Cerita tentang ritual penyembelihan wedhus atau kambing kendit terselip di sela musibah banjir yang melanda Kabupaten Demak. Sedekah wedhus kendit yang digelar di tanggul jebol itu dipercaya sebagai upaya meminta keselamatan.
Wedhus kendit merupakan kambing berbulu hitam, dengan corak putih di tubuh bagian tengah. Kambing ini dipercaya sebagai sarana dalam upacara tolak bala ataupun selamatan.
Ritual sembelih wedhus kendit itu di antaranya diunggah oleh akun Instagram @infokejadiandemak. Dalam rekaman memperlihatkan sejumlah orang membawa seekor wedhus kendit dibawa ke tanggul yang jebol tepatnya Desa Norowito, Kecamatan Karanganyar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wedhus kendit itu lalu disembelih di atas tanggul. Kepala kambing dikubur di atas tanggul. Lalu sisanya untuk selamatan yang rencananya dilakukan saat berbuka puasa.
Cerita Mistis Sosok Kakek Misterius
Salah satu warga Norowito, Mbah Suripto mengaku sempat ikut melaksanakan acara penyembelihan seekor wedhus kendit di atas tanggul Sungai Wulan yang jebol. Menurutnya, sedekah itu bermula saat ada pekerja yang mengaku ketemu dengan sosok kakek misterius di atas tanggul.
Lalu sosok itu, kata dia, meminta kepada pekerja bersedekah wedhus kendit. Sosok kakek itu, lanjut Mbah Suripto, menghilang begitu saja. Dari kejadian tersebut, kata dia pihaknya bersama pekerja di atas tanggul berinisiatif untuk bersedekah wedhus kendit.
"Tadi penyembelihan wedhus jam 09.00 WIB, penyembelihan wedhus kendit, berupaya penyembelihan kepala yang ditanam (kubur) di tanggul. Itu dari pekerja yang ngaku ketemu si mbah orang tua katanya minta wedhus kendit," kata Suripto ditemui di lokasi, Rabu (20/3/2024).
Menurutnya sedekah wilayah itu sebagai bentuk untuk keselamatan bersama kepada Tuhan yang Maha Esa. "Intinya orang lain berinisiatif untuk keselamatan bersama dan warga di sini," kata dia.
Sementara itu, Bupati Demak Eisti'anah berujar viralnya sedekah wedhus kendit tersebut merupakan upaya lain yang mereka lakukan. Tidak menutup kemungkinan, selamatan itu juga akan dilakukan di sisi tanggul yang lain.
"Jadi begini, kita ini kan berusaha lahir dan batin, mungkin juga akan kita lakukan (penyembelihan wedhus kendit) di sisi (mesin pompa) Karangrejo (Wonosalam)," kata Bupati Demak Eisti'anah di Balai Desa Ngaluran, Rabu (20/3).
Pandangan Pakar
Ketua PUI Javanologi UNS Prof Sahid Teguh Widodo menjelaskan, sedekahan itu merupakan salah satu tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia. Hewan yang disembelih bisa berbeda di masing-masing daerah, tergantung maknanya.
"Itu menunjukkan masih ada semesta simbolik dari zaman dahulu, yang masih dilakukan sekarang. Karena keyakinan seseorang itu substansinya berkorban atau sedekah, mengurangi apa yang kita peroleh diberikan kepada orang lain dalam bentuk apapun," kata Sahid saat dihubungi detikJateng, Kamis (21/3).
Kegiatan itu dilakukan karena aspek ilahiah masih satu garis dengan kehidupan makrokosmos (semesta), dan mikrokosmos (manusia). Sahid mengatakan, ajaran dari sumber tradisi, agama, maupun filsafat, manusia tidak memiliki alasan untuk tidak berbuat baik dengan orang lain, maupun alam.
Dalam budaya Jawa, dia menjelaskan, ada istilah memayu hayuning bawana, yang memiliki makna membuat dunia menjadi indah. Sementara menyembelih kambing kendit, sebagai simbol, sebagai dialektika antara manusia dengan semesta.
"Sehingga wajar tradisi lama itu begitu kuat memiliki hubungan dengan alam semesta. Karena sama-sama hidup. Tuhan tidak menciptakan manusia saja, tapi juga semesta yang juga hidup," jelasnya.
Alasan menyembelih kambing kendit, dia menuturkan jika kambing merupakan binatang endemik. Namun, dalam simbol sedekah tersebut tidak harus selalu kambing.
"Kendit itu simbol kesatuan, kesemestaan. Di perutnya itu ada garis putih yang melingkar, itu artinya juga bertemu. Sehingga artinya holistik, jadi manusia berada di dalam kesemestaan, yang merupakan ide dasarnya," ucapnya.
Dengan adanya bencana banjir yang tengah melanda di Demak, dia menyebut sebagai sebuah introspeksi bagi manusia untuk menjaga alam, tidak hanya memanfaatkannya saja.
(aku/apu)