Mitos Macan Jadi-jadian di Balik Warga Wonogiri Tunggui Makam 40 Hari

Terpopuler Sepekan

Mitos Macan Jadi-jadian di Balik Warga Wonogiri Tunggui Makam 40 Hari

Tim detikJateng - detikJateng
Sabtu, 20 Jul 2024 08:45 WIB
Makam warga yang dijaga karena meninggal pada Selasa Kliwon di Giriwoyo Wonogiri.
Makam warga yang dijaga karena meninggal pada Selasa Kliwon di Giriwoyo Wonogiri. Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng
Solo -

Tradisi menjaga makam selama 40 hari untuk jenazah yang meninggal pada Selasa dan Jumat Kliwon masih lestari di Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri. Menurut warga yang menjalankan tradisi ini, ada sejumlah mitos yang melatarbelakangi, salah satunya tentang macan jadi-jadian yang dikhawatirkan bakal mengambil bagian jasad mayatnya.

Salah satu warga yang masih mempercayai tradisi itu adalah keluarga Cahyo. Ayahnya meninggal dunia pada Selasa Kliwon, dua pekan lalu. Hingga kini makam ayah Cahyo masih dijaga sejumlah orang.

"Meninggal Selasa dan Jumat Kliwon memiliki keistimewaan. (Makam) Akan menjadi sasaran para penganut ilmu hitam, pesugihan, untuk mencari bagian jenazah itu," kata Cahyo kepada wartawan, Senin (15/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selaim makam, bekas tempat pemandian jenazah juga dijaga oleh pihak keluarga selama 40 hari.

"Kepercayaannya kalau di bekas pemandian bisa terjamah (pencari pesugihan atau ilmu hitam) maka yang di kuburan bisa diambil juga. Kalau diambil (bagian mayat) kasihan juga, anggap saja ini pengabdian kita kepada orang tua," ujar Cahyo saat itu.

ADVERTISEMENT

Menurut kepercayaan sebagian masyarakat, pencari pesugihan atau penganut ilmu hitam itu mengincar beberapa bagian si mayat, dari tali pocong hingga kepalanya. Cara mengambilnya diyakini menggunakan ritual tertentu. Kemudian bagian yang diinginkan bisa keluar sendiri.

Cahyo mengatakan, ada juga yang meyakini bahwa pengambil bagian mayat itu ialah sosok macan jadi-jadian.

"Selama dua minggu ini tidak ada. Kalau kata orang jika ada yang mau mengambil itu tercium bau bangkai. Kemarin di dekat pemandian ada yang mencium bangkai dari kebun. Setelah dicari tidak ada," ucap Cahyo.

Salah satu penjaga makam ayah Cahyo, Iwan, mengatakan belum ada kejadian yang aneh-aneh selama mereka menjaga makam.

"Alhamdulillah tidak ada gangguan. Hanya saja saat ada yang ziarah terutama saat 1 Suro kemarin kita lebih ketat menjaga. Ya diperkatat, kami tanya asalnya mana. Takutnya ada yang nyamar, ziarah asalan. Hampir tiap hari ada yang ziarah," kata Iwan.

Menurut Iwan, berdasarkan penjelasan guru spiritualnya, jenazah yang meninggal pada Selasa Kliwon diincar untuk tumbal pelaris dan kekebalan.

"Intinya diketatin, terutama dari arah selatan. Jangan sampai rumah (bekas pemandian jenazah) kebobolan. Ada juga yang meyakini ada harimau jadi-jadian (yang mengambil bagian jenazah)," jelas dia.

Iwan mengatakan, orang yang mencari tumbal kepada orang yang meninggal pada Selasa dan Jumat Kliwon biasanya mengambil tanah di makam. Bekas pemandiannya juga diincar.

"Jadi ambil tanahnya, ambil (jasad) dari jarak jauh. Kalau di tempat pemandian karena keringat jenazah mengalir. Kalau di makam karena jasadnya agar lengkap," ucap Iwan.

Dia menambahkan, makam dijaga selama 40 hari karena menunggu bagian perut mayat pecah. Saat masih 7 hari baru pembengkakan. Jika sudah lebih dari 40 hari, mayat sudah tidak bisa dijadikan persyaratan tumbal.

"Kami kalau malam tidak tidur, karena lebih fokus. Kadang menyisir area makam," pungkasnya.




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads