Guntur (57) dan anaknya berinisial I (8) bikin heboh karena dua pekan bertahan di gua. Guntur ternyata pernah kabur membawa anaknya saat dirawat di Rumah Pelayanan Sosial (Rumpelsos) di Demak.
Kepala UPTD Rumpelsos Dinsos Demak, Aniek Shaubichati mengatakan Guntur dan anaknya pernah dirawat di Rumpelsos Demak pada 16 Juni 2022. Kala itu saat dievakuasi, kondisi anak Guntur disebut luka borok di sekujur tubuhnya.
Guntur dan anaknya saat itu tinggal di rumah kosong milik tetangganya di Desa Jungsemi, Wedung, Demak. Dia lalu dievakuasi petugas Dinsos, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Wedung, perangkat desa, dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau di kami hanya sekali. Ada laporan dari warga, terus kami pengambilan bersama TKSK Wedung," kata Aniek kepada detikJateng melalui telepon, Jumat (7/6/2024).
"Iya, waktu itu maaf si kecil itu kan sakit, maaf dengan berbagai luka-luka, kalau saya bilang borok. Makanya kami karena setelah kami rumah kotor kayak begitu, terus tahunya itu sama kucing saja anaknya itu. Jadi anak itu tidak terawat, terus tidak diasuh secara baik, dan sering menyendiri bersama kucing waktu itu," sambungnya.
Menurutnya, Guntur antimenerima bantuan pemerintah. Sebab, saat diperiksakan ke RSUD Sunan Kalijaga, obat resep dokter tidak diberikan ke anaknya yang sakit.
"Di kami tidak ada seminggu, dari kami kan waktu itu langsung ke rumah sakit karena mengantarkan si kecil pemeriksaan, bapaknya juga diperiksa. Maaf nyuwun sewu, kejiwaannya itu tidak bisa, kalau bahasa psikolognya bapaknya itu tertutup tetapi dia tidak mau menerima bantuan," ujarnya.
"Kayak kemarinlah ibaratnya, dapat bantuan pemerintah itu dosa, bahasanya kayak gitu-gitu. Jadi kita kontrol ke rumah sakit biar lukanya bagus, ternyata tidak diberikan obatnya. Kami itu sampai ke Pak Guntur, ke anaknya, tapi mohon maaf lagi putranya Pak Guntur itu tidak bisa bicara kayak sesuai umur gitu, dan tidak sekolah," sambungnya.
Aniek menerangkan pihaknya sudah mengupayakan pendidikan dan pengasuhan anak Guntur. Namun, bocah itu justru dibawa kabur bapaknya.
"Jadi pemikiran kami, dengan adanya kami membantu bersama TKSK, bersama bidang rehabilitasi, dan kami nanti ada kelanjutan. Ternyata tidak diterima oleh Pak Guntur, karena Pak guntur tertutup. Dia kayak mengasingkan diri di masyarakat, apalagi sama keluarganya," terangnya.
Ia menyebut saat itu anak Guntur berusia sekitar 7 tahun. Tragisnya, bocah itu mengalami luka borok di kepala dan sekujur tubuhnya.
"Waktu itu di sini masih kecil, 7 tahun. Itu sudah pernah di kami. Sudah pernah kita beri pengasuhan, tetapi tiga atau empat hari, langsung kabur tanpa pemberitahuan kami. Ngomongnya izin keluar. Ya sama anaknya digendong," ujarnya.
"Kami itu sampai memberikan semacam mainan, biar anaknya betah dulu, lukanya biar sembuh dulu. Jadi semua badan itu borok semuanya, putranya. Iya, luka-luka dari kepala sampai badan, gitu. Jadi dari puskesmas kami langsung ke rumah sakit," imbuh Aniek.
Saat itu, Guntur disebut kabur tanpa membawa barang-barang yang disediakan. Baju dan mainan pemberian dari Rumpelsos Demak ditinggal begitu saja.
"Jadi baju yang kita beri, mainan itu ditinggal semuanya," ujarnya.
"(Luka) itu karena, maaf Pak Guntur tidak pernah memperhatikan, tidak terawat, jadi borok luka karena dia sering kumpul dengan kucing. Makan itu hanya mungkin sekali, kurus, sudah nggak terawat sama sekali," sambungnya.
Aniek menerangkan pihaknya tak bisa melacak keberadaan Guntur dan anaknya. Pihaknya pun mendata bocah itu sebagai disabilitas karena tak menerima pengasuhan yang baik.
"Anaknya disabilitas, karena anaknya tidak pernah diajari ngomong atau apa, akhirnya anaknya cuma haho-haho gitu aja. Pas kami tanya juga kayak gitu," terangnya.
Sempat Tinggal di Rumah Kosong
Dihubungi terpisah, TKSK Wedung Dinsos Demak, Hardi mengatakan Guntur dan anaknya sempat tinggal di rumah kosong milik tetangganya. Bahkan rumah tersebut dicoreti dengan kata-kata menolak pemberian bantuan dari pemerintah.
"Bahkan dia itu di rumahnya, rumahnya kan numpang itu ditulisin, 'Tidak menerima bantuan dari pemerintah' itu ada, Mas. Di rumah tetangga, rumah kosong dipakai," ujar Hardi melalui telepon.
Rencananya Hardi bakal mengevakuasi bocah itu lagi pada Sabtu (8/6) besok. Dia menyebut Kartu Indonesia Sehat, keluarga Guntur tidak aktif.
"KIS-nya tidak aktif, Kartu Indonesia Sehat. Karena setelah bercerai dengan istri, dia itu domisilinya tidak menetap. Makanya kami tetap mendampingi, mencari solusi yang terbaik buat anaknya," terangnya.
Hardi pun berniat menyelamatkan anak Guntur. Nantinya bocah itu bakal diasuh di panti sosial khusus anak.
"Kita besok assesmen ke sana, hasilnya nanti gimana. Kalau anak tersebut bisa saya bawa, tetep saya bawa. Saya bawa ke panti, saya serahkan ke Parmadi, panti asuhan khusus anak. Panti sosial dari Provinsi yang ada di Demak, khusus anak-anak," ujarnya.
"Iya, saya prioritaskan anaknya, kita selamatkan anaknya daripada orang tuanya, kalau orang tuanya kita bimbing tetap tidak bisa, bakal kabur lagi. Anak ini saya selamatkan biar dia bisa berinteraksi dengan teman sebayanya, biar bisa diajak ngomong, komunikasi," harap dia.
(ams/ahr)