Tradisi Tikdur di Masjid Makam Sunan Pandanaran Jadi Penanda Waktu Sahur

Tradisi Tikdur di Masjid Makam Sunan Pandanaran Jadi Penanda Waktu Sahur

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Sabtu, 16 Mar 2024 22:54 WIB
Beduk di Masjid Makam Sunan Pandanaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten. Beduk ini ditabuh bertalu dan menjadi penanda sahur.
Beduk di Masjid Makam Sunan Pandanaran, (Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Masjid makam Sunan Pandanaran di kompleks makam Sunan Pandanaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten merupakan salah satu masjid tua di Klaten. Di masjid yang konon dibangun Raja Mataram, Sultan Agung tahun 1633 itu sampai sekarang masih melaksanakan tradisi Tikduran.

"Bukan tidur tapi Tik Dur. Jadi beduk dibunyikan hanya saat bulan Ramadan mulai jam 00.00 WIB sampai 02.30 WIB," kata relawan Pandanaran, Kecamatan Bayat, Wawan Sanuri kepada detikJateng, Sabtu (16/3/2024).

Oyeng sapaannya, menuturkan setiap Ramadan beduk di masjid yang berada di Bukit Cokro Kembang itu dipukul bertalu. Beduk itu dipukul juru kunci dan warga sekitar bergantian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dipukul dengan irama khas (Tik Dur) itu bunyi terus. Yang mukul ya teman-teman, juru kunci, karyawan, anak-anak muda di lingkungan makam yang pada naik," terang Wawan.

Suara beduk dari atas bukit itu, sebut Wawan, terdengar jauh sampai ke sekitar Desa Paseban. Bunyi beduk itu terdengar sampai jarak sekitar 4-5 kilometer.

ADVERTISEMENT

"Suara beduk cenderung ke timur karena kalau ke barat tertutupi Bukit Jabalakat. Kalau dipukul terdengar sampai Desa Jerukan, Dukuh itu sekitar 4-5 kilometer," papar Wawan.

Wawan mengaku tak tahu pasti tradisi Tikdur itu dimulai. Dia mengenang tradisi itu sudah ada sejak dia masih kecil.

"Sejak dulu, sejak kenal dunia sudah ada itu Tik Dur, bahkan sejak para sesepuh. Dulu setelah ashar juga dibunyikan menjelang berbuka puasa," imbuh Wawan.

Beduk di Masjid Makam Sunan Pandanaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten. Beduk ini ditabuh bertalu dan menjadi penanda sahur.Beduk di Masjid Makam Sunan Pandanaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten. Beduk ini ditabuh bertalu oleh 5-6 orang dan menjadi penanda sahur. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Tikdur Jadi Penanda Waktu Sahur

Terpisah, juru kunci makam Sunan Pandanaran, Suripto, menyatakan masjid itu dibangun Sultan Agung. Tradisi Tikduran dimulai sekitar pukul 00.00- 02.30 WIB.

"Mulai pukul 24.00-02.30 WIB. Ini cuma melestarikan, ya untuk membangunkan sahur dan yang nabuh juru kunci dan warga sini," kata Suripto kepada detikJateng dengan bahasa Jawa campuran.

Penabuh beduk, Wartoyo menambahkan masjid tersebut masih digunakan untuk kegiatan ibadah, salat lima waktu, dan tarawih. Setiap pukul 00.00 WIB sampai jam 02.30 WIB beduk dibunyikan.

"Setiap pukul 00.00 WIB sampai jam 02.30 WIB dibunyikan. Bunyinya kan Tek Dur, jadi disebut tik dur tapi fungsinya untuk membangunkan sahur," ujar Wartoyo kepada detikJateng.

Untuk memukul beduk, sebut Wartoyo, dilakukan secara bergantian. Jumlah pemukul beduk ada 5-6 orang.

"Ya bergantian, 5-6 orang mukul sepanjang jam itu. Suaranya terdengar sampai desa di sisi timur, Desa Banyuripan, Dukuh, Jerukan dan lainnya," imbuh Wartoyo.

Sebagai informasi, Masjid Makam Sunan Pandanaran berada di depan kompleks makam yang berada di ketinggian bukit 850 dpl. Masjid itu berdasarkan sengkalan tahun prasasti di gapura Panemut sisi barat masjid dibangun tahun 1633 Masehi dengan bunyi sengkalan tahun Wisaya Hanata Wisiking Ratu atau 1555 saka.




(ams/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads