Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten mengungkap, penyebab kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) masih terus tinggi di Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui terdapat penularan virus dengue secara transovarial sehingga penularannya semakin ganas.
"Penelitian menunjukkan bahwa jentik sekarang ini sudah membawa virus dengue. Kalau dulu nyamuk dewasa menggigit penderita DBD baru kemasukan virus, sehingga bia menularkan virus dengan menggigit orang lain. Sekarang ini, jentiknya itu sudah ada virusnya," kata Kepala Dinkes Klaten, Anggit Budiarto di Pendala Setda Klaten, Senin (21/7/2024).
Hal inilah yang menyebabkan adanya lonjakan kasus DBD di Kabupaten Klaten. Oleh karena itu, kata Anggit, gerakan pemberantasan sarang nyamuk secara bersih dan benar harus terus digalakkan untuk memberantas penyebaran jentik-jentik nyamuk di lingkungan rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi lebih hati-hati, lebih bersih dalam melaksanakan PSN. Dulu gigit orang belum tertular, inilah masalah yang harus kita hadapi, bahwa DBD pasti akan meningkat kalau perkara jentik ini tidak diseriusi," tuturnya.
"Vaksin DBD itu sebenarnya ada, cuman DBD virus dengue itu ada beberapa jenis, misalnya jenis A, B, C, D. Vaksin itu biasanya mengacu pada masing-masing jenis, berbeda-beda," imbuhnya.
Jika ingin mendapatkan vaksin DBD, kata Anggit, seseorang harus melakukan vaksin untuk seluruh jenis virus dengue. Sebab jika seseorang hanya memperoleh vaksin jenis tertentu, ia bisa tetap terjangkit DBD virus dengue yang lain.
Oleh karena itu, ia kembali menegaskan masyarakat Kabupaten Klaten untuk rajin melaksanakan gerakan PSN, karena hal ini dinilai menjadi kunci guna utama pencegahan DBD.
"Kami jajaran Dinas Kesehatan mengacu kepada alur dari Kementerian, bahwa yang terpenting dalam pemberantasan DBD adalah PSN. Vaksin juga boleh, yang penting pola hidup bersih dan sehat," paparnya.
Hal senada dikatakan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinkes Klaten, Hanung Sasmito Wibowo. Ia mengatakan, PSN harus terus digalakkan, sebab satu nyamuk dapat bertelur hingga 100 butir yang kemudian dapat menetas dalam waktu tiga hari saja.
"PSN adalah langkah paling utama dan paling kita rekomendasikan. Kalau fogging tidak efektif dan efisien, karena bisa menyebabkan nyamuk ini menjadi kebal sehingga dia mudah bertransmisi. Ini yang kita khawatirkan, jadi nyamuk itu lebih berbahaya," paparnya.
Baca juga: Warga Klaten Diimbau Waspada Fase Kritis DBD |
Ia menjelaskan, pemeriksaan jentik-jentik nyamuk telah dilakukan Dinkes Klaten di 19 desa dari 19 kecamatan di Kabupaten Klaten, dan menghasilkan fakta adanya transmisi transovarial virus dengue.
"Dulu sebelum transmisi ini nyamuk itu menggigit orang yang kena DB lewat gigitan, kemudian nyamuk itu baru menyebarkan ke orang lain tetapi. Sekarang nyamuk aides itu sendiri sudah mengandung virusnya, kemudian bisa menularkan ke banyak orang," paparnya.
"Itulah yang menyebabkan kenapa di Klaten ini angkanya tinggi sekali. Bukan karena semata-mata kesalahan atau keteledoran dari warga, tetapi memang transmisi nyamuknya yang sudah transovarial," imbuh dia.
Adapun, Dinkes Klaten mencatat per Minggu ke-28 ini, telah ada penambahan kasus DBD hingga mencapai 986. Namun, tak ada penambahan kematian akibat DBD, sehingga angka kematian mencapai 31 orang.
(anl/ega)