'Tiongkok Kecil' di Lasem, Rembang, terdapat cerita rakyat yang melegenda. Yakni cerita tentang kutukan terhadap keturunan Tionghoa yang bermarga Han.
Ada cerita jenazah Han Siong Kong atau Han Wee Sing ditelantarkan oleh anaknya di bawah pohon. Lokasi pohon tempat jenazah Han Siong Kong ditelantarkan oleh anaknya ini berada di Desa Babagan, Kecamatan Lasem, Rembang. Pohon itu saat ini sudah tidak ada, namun di titik yang sama kini terdapat sebuah pohon beringin yang cukup rindang.
Ketua Pokdarwis Desa Babagan sekaligus Pemerhati Budaya dan Sejarah di Lasem, Agik NS mengungkapkan lokasi titik pohon tempat jenazah Han ditelantarkan anaknya berada di Desa Babagan di sekitar kompleks Balai Desa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Titik lokasi pohonnya masih. Ada di Desa Babagan, di dekat Balai Desa situ. Kalau pohonnya dulu masih ada, besar sekali. Tapi sekarang sudah ditebang, sekarang tumbuh pohon beringin. Di bawah situ biasanya ada sesajennya, jadi pepunden," kata Agik saat ditemui detikJateng di Lasem, Rabu (29/5/2024).
detikJateng mengunjungi lokasi titik pohon itu pada Rabu (29/5) siang. Lokasinya berada persis di depan Balai Desa Babagan, masih di dalam satu kompleks.
Di titik lokasi bekas pohon tempat jenazah Han ditelantarkan itu saat ini tumbuh pohon beringin yang cukup rindang. Di bawah pohon itu terdapat bekas seperti sesajen, berupa bekas bunga tabur dan sisa dupa dibakar.
Untuk diketahui, 'Tiongkok Kecil' di Lasem, Rembang, terdapat cerita rakyat yang menarik untuk dikulik. Yakni cerita tentang kutukan terhadap keturunan Tionghoa yang bermarga Han, yang dilarang menginjakkan kakinya di tanah Lasem.
Cerita legenda itu bermula dari sebuah kisah tentang suatu keluarga yang berjaya atas usaha dagangnya. Yakni keluarga Han Siong Kong dari Tian Bao (Fujian) yang datang ke Lasem pada era tahun 1700. Dia merupakan generasi awal yang hidup dan menikah di Lasem, sehingga memiliki lima orang anak.
"Han Siong Kong itu dateng dari Tian Bao (Fujian) terus sampai ke Lasem sekitar 1700-an. Dia sebagai generasi pertama yang turun di sini (Lasem), hidup di sini. Terus menikah, punya lima anak. Dia kaya sukses dengan usaha dagangnya," tutur peneliti Sejarah Cina di Lasem, Agni Malagina.
Masalah muncul dari anak-anak Han, yang disebutkan suka menghambur-hamburkan harta milik sang ayah. Mereka, anak-anaknya Han Siong Kong, hobi berfoya-foya dan doyan bermain judi.
Kala sang ayah meninggal, anak-anaknya Han Siong Kong menandu jenazahnya sang bapak untuk dibawa menuju ke tempat pemakaman di Desa Babagan, Lasem.
Setibanya di area makam, tiba-tiba hujan lebat datang mengguyur. Anak-anaknya Han Siong Kong yang semula menandu jenazah bapaknya itu, malah pergi meninggalkan jenazah dengan begitu saja.
"Ketika dia meninggal, nah ini dia, anak-anaknya jadi masalah. Anak-anaknya doyan judi terus berfoya-foya. Nah bapaknya meninggal suatu hari itu, terus pada waktu mau dimakamkan, mereka lagi jalan nandu jenazahnya, tibalah mendekati area makamnya, itu di Desa Babagan, tiba-tiba (terjadi) badai, hujan. Mereka taruh saja jenazahnya (Han Siong Kong) di bawah pohon, ditinggal mereka pergi, anak-anaknya." jelas Agni.
Setelah anak-anak Han pergi meninggalkan jenazah ayahnya itu, kemudian mereka kembali lagi. Namun saat kembali, jenazah Han Siong Kong sudah tidak ada dan sudah dimakamkan.
Beberapa saat kemudian ada petir dan muncul suara kutukan untuk marga Han secara misterius. Kutukan itu, melarang keturunan Han datang dan tinggal di Lasem. Kalau dilanggar maka akibatnya yang bersangkutan akan sengsara atau melarat.
"Beberapa saat, mereka balik lagi jenazahnya hilang dan sudah jadi makam. Tiba-tiba ada petir muncullah dan terdengarlah kutukan itu, bahwa keturunan Han tidak boleh tinggal di Lasem. Apabila melanggar akan jatuh miskin," sambung Agni.
(rih/apl)