Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Boyolali semakin mengganas di wilayah Kabupaten Boyolali. Sampai saat ini tercatat ada lima orang meninggal dunia akibat gigitan nyamuk aedes aegypti tersebut.
"Iya, di bulan Maret ini ada dua lagi pasien DBD yang meninggal dunia," kat Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Teguh Tri Kuncoro, kepada detikJateng Jumat (22/3/2024).
Tambahan dua kasus DBD yang meninggal tersebut semuanya berasal dari Kecamatan Wonosegoro. Dengan adanya tambahan tersebut angka kematian akibat penyakit DBD di Boyolali, dari Januari hingga pertengahan bulan Maret 2024 ini sebanyak lima kasus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dua kasus terjadi di bulan Januari, satu kasus di bulan Februari. Kemudian di bulan Maret ini hingga tanggal 22, ada dua kasus kematian akibat DBD," jelasnya.
Lima kasus pasien DBD yang meninggal dunia itu, mereka dari Kecamatan Teras satu orang, dan Kecamatan Wonosamodro satu orang. Kemudian dari Kecamatan Wonosegoro tiga orang.
Teguh mengatakan jumlah kasus DBD di Kabupaten Boyolali tahun 2024 ini memang tinggi. Dari Januari hingga tanggal 22 Maret ini tercatat di Dinkes Boyolali terdapat 233 kasus. Terdiri 214 kasus DBD dan 19 kasus dengue sock syndrome (DSS).
Angka kasus per minggu maupun per bulannya juga mengalami peningkatan. Pada minggu ke-9 tahun 2024 jumlah kasus DBD sempat turun. Namun di minggu ke-10 naik lagi. Lalu di minggu ke-11 ini tercatat sudah ada 12 kasus.
Sedangkan jumlah kasus per bulannya, di bulan Januari 2024 ada 79 kasus. Lalu di bulan Februari 2024, tercatat 95 kasus dan 93 kasus. Sementara di bulan Maret ini hingga tanggal 22, tercatat sudah ada 65 kasus.
"Kita tetap sosialisasi ke masyarakat, kita imbau puskesmas untuk tetap melakukan sosialisasi ke masyarakat untuk melakukan gerakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk)," imbau dia.
(apl/ams)