Keturunan Han Siong Kong atau yang juga dikenal dengan nama Han Wee Sing dikabarkan meninggalkan Lasem usai munculnya kutukan terhadap seluruh keturunan marga Han. Sebagian ada yang menuju ke wilayah Surabaya dan Besuki.
"Semenjak peristiwa itu (kutukan), keturunan Han dipercaya meninggalkan Lasem. Han Bwee Kong ke Surabaya, menjadi Kapitan Cina," terang Agni Malagina, periset sejarah Cina di Lasem kepada detikJateng, Selasa (27/5/2024).
Agni mengatakan, dari keturunan Han Siong Kong ada juga salah satu yang memeluk Islam yakni Han Tjien Kong. Usai memeluk Islam Han Tjien Kong berganti nama menjadi Soero Pernollo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anak Han satunya lagi yang bernama Han Tjien Kong beragama Islam, memiliki nama Soero Pernollo dan menetap di Besuki. Demikian pula Han Hien Kong yang turut bermukim di Besuki," sambung Agni.
Meski banyak yang meninggalkan Lasem, Agni menuturkan, ternyata masih ada keturunan Han yang memilih menetap tinggal di Lasem.
"Tetapi Han Tjoe Kong dan Han Kien Kong, dua anak lelaki tertua Han Siong Kong, menetap di Lasem," tuturnya.
Berdasarkan catatan keluarga Han di Rumah Abu di Surabaya, kelima anak Han Siong Kong lahir di Lasem. Tetapi, di papan arwah rumah abu itu tidak terdapat catatan istri Han Siong Kong. Hal itu kemudian memunculkan anggapan bahwa istri Han Siong Kong merupakan perempuan adal Lasem, namun bukan keturunan Tionghoa atau Cina.
"Menurut catatan keluarga Han di Surabaya, kelima anak Han Siong Kong lahir di Lasem. Namun, tidak ada papan arwah sang ibunda di Rumah Abu Keluarga Han, di Surabaya. Diduga, istri Han Siong Kong adalah wanita asal Lasem (bukan keturunan Cina)," beber Agni.
Mitos Kutukan Marga Han di Lasem
Sebagai informasi, Han Siong Kong atau Han Wee Sing merupakan saudagar asal Tian Bao, Fujian yang datang ke Lasem pada skitar tahun 1700. Sebagai generasi awal, dia di Lasem dan menikah sehingga memiliki keturunan lima orang anak.
"Han Siong Kong itu dateng dari Tian Bao (Fujian) terus sampai ke Lasem sekitar 1700-an. Dia sebagai generasi pertama yang turun di sini (Lasem), hidup di sini. Terus menikah, punya lima anak. Dia kaya sukses dengan usaha dagangnya," papar Agni.
Masalah muncul dari anak-anak Han, yang disebutkan suka menghambur-hamburkan harta milik sang ayah. Mereka, anak-anaknya Han Siong Kong hobi berfoya-foya dan doyan bermain judi.
Kala sang ayah meninggal, anak-anaknya Han Siong Kong menandu jenazahnya sang bapak untuk dibawa menuju ke tempat pemakaman di Desa Babagan, Lasem. Setibanya di area makam, tiba-tiba hujan lebat datang mengguyur. Anak-anaknya Han Siong Kong yang semula menandu jenazah bapaknya itu, malah pergi meninggalkan jenazah dengan begitu saja.
"Mereka lagi jalan nandu jenazahnya, tibalah mendekati area makamnya. itu di Desa Babagan, tiba-tiba (terjadi) badai, hujan. Mereka taruh saja jenazahnya (Han Siong Kong) di bawah pohon, ditinggal mereka pergi, anak-anaknya." jelas Agni.
Setelah anak-anak Han pergi meninggalkan jenazah ayahnya itu, kemudian mereka kembali lagi. Namun saat kembali, jenazah Han Siong Kong sudah tidak ada dan sudah dimakam.
Beberapa saat kemudian ada petir dan muncul suara kutukan untuk marga Han secara misterius. Kutukan itu, melarang keturunan Han untuk tidak boleh datang dan tinggal di Lasem, kalau dilanggar maka akibatnya yang bersangkutan akan sengsara atau melarat.
"Beberapa saat, mereka balik lagi jenazahnya hilang dan sudah jadi makam. Tiba-tiba ada petir muncullah dan terdengarlah kutukan itu, bahwa keturunan Han tidak boleh tinggal di Lasem. Apabila melanggar akan jatuh miskin," pungkas Agni.
(apl/aku)