Sejarah Bulan Muharram, Apa Saja Peristiwa Penting yang Terjadi?

Sejarah Bulan Muharram, Apa Saja Peristiwa Penting yang Terjadi?

Nur Umar Akashi - detikJateng
Senin, 08 Jul 2024 15:26 WIB
Islamic decoration background with mosque cartoon style, copy space text, ramadan kareem, mawlid, iftar, isra miraj, eid al fitr adha, muharram, 3D illustration.
Ilustrasi bulan Muharram. Foto: Getty Images/iStockphoto/sofirinaja
Solo -

Muharram sebagai bulan pertama kalender Hijriah menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting dalam sejarah. Umat Islam sudah sepatutnya mengetahui kejadian-kejadian penting di bulan Allah ini. Apa saja? Berikut ini uraiannya.

Berdasar fakta sejarah, Muharram dijadikan bulan pembuka tahun Hijriah atas dasar ketetapan Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 17 H sebagaimana dikutip dari buku Sejarah Pembentukan Kalender Hijriyah oleh Ahmad Zarkasih.

Penetapan kalender ini bermula dari kegelisahan Abu Musa al-Asy'ari yang bingung dengan surat perintah dari khalifah. Abu Musa kebingungan membedakan perintah lama dan baru. Sebab, surat-surat tersebut tidak memiliki tanggalan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menanggapi hal ini, Umar mengumpulkan para sahabat dan berembuk. Dari hasil diskusi, disepakati bahwasanya patokan tahun pertama Hijriah didasarkan atas peristiwa hijrah. Adapun untuk bulan pertamanya, ada dua usulan, yakni Rabiul Awal dan Muharram.

Usai menimbang-nimbang, Khalifah Umar lebih memilih Muharram sebagai bulan pembuka. Di samping akibat dukungan Utsman bin Affan, Muharram adalah momen pembukaan (muqaddimah) hijrah, biarpun hijrahnya sendiri baru terlaksana pada Rabiul Awal. Atau, dalam riwayat lain, karena Muharram adalah momen pulangnya orang-orang dari ibadah haji.

ADVERTISEMENT

Sejak saat itu, Muharram dikenal sebagai bulan pertama dalam sistem penanggalan Hijriah. Selain tergolong bulan mulia atau suci, Muharram juga menyimpan banyak peristiwa bersejarah yang menarik. Mari, baca peristiwa-peristiwa penting Muharram dalam artikel berikut ini!

Peristiwa Penting Bulan Muharram

1. Keluarnya Nabi Nuh AS dari Bahteranya

Dirangkum dari buku Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Kantor Da'wah al-Sulay, nama lengkap Nabi Nuh adalah Nuh bin Lamik bin Mutawasylih bin Khanukh (Idris) bin Yarid bin Mahlayil bin Qainin bin Anusy bin Syits bin Adam.

Nabi Nuh terlahir 126 tahun usai Nabi Adam wafat sebagaimana penjelasan Ibnu Jarir dan lainnya. Nabi Nuh diutus kepada kaum yang menyembah patung dan thagut. Mereka tenggelam dalam kesesatan sehingga Allah mengutus Nuh sebagai rasul pertama di muka bumi.

Usai diutus, Nabi Nuh berdakwah melarang kaumnya menyembah berhala, patung, dan berbagai bentuk thagut. Namun, setelah berbagai macam cara dilakukan dan dicoba, sebagian besar kaumnya menolak. Bahkan, mereka menghina Nabi Nuh.

Setelah 950 berdakwah tanpa hasil signifikan, hilang sudah harapan Nabi Nuh. Ia lalu memohon kepada Allah untuk menyelamatkan dirinya dan menurunkan azab. Kemudian, Allah memerintahkan utusan-Nya untuk membuat bahtera besar.

Usai bahtera dibuat, air memancar dari celah-celah bumi seizin Allah. Nabi Nuh dan pengikutnya diperintah untuk segera naik bahtera. Bersama orang-orang beriman itu, turut serta pula seluruh jenis hewan secara berpasang-pasangan.

Banjir bandang mulai terjadi akibat hujan deras. Dari riwayat Qatadah, diketahui bahwasanya Nabi Nuh berlayar selama 150 hari, mulai dari Rajab dan berakhir di bukit Juddy selama sebulan. Adapun waktu keluarnya Nabi Nuh dari bahtera tersebut adalah pada 10 Muharram (hari Asyura).

2. Firaun dan Bala Tentaranya Binasa

Kisah hancurnya Firaun beserta bala tentaranya terjadi pada masa dakwah Nabi Musa AS. Singkat cerita, usai dakwahnya ditolak, Nabi Musa dan pengikutnya terkena amarah Firaun.

Dalam kondisi seperti itu, Nabi Musa dan pengikutnya pergi meninggalkan Mesir hingga tiba di tepi Laut Merah. Di belakang mereka, pasukan Firaun melakukan pengejaran, sedangkan di hadapan, terbentang Laut Merah.

Dalam keadaan terdesak, Nabi Musa berdoa kepada Allah SWT. Tuhan Semesta Alam lalu memerintahkan Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut. Dengan seizin Allah SWT, Nabi Musa memukulkan tongkatnya, maka terbelahlah laut tersebut.

Nabi Musa dan para pengikutnya segera menyeberang dengan rasa aman. Melihat kondisi demikian, tanpa pikir panjang, Firaun dan bala tentaranya membuntuti. Ketika berada di tengah-tengah laut yang terbelah, Allah mengatupkan Laut Merah sehingga Firaun dan pasukannya tewas tenggelam.

Dalam keadaan sekarat, Firaun sempat bertobat. Namun, tobatnya tidak diterima karena semuanya sudah terlambat. Hal ini difirmankan Allah dalam Al-Quran surat Yunus ayat 90-91 yang berbunyi:

۞ وَجَاوَزْنَا بِبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ الْبَحْرَ فَاَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُوْدُهٗ بَغْيًا وَّعَدْوًاۗ حَتّٰىٓ اِذَآ اَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ اٰمَنْتُ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا الَّذِيْٓ اٰمَنَتْ بِهٖ بَنُوْٓا اِسْرَاۤءِيْلَ وَاَنَا۠ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ ۝٩٠ اٰۤلْـٰٔنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ ۝٩١

Artinya: "Kami jadikan Bani Israil bisa melintasi laut itu (Laut Merah). Lalu, Fir'aun dan bala tentaranya mengikuti mereka untuk menganiaya dan menindas hingga ketika Fir'aun hampir (mati) tenggelam, dia berkata, "Aku percaya bahwa tidak ada tuhan selain (Tuhan) yang telah dipercayai oleh Bani Israil dan aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri kepada-Nya). Apakah (baru) sekarang (kamu beriman), padahal sungguh kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan?"

Kebinasaan Firaun dan bala tentaranya disebut terjadi pada 10 Muharram alias hari Asyura. Dikutip dari buku Ensiklopedi Amalan Sunnah di Bulan Hijriyah oleh Abu Ubaidah Yusuf dan Abu Abdillah Syahrul Fatwa, Ibnu Abbas berkata,

"Nabi tiba di Madinah dan beliau mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa Asyura. Nabi bertanya, 'Puasa apa ini?' Mereka menjawab, 'Hari ini adalah hari yang baik, hari di mana Allah telah menyelamatkan Bani Israil dari kejaran musuhnya. Maka Musa AS berpuasa sebagai rasa syukurnya kepada Allah. Dan kami pun ikut berpuasa.' Nabi berkata, 'Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.' Akhirnya Nabi berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa." (HR Bukhari no 2004 dan Muslim no 1130)

3. Perang Qadisiyah

Berdasar informasi dari laman Dawat Islami, pada 14 atau 15 Muharram 14 Hijriah/637 Masehi, terjadi Perang Besar Qadisiyah. Dari fakta sejarah, diketahui bahwasanya peperangan ini melibatkan kurang lebih 36.000 orang Muslim melawan 120.000 orang Persia selama empat hari.

Diringkas dari Repository UIN Banten, pimpinan mujahidin dalam perang tersebut adalah Sa'ad bin Abi Waqqash. Secara rinci, Sa'ad membagi pasukannya dengan komando berbeda. Garda depan dikomando Zahrah bin Abdullah, sayap kanan di bawah komando Jarir bin Abdillah al-Bajali, sedangkan sayap kiri dipegang Qais bin Maksyuh.

Secara berurutan, empat hari Perang Qadisiyah diberi nama Armats, Agwats, Amas, dan Qadisiyah. Umat Islam berhasil meraih kemenangan telak di hari keempat dengan jumlah korban sekitar 8.000 orang. Sementara itu, korban di pihak Persia tak terhitung jumlahnya.

4. Serangan Abrahah dan Pasukan Gajah ke Mekkah

Peristiwa penting berikutnya dalam Muharram yang tercatat dalam sejarah adalah serbuan pasukan gajah. Dari informasi yang disajikan situs resmi Universitas Insan Cita Indonesia (UICI), Abrahah bersama pasukan gajahnya menyerbu Ka'bah pada 12 Muharram 571 Masehi.

Usai tiba di dekat Mekkah, gajah tunggangan Abrahah mogok jalan. Ia tidak mau bergerak menuju Mekkah. Namun, ketika diarahkan menuju tempat lain, gajah tersebut segera bangkit dan berjalan.

Dalam kondisi menderumnya gajah-gajah Abrahah, Allah SWT mengutus burung-burung Ababil untuk memusnahkan pasukan tersebut. Masing-masing membawa batu panas sehingga membuat pasukan Abrahah layaknya daun-daun yang bolong dimakan ulat.

Allah SWT mengisahkan kejadian ini dalam Al-Quran surat Al-Fiil ayat 1-5. Berikut ini bacaan Arab dan artinya:

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِاَصْحٰبِ الْفِيْلِۗ ۝١ اَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِيْ تَضْلِيْلٍۙ ۝٢ وَّاَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا اَبَابِيْلَۙ ۝٣ تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ مِّنْ سِجِّيْلٍۙ ۝٤ فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُوْلٍࣖ ۝٥

Artinya: "Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, sehingga Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)."

5. Terbunuhnya Husain bin Ali bin Abi Thalib di Karbala

Diringkas dari NU Jawa Barat, Husain adalah nama cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW. Berdasar catatan sejarah, Husain beserta keluarga dan beberapa pengikutnya dibantai secara kejam di Karbala, Irak, pada 10 Muharram 680 Masehi.

Mulanya, Husain diundang untuk datang ke Kufah. Warganya berjanji memberi dukungan bagi kekuasaannya. Beberapa sahabat menyarankan Husain untuk tidak memenuhi undangan tersebut, sebab, tidak semua orang Kufah jujur.

Namun, Husain tidak mengindahkan saran tersebut. Ia percaya dengan ucapan warga Kufah yang berjanji akan sumpah setia padanya. Ia berkata, "Saya sudah melakukan istikharah dan akan berangkat ke sana."

Husain lalu berangkat bersama 72 anggota keluarga dan kurang dari 100 orang pengikutnya. Di Karbala, 3000 tentara Yazid bin Muawiyah di bawah komando Ubaidillah Ibn Ziyad menghadang rombongan Husain.

Mereka menawarkan Husain agar tunduk kepada Yazid bin Muawiyah. Akan tetapi, Husain menolak. Ia tidak mau mengakui kekuasaan Yazid yang tidak sah. Akibatnya, rombongan tersebut dibantai oleh pasukan Yazid bin Muawiyah.

Tragisnya, kepala Husain dipisahkan dari tubuhnya kemudian dikirimkan kepada Yazid bin Muawiyah. Ketika melihat kepala tersebut, Yazid konon menangis. Namun, ada juga yang menyebut bahwa ia justru senang. Wallahu a'lam.

Nah, itulah beberapa peristiwa penting yang terjadi pada bulan Muharram. Semoga menambah wawasan detikers sekalian, ya!




(par/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads