Mempunyai keterbatasan dalam penglihatan tak mengurangi semangat Ahmad Faizun (26) dalam mengkhatamkan Al-Qur'an. Meski terlahir sebagai tunanetra, Ahmad mengaku sudah satu kali khatam Al-Qur'an braille dan Ramadan tahun ini dirinya menargetkan khatam lagi.
Ditemui di sela kegiatannya bertadarus dengan Al-Qur'an braille di Panti Pelayanan Sosial Wanita (PPSW) Wanodyatama, Solo, Ahmad bercerita bahwa ia belajar membaca Al-Qur'an braille sejak kecil.
Dirinya berada di PPSW Wanodyatama sudah tiga tahun. Pria asal Kebumen ini mengaku sering membaca Al-Qur'an braille.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu sudah pernah khatam waktu di rumah (Kebumen) 30 juz. Untuk sekarang secara pribadi ada target biar khatam," katanya ditemui di PPSW Wanodyatama, Minggu (24/3/2024).
Ahmad mengaku dirinya saat ini sudah masuk ke juz 17. Dirinya bersemangat untuk bisa mengkhatamkan di sisa bulan Ramadan ini.
Ia menceritakan bahwa memang ada kesulitan untuk membaca Al-Qur'an braille. Menurutnya, Al-Qur'an braille berbeda dengan huruf latin yang ia pelajari di awal.
"Makanya kami misalkan mau belajar arab pakai braille latin dulu. Sedangkan di arab ada tambahan lagi banyak," ucapnya.
Ia sudah belajar Al-Qur'an braille sejak sekolah di Kebumen.
"Mulai kelas satu belajarnya latin dulu, terus ke arab braille, penyesuaian itu sekira satu tahun," jelasnya.
Meski tidak bisa melihat sejak lahir, Ahmad mengaku tidak ada perasaan kecewa atau sedih.
"Kalau saya biasa aja. Kalau yang netra dari besar mungkin syok ya, biasanya butuh terapi mental," bebernya.
Pria berusia 26 tahun ini juga mempunyai bakat di bidang musik. Salah satu alat musik yang ia bisa mainkan yakni kibor. Bahkan, dulu ia sering menerima job untuk bermusik.
"Pengalaman di sini alhamdulillah seru bersama teman-teman. Kadang berlatih juga kesenian vokal atau kibor. Kalau musik memang suka dari dulu sebelum di sini. Waktu sekolah di SLB (sekolah luar biasa) kadang melayani panggilan hiburan," pungkasnya.
(rih/rih)