Ratusan warga di Kabupaten Kudus berbondong-bondong mengungsi imbas banjir yang meluas. Salah satu lokasi pengungsian yang digunakan yakni aula gereja.
Hal itu terlihat di Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Tanjungkarang Kecamatan Jati. Aula GKMI Tanjungkarang digunakan tempat pengungsian sejak Jumat (15/3) kemarin.
Total ada 89 jiwa warga Tanjungkarang yang mengungsi di gereja. Para pengungsi ini mayoritas umat muslim dan sebagian kecil Kristen. Meski begitu, mereka saling toleransi di tengah kondisi banjir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat dikunjungi detikJateng, saat sahur tadi pagi, terlihat warga yang beragama Islam sedang makan sahur di aula gereja. Usai sahur, terlihat ada warga yang salat subuh di aula gereja.
Salah satu warga, Purnomo mengaku mengungsi bersama istri dan kedua anaknya. Dia mengungsi sejak hari Kamis (14/3) lalu, karena permukiman rumahnya terendam banjir setinggi 60 sentimeter.
"Kebanjiran baru tahun ini mengungsi di gereja, saya empat orang bersama istri dan anak," jelas Purnomo saat ditemui di lokasi, Sabtu (16/3/2024).
"Di jalan (banjir) selutut, 30 sentimeter di ruang tamu, kamar," lanjut dia.
Dia bersyukur karena pihak gereja memberikan bantuan tempat pengungsian dan kebutuhan makan. Dia pun bisa makan sahur hingga berbuka puasa meski mengungsi.
"Buka puasa sahur dapat dari pihak gereja," terang Purnomo.
Hal senada disampaikan Sri Kukuh yang mengungsi bersama anaknya sejak Jumat (15/3) kemarin. Dia bersyukur mendapat bantuan dari gereja dan berharap banjir segera surut.
"Sejak kemarin siang, rumah sudah kebanjiran, semoga banjirnya lekas surut biar bisa kembali pulang," ungkap Sri ditemui di lokasi.
Terpisah, Pendeta GKMI Tanjungkarang, Hendra Jaya mengatakan banjir di Desa Tanjungkarang membuat genangan air masuk hingga ke dalam rumah. Pihaknya membuka posko pengungsian sejak Jumat (15/3) kemarin.
"Genangan semakin tinggi pas Jumat pagi. Ketika semua level masuk rumah semua mendapatkan kabar juga dari RW 6 mulai ada rumahnya tidak kuat, kemudian pengurus gereja, 'yuk kita buka untuk masyarakat'," jelas Hendra ditemui di lokasi.
Hendra mencatat ada 89 jiwa yang mengungsi di aula gereja. Dia menyebut mayoritas pengungsi adalah umat muslim.
"Sampai hari ini jumlah total ada 89 jiwa dari 28 KK, jadi kalau di sini mayoritas muslim karena wilayah mayoritas muslim. Dari 89 itu mungkin 20-an umat Kristen, yang lebih banyak masyarakat," jelasnya.
![]() |
Oleh karena itu, pihak gereja membantu masyarakat yang beragama Islam agar bisa menjalankan ibadah puasa. Pihak gereja pun menyediakan makan sahur hingga saat nanti berbuka puasa.
"Jadi mereka ketika sahur turun ke bawah di dapur sudah disediakan bahan makanan, jadi mereka sendiri yang mengolah. Tapi untuk persiapan makan siang atau sore bagi tidak berpuasa itu nanti ada tim gereja mengajak pengungsi untuk masak bersama," ujar Hendra.
Dia menambahkan gerejanya telah digunakan tempat pengungsian sejak tahun 1970. Hingga sekarang jika ada banjir, aula gereja sering digunakan warga untuk mengungsi.
"Jadi gereja ini awal dari tradisi mulai tahun 1970, itu sudah dipakai untuk mengungsi, dulu tempatnya tidak seperti ini yang terbatas sekali," jelasnya.
458 Warga Kudus Mengungsi gegara Banjir
Kasi Kedaruratan BPBD Kabupaten Kudus Ahmad Munaji mengatakan saat ini sebanyak 458 warga Kudus yang terdampak banjir mengungsi. Banjir di Kudus melanda wilayah Kecamatan Jekulo, Undaan, Mejobo, Jati, dan Kaliwungu.
"Ada 32.214 jiwa warga terdampak banjir di Kudus," ujar Munaji dalam keterangan resmi diterima detikJateng.
(ams/ams)