Makam Gadis Purbalingga Dibongkar Orang Tak Dikenal, Terkait Ilmu Gaib?

Makam Gadis Purbalingga Dibongkar Orang Tak Dikenal, Terkait Ilmu Gaib?

Anang Firmansyah - detikJateng
Rabu, 22 Mei 2024 13:27 WIB
Ketua Pusat Riset Budaya, Kearifan Lokal, Keagamaan (DAYALOGAMA) LPPM Unsoed, Imam Suhardi. Foto diunggah Rabu (22/5/2024).
Ketua Pusat Riset Budaya, Kearifan Lokal, Keagamaan (DAYALOGAMA) LPPM Unsoed, Imam Suhardi. Foto diunggah Rabu (22/5/2024). Foto: dok. Pribadi
Banyumas - Kasus pembongkaran makam gadis yang terjadi di Desa Binangun, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, masih menjadi misteri. Hingga kini pelaku yang membongkar masih dalam penyelidikan kepolisian.

Pakar budaya Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Imam Suhardi memandang kejadian seperti ini ada kemungkinan kaitannya dengan hal mistis. Sebab masyarakat Jawa masih ada yang percaya dengan kekuatan gaib.

"Kaitannya dengan masalah kepercayaan itu suatu fakta bahwa Jawa masih memiliki kepercayaan terkait kekuatan adikodrati," kata Imam saat dihubungi detikJateng, Rabu (22/5/2024).

"Ini sebenarnya kaitannya dengan masalah kebenaran itu Jawa yang merupakan satu entitas budaya yang bagian dari Asia Tenggara, banyak memiliki pengetahuan yang didasarkan pada unsur-unsur rasa yang berbeda dengan pengetahuan dari Barat yang menggunakan dasar dan logika," lanjutnya.

Dosen jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, ini memaparkan bahwa adikodrati berarti kekuatan di luar unsur manusia.

"Adikodrati itu kekuatan di luar unsur manusia. Kalau orang sekarang istilahnya kekuatan di luar nalar. Jadi ada tangan-tangan gaib sesuatu yang tidak bisa diperhitungkan, itu sudah kepercayaan-kepercayaan kepada kekuatan adikodrati," terangnya.

Imam beranggapan bahwa kepercayaan semacam ini tidak akan hilang selama masyarakat masih berkeyakinan pada agama. Sebab menurutnya, kepercayaan terhadap hal gaib sama halnya dengan masyarakat percaya terhadap agama.

"Selama di sini masih ada agama masih berlaku. Karena agama dasarnya kan juga kepercayaan. Cuma masalahnya beda pada pandangan. Yang satunya pada kekuatan adikodrati yang sifatnya roh, satunya Tuhan. Tapi kan semuanya tidak bisa dilogikakan," jelasnya.

Ketua Pusat Riset Budaya, Kearifan Lokal, Keagamaan (DAYALOGAMA) LPPM Unsoed ini juga mengandaikan sebagian orang Jawa masih percaya terhadap kekuatan roh halus.

"Misal kalau Jawa itu orientasinya ada yang mengatakan sebagian kepercayaan kepada kekuatan roh nenek moyang atau leluhur. Itu kemudian berdampak pada kepercayaan yang sifatnya misal kalau orang Belanda istilahnya animisme-dinamisme," ungkapnya.

Termasuk di antaranya kegiatan mengambil tali pocong. Ada sebagian masyarakat yang percaya mengambil tali pocong bisa untuk memiliki kekuatan tertentu.

"Mengambil tali pocong itu hanya sebagian saja. Itu kan memang subjektif pencarian orang terhadap kebenaran tertentu. Tali pocong, kemudian kungkum (berendam), lalu nemu batu di tengah sungai misalnya. Ada sesuatu yang ganjil di luar pengetahuan manusia itu dianggap memiliki kekuatan," paparnya.

Meski begitu, menurutnya tidak semua tali pocong dipercaya bisa memiliki kekuatan tertentu. Ada syarat-syarat khusus seperti perhitungan hari kematian ataupun status jenazah ketika meninggal dunia.

"Salah satunya ya tali pocong. Itu pun tidak semuanya orang mati bisa jadi kekuatan. Tali pocongnya memiliki sesuatu, mungkin orang yang meninggal pada hari tertentu. Ada kriteria. Jatuhnya itu ya dianggap unik. Kemudian dijadikan sesuatu yang menjadi senjata. Senjatanya sesuatu yang unik, memiliki kekuatan di luar nalar manusia," ujarnya.

"Misal meninggal pada Kamis Pahing atau Kliwon atau Selasa Wage, pola seperti itu dianggap memiliki kekuatan tertentu. Kepastiannya setiap kepercayaan beda-beda. Tergantung gurunya. Tapi adanya tali pocong memang sudah cukup lama. Biasanya yang meninggal itu mati masih perawan atau hari apa terus dia kasusnya apa. Biasanya hari sama status karena orang Jawa juga sangat mensucikan orang yang perawan. Orang perawan meninggal itu memiliki energi," sambung dia.

Dirinya tidak begitu paham fungsi dari tali pocong ini. Namun menurutnya orang Jawa memiliki perhitungan tersendiri untuk mempercayai sesuatu.

"Saya tidak begitu paham kalau fungsi tali pocong untuk pelakunya. Cuma kalau orang Jawa kan, lahir, nikah, mati itu kan peristiwa sakral. Kemudian apalagi yang lahir pada hari apa, mati pada hari apa, yang lahir posisinya bagaimana. Misal ada bayi lahir itu kan normalnya nangis terus gundul. Lah ini nggak, bayi lahir gondrong lalu bisa ngomong ibu, itu dianggap sesuatu yang unik dan dianggap memiliki satu kekuatan," katanya.

Imam menyebut untuk masyarakat di Banyumas Raya ada kemungkinan masih percaya dengan hal gaib semacam itu. Hal ini jika dilihat masih adanya ritual-ritual kebudayaan yang digelar setiap tahunnya.

"Kalau masih ada atau tidaknya di Banyumas perlu penelitian. Cuma kalau melihat dari bahwa di sini masih memiliki beberapa komunitas yang masih menerapkan ritual-ritual khas seperti daerah tertentu misal konsep larung, sesaji, dan sebagainya ini masih ada kepercayaan atas kekuatan seperti itu," jelasnya.

Ia berujar bahwa masyarakat yang masih mempercayai hal gaib semacam itu, harus melakukan ritual tertentu. Setiap orang berbeda-beda tergantung siapa gurunya.

"Ini tergantung siapa gurunya. Lalu gurunya mengatakan apa, seperti dahulu kasus Sumanto kan. Yang dia menjalankan perintah-perintah tertentu," pungkasnya.

Makam Tergali Misterius

Untuk diketahui, makam seorang mahasiswi tergali misterius usai sehari dimakamkan. Peristiwa itu terjadi di Desa Binangun, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga.

Kepala Desa Binangun, Maksum menjelaskan jenazah baru dimakamkan pada Minggu (19/5) sekitar pukul 10.00 WIB. Kemudian pada Senin (20/5) sekitar pukul 06.00 WIB, warga yang sedang melintas melihat makam sudah tergali sedalam sekitar satu meter.

Polisi melakukan penyelidikan atas kasus tersebut. Mereka sudah memeriksa makam dan memastikan jenazah, kafan dan tali pocong masih dalam kondisi utuh.


(rih/ahr)


Hide Ads