang besar. Dan kami jadikan teladan untuk orang-orang yang sesudahnya, keselamatan untuk Nabi Ibrahim, demikianlah kami membalas orang-orang yang berbuat baik". (QS. As-Ṣāffāt: 103-110)

Ketiga: Membangun Peradaban dan Doa untuk Negeri

Nabi Ibrāhīm dan Ismā'īl juga diperintahkan Allah untuk membangun kembali Ka'bah. Mereka tidak hanya membangun tempat ibadah, tetapi juga meletakkan fondasi peradaban yang sejahtera dan penuh ketakwaan. Doa beliau untuk Makkah pun sangat mendalam:

رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berilah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman kepada Allah dan hari kemudian." (QS. Al-Baqarah: 126)

Ma'asyiral Muslimin raḥimakumullāh,

Dari kisah ini, kita belajar tentang ketaatan, ketabahan, kecintaan kepada negeri, dan pentingnya doa dalam membangun masyarakat yang beradab dan beriman.

Maka, mari kita teladani Nabi Ibrāhīm dalam keimanan, kesabaran, pengorbanan, serta pengabdiannya kepada Allah. Idul Adha bukan hanya momen menyembelih hewan, tapi momen menghidupkan nilai-nilai tauhid, kemanusiaan, dan peradaban.

اللَّهُمَّ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ، إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا، إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا، رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ، وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ.

Khutbah II

الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتَنَائِهِ وَأَشْهَدُ أَنْ لا إله إلا الله وَاللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمْ تَسْلِيمًا كِثِيرًا
أَمَّا بَعْدُ فَيا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ فِيمَا أَمَرَ وَانْتَهُوا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَتَنَى بِمَلا يُكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللَّهَ وَمَلَا ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَر وَ عُثْمَان وَعَلى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِي التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ الْيَوْمِ الدِّينِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءُ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللهم أعِزَّ الإسلام وَالمُسْلِمِينَ وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِينَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحَدِيَّة وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّينَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ المُسْلِمِينَ وَ دَمِرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاهْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعَ عَنَّا البَلاء وَالْوَبَاءَ وَالزَّلازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ وَالْمِحْنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا انْدُونِيْسِيًّا خاصَّةً وَسَائِرِ البُلْدَانِ المُسْلِمِينَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الخَاسِرِينَ عِبَادَ اللَّهِ ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِبْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُ و اللهَ العَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرْ

Demikianlah tadi beberapa naskah khutbah Jumat awal bulan Dzulhijjah. Semoga dapat menjadi inspirasi!


(sto/ahr)


Hide Ads