3 Teks Khutbah Jumat Awal Ramadhan 2024 Tentang Keutamaan Puasa

3 Teks Khutbah Jumat Awal Ramadhan 2024 Tentang Keutamaan Puasa

Anindya Milagsita - detikJateng
Kamis, 14 Mar 2024 17:07 WIB
Ilustrasi Ceramah Agama.
Ilustrasi. (Foto: Raka Dwi Wicaksana/Unsplash)
Solo -

Teks khutbah Jumat awal Ramadhan 2024 bisa menjadi referensi bagi khatib untuk disampaikan pada saat sholat Jumat. Berikut rangkuman contoh teks khutbah Jumat awal Ramadhan 2024 yang bertemakan tentang keutamaan puasa.

Terkait anjuran mengerjakan puasa di bulan Ramadhan telah dijelaskan dalam firman Allah SWT di dalam Al-Quran. Tepatnya dalam Surat Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ۝١٨٣

"Yâ ayyuhalladzîna âmanû kutiba 'alaikumush-shiyâmu kamâ kutiba 'alalladzîna ming qablikum la'allakum tattaqûn."

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Terkait keutamaan puasa di bulan Ramadhan dapat disampaikan oleh khatib saat melalui khutbah sholat Jumat. Bagi detikers yang mungkin mendapatkan mandat untuk menyampaikan khutbah sholat Jumat di awal Ramadhan 2024 kali ini, berikut rangkuman contoh teks khutbah Jumat.

Kumpulan Teks Khutbah Jumat Awal Ramadhan 2024

Mengutip dari buku 'Syiar Ramadan Perekat Persaudaraan' yang disusun oleh Tim Layanan Syariah Kementerian Agama RI hingga laman resmi Nahdlatul Ulama dan Kemenag RI, berikut tiga contoh teks khutbah Jumat awal Ramadhan 2024 tentang keutamaan puasa.

Teks Khutbah Jumat Awal Ramadhan 2024 #1: Berburu Ampunan, Rahmat, dan Surga di Bulan Puasa

Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh,

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.

Jamah yang dimuliakan Allah,

Alhamdulillah, tahun ini kita kembali dipertemukan dengan bulan suci Ramadhan. Bulan yang di dalamnya mempunyai sejuta keistimewaan dan keutamaan bagi umat muslim. Oleh karena itu, tidak heran jika pada bulan ini intensitas ibadah umat Islam semakin meningkat, baik dengan lebih serius lagi menunaikan kewajiban-kewajiban agama maupun rajin mengamalkan ibadah-ibadah sunnah di dalamnya.

Rasulullah sendiri pernah menyampaikan bahwa saat tiba bulan Ramadhan umat muslim didorong untuk memperbanyak ibadah. Sebab, pahala amal kebaikan di dalamnya mendapat balasan berkali-kali lipat. Dalam satu hadits diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ، وَلَخُلُوفُ فَمِ الصائم أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

Artinya: "Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, 'Rasulullah SAW bersabda, 'Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu (amal) kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah SWT berfirman, 'Kecuali puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan membalasnya. Sebab, dia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku'.

Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Kebahagiaan ketika dia berbuka, dan kebahagiaan ketika dia bertemu dengan Rabb-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wanginya kasturi'." (HR Bukhari dan Muslim).

Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh,

Ada tiga hal besar yang Allah janjikan untuk umat muslim saat Ramadhan tiba, yaitu ampunan, rahmat, dan balasan surga. Rasulullah pernah bersabda,

أَوَّلُ شَهْرِ رَمَضَانَ رَحْمَةٌ، وأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرَهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ

Artinya, "Awal bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka" (Ibnu Khuzaimah).

Meski demikian, bukan berarti kita meremehkan ibadah dengan alasan mengandalkan rahmat, karena penyebab rahmat sendiri adalah ketaatan seorang hamba kepada Allah.

Berkaitan dengan ini, ada kisah menarik tentang seorang hamba taat yang sepanjang hayatnya digunakan untuk beribadah, tapi ia masuk surga bukan sebab ibadahnya itu, melainkan karena anugerah rahmat Allah. Kisah ini disampaikan Syekh Abul Laits as-Samarqandi dalam Tanbīhul Ghāfilīn dengan mengutip riwayat Al-Hakim dalam Mustadrak-nya.

Dikisahkan, sekali waktu Malaikat Jibril AS bercerita kepada Nabi Muhammad SAW, "Hai, Muhammad! Demi Allah yang telah menugaskan engkau menjadi nabi. Allah memiliki seorang hamba yang ahli ibadah. Hamba tersebut hidup dan beribadah selama 500 tahun di atas gunung."

Ringkas kisah, hamba itu memohon kepada Allah untuk mencabut nyawanya dalam keadaan sujud dan jasadnya tetap utuh sampai tiba hari kiamat. Doanya dikabulkan. Begitu di akhirat, Allah berkata padanya, "Hamba-Ku, engkau Aku masukkan ke surga berkat rahmat-Ku!"

Hamba tersebut menyangkal. Seharusnya, protes dia, yang membuatnya masuk surga adalah ibadahnya yang ratusan tahun itu, bukan rahmat Allah. Setelah ditimbang, ternyata bobot rahmat-Nya lebih besar daripada amal ibadah tersebut. Allah pun memerintahkan malaikat untuk memasukkan dia ke neraka.

Sebelum dimasukkan ke dalam neraka, hamba itu mau mengakui bahwa rahmat Allah lebih besar dan bisa membuatnya masuk surga. Ia pun tidak jadi dimasukkan ke dalam neraka (Abul Laits as-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin, t.t, h. 63).

Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh,

Keutamaan Ramadhan berikutnya adalah maghfirah atau ampunan Allah. Sebagai manusia, tentu sadar diri bahwa kita memiliki banyak dosa yang kian hari semakin bertambah. Sebab, berbuat salah dan dosa merupakan fitrah manusia. Rasulullah SAW bersabda,

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.

Artinya, "Setiap anak Adam (manusia) pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat" (HR. Tirmidzi).

Hadits ini menegaskan bahwa sebagai manusia kita tidak bisa terbebas dari dosa. Tidak peduli dia rakyat biasa atau pejabat, seorang awam atau agamawan, santri ataupun kiai, semua pasti memiliki dosa.

Hanya, yang membedakan kita semua adalah siapa yang mau mengakui atas dosa-dosanya dan bertaubat kepada Allah. Pada momen Ramadhan ini, Allah menjanjikan limpahan ampunan bagi hamba-hamba-Nya yang bertaubat. Oleh karena ini, jangan sia-siakan kesempatan emas yang hanya datang satu bulan dalam setahun ini.

Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh,

Keistimewaan yang Allah janjikan saat Ramadhan berikutnya adalah balasan surga bagi hamba-Nya yang taat. Rasulullah pernah bersabda,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانَ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنَ

Artinya, "Ketika Ramadhan tiba, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan pun dibelenggu" (HR Muslim).

Berkaitan dengan hadits di atas, Syekh 'Izzuddin bin Abdissalam menjelaskan, maksud 'dibukanya pintu surga' merupakan simbol imbauan bagi umat muslim untuk memperbanyak amal ibadah di bulan suci Ramadhan, sementara 'dibelenggunya setan' merupakan simbol untuk mencegah diri dari perbuatan maksiat (Syekh 'Izzuddin bin Abdissalam, Maqashidush Shaum, 1922: 12).

Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh,

Sekian khutbah yang bisa khatib sampaikan. Semoga kita bisa melalui Ramadhan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya dengan maksimal sehingga bisa meraih ampunan, rahmat, dan balasan surga dari Allah SWT.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Teks Khutbah Jumat Awal Ramadhan 2024 #2: Ibadah-ibadah Ringan di Bulan Ramadhan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Jemaah yang dimuliakan Allah,

Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan ampunan. Di dalamnya terdapat banyak keutamaan dan pahala berlimpah. Makanya, kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan. Namun seringkali di kepala kita sudah terbayang bahwa ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan harus ibadah yang berat dan menguras tenaga, seperti sholat tarawih, sholat malam, membaca Al-Quran hingga khatam, dan lain sebagainya.

Padahal dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan, tidak selalu harus melakukan amalan yang berat dan memakan waktu lama. Allah SWT juga telah menyiapkan amalan-amalan ringan yang diperuntukkan bagi orang-orang yang kesusahan dan berat dalam menjalankan ibadah-ibadah biasa.

Jemaah yang dimuliakan Allah,

Berikut beberapa amalan ringan namun tetap dihitung sebagai ibadah yang besar pahalanya di sisi Allah SWT pada bulan Ramadhan.

Pertama, mengerjakan amalan-amalan yang ringan namun konsisten. Misalnya sholat rawatib. Sholat ini ringan sekali, karena bisa dilakukan di waktu yang sama sebelum/setelah sholat fardu, tanpa harus menyediakan waktu lain.

Amalan ringan lain yang bisa dilakukan secara konsisten adalah membaca Al-Quran di setiap sholat fardhu. Tak perlu banyak-banyak, berjuz-juz, cukup setiap sholat fardhu satu lembar, asalkan konsisten, kita bisa khatam 30 juz selama bulan Ramadhan.

Allah SWT mencintai setiap amalan yang konsisten, sekalipun itu adalah amalan yang ringan. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَ إِنْ قَلَّ

"Perbuatan yang paling disukai oleh Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun sedikit." (HR. Muslim)

Dari hadis tersebut, kita bisa memahami bahwa Allah SWT lebih menghargai konsistensi dalam ibadah meskipun dalam jumlah yang sedikit. Yang paling penting saat beribadah di bulan Ramadhan adalah istiqomah, maka insyaAllah Allah akan mencatatnya sebagai bagian dari menghidupkan bulan Ramadhan. Rasul SAW bersabda yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Hurairah RA,

مَن قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ له ما تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ

"Orang yang menghidupkan bulan Ramadhan, dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (HR. al-Bukhari).

Dalam Hadis lain dijelaskan,

إن الله فَرَضَ صيام رمضانَ ، وسَنَنْتُ لكم قِيامَه ، فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.

"Sesungguhnya Allah SWT mewajibkan puasa Ramadhan dan aku mensunnahkan untuk menghidupkan malamnya.

"Orang yang puasa dan menghidupkan bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala dari Allah SWT maka ia akan diampuni dosanya seperti pada hari ia dilahirkan" (HR an-Nasa'i).

Para ulama menyebutkan bahwa ibadah apapun yang dilakukan pada bulan Ramadhan, baik itu puasa, sholat sunnah, termasuk sholat tarawih, membaca Al-Quran, maka dihitung sebagai amalan yang termasuk dalam hadis tersebut.

Jemaah yang dimuliakan Allah,

Kedua, adalah bekerja seperti biasa pada bulan Ramadhan, tentu disertai dengan puasa di siang harinya bagi yang mampu.

Beberapa orang menganggap bahwa ibadah Ramadhan perlu dilaksanakan dengan giat, jika perlu dengan begadang semalaman dan libur bekerja. Hal ini tentu anggapan yang kurang tepat. Karena ibadah di malam hari hukumnya sunnah, sedangkan bekerja adalah suatu kewajiban. Sebuah kewajiban tidak boleh dikalahkan oleh sunnah.

Dalam sebuah kaidah fikih disebutkan,

الوَاجِبُ لا يُتْرَكُ لِسُنَّةٍ

"Suatu perkara yang wajib tidak bisa ditinggalkan karena perkara sunnah."

Bahkan ada salah satu ayat dalam Al-Quran yang turun untuk memperingatkan umat Nabi Muhammad SAW terkait hal ini. Saat itu Nabi dan para sahabat beribadah pada malam hari, namun pada paginya para sahabat letih sehingga tidak bekerja, ada sebagian yang sakit pula. Maka Allah SWT menurunkan sebuah ayat:

إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ ، وَاللهُ يُقْدِرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ : عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ : عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَى ، وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ ، وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ، وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا : وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًاء وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang.

Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik.

Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Al-Muzammil : 20).

Maasyiral muslimin,

Maka dari itu, bekerja saat bulan Ramadhan masih dihitung ibadah, jika diniatkan untuk menghidupi keluarga dan mengharap ridha Allah SWT, serta mengharap pahala darinya. Jangan salah, bekerja juga bagian dari kewajiban karena itu berkaitan dengan hifdz nafs, menjaga nyawa, apalagi jika kita bekerja untuk menjadi tumpuan keluarga.

Jika kita tidak bekerja, ibadah kita dan keluarga tidak akan tenang karena kelaparan. Rasul SAW bahkan menganjurkan agar kita makan dari hasil jerih payah kita. Rasul bersabda,

عَنِ الْمِقْدَامِ، عَنْ رَسُولِ اللهِ ﷺ قَالَ: مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ، خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَل يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

Artinya, "Dari Miqdam RA, dari Rasulullah SAW bersabda, 'Tidak ada makanan yang lebih baik dimakan oleh seseorang kecuali makanan yang dihasilkan dari usahanya sendiri. Sesungguhnya Nabi Dawud As., makan dari jerih payahnya sendiri'." (HR. al-Bukhari).

Mari kita niatkan untuk menjadikan pekerjaan kita wasilah beribadah kepada Allah SWT dengan memperbaharui niat tersebut, insya Allah, akan dihitung sebagai ibadah dan dicatat sebagai bagian dari amalan untuk menghidupkan bulan Ramadhan. Amin, ya Rabbal Alamin.

Jemaah yang dimuliakan Allah,

Sekian yang bisa kami sampaikan. Mohon maaf jika terdapat kekurangan.Hadanallahu wa iyyakum ajmain. Wallahul muwaffiq ila aqwamiththariq. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Teks Khutbah Jumat Awal Ramadhan 2024 #3: 3 Hikmah Puasa Ramadhan

Hadirin rahimakumullah,

Pada hari dan bulan yang mulia ini. Khatib tidak bosan-bosan mengingatkan kepada jemaah Jumat sekalian untuk meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT, yakni dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena takwa merupakan kemuliaan di sisi Allah.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 13:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ

Artinya: "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu."

Hadirin rahimakumullah,

Segala puji milik Allah SWT, Tuhan yang memberikan keberkahan kepada kita semua, Tuhan yang menjadikan bulan suci Ramadhan menjadi bulan yang mulia dan diberkahi. Karena dalam bulan Ramadhan umat Islam di seluruh dunia diwajibkan untuk berpuasa.

Kewajiban berpuasa bagi umat Islam, tercantum dalam Al-Quran surah Al-Baqarah Ayat 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

"Yâ ayyuhalladzîna âmanû kutiba 'alaikumush-shiyâmu kamâ kutiba 'alalladzîna ming qablikum la'allakum tattaqûn."

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (QS. Al-Baqarah 183).

Hadirin rahimakumullah,

Ramadhan merupakan bulan yang agung, karena memiliki peristiwa yang sangat penting dalam sejarah umat Islam, yakni turunnya Al-Quran, atau yang disebut dengan Nuzul al-Quran. Karena dengan turunnya Al-Quran lah, kita semua mendapatkan petunjuk tentang ilmu agama dan kehidupan di dunia.

Sudah menjadi pengertian umum bahwa Ramadhan merupakan bulan yang diberkahi oleh Allah SWT. Seperti dibukanya pintu surga, ditutupnya pintu neraka dan terdapat malam Lailatul Qadar. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ يُبَشِّرُ أَصْحَابَهُ، يَقُوْلُ : " قَدْ جَاۤءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَتُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ النَّارِ، فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَها فَقَدْ حُرِمَ " )وَهٰذَا لَفْظُ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ، أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ، عَنْ بِشْرِ بْنِ هِلَالٍ( ـ

Artinya: "Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada para sahabat beliau. Beliau bersabda, 'Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, yaitu bulan yang diberkahi, Allah telah memfardhukan (mewajibkan) atas kalian berpuasa di bulan itu, di bulan itu dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan di bulan itu pula ada Lailatul Qadar (Malam Qadar) yang lebih baik dari seribu bulan Siapa saja yang terhalang dari kebaikan malam itu maka ia terhalang dari rahmat Tuhan'." (HR. al-Nasa'i).

Maka dari itu, kita semua wajib berbahagia dan berbangga karena bisa menjumpai bulan Ramadhan. Karena Nabi Muhammad SAW selalu mengajarkan kepada kita tentang bagaimana kita menyambut Ramadhan dengan penuh harap dan berbahagia. Bahkan penyambutan itu diajarkan sejak dua bulan sebelumnya, Rajab dan Sya'ban.

Dalam pengharapan ini terdapat pada hadits yang mengandung doa bagi kita semua untuk bertemu Ramadhan:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Artinya: "Wahai Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan bulan Syaban, dan sampaikanlah kami di bulan Ramadhan."

Hadirin rahimakumullah,

Setiap syariat yang diturunkan oleh Allah SWT memiliki hikmah tersendiri bagi hamba-hamba-Nya, begitu juga dengan puasa Ramadhan. Dalam sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Ibn Abbas RA bahwa di antaranya hikmah bulan Ramadhan adalah ada pengabulan doa bagi orang yang berdoa; ada penerimaan taubat orang yang bertaubat, dan ada pengampunan bagi orang yang mohon ampunan:

يَقُوْلُ اللهُ - عَزَّ وَجَلَّ - فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ ثَلاثَ مَرَّاتٍ : هَلْ مِنْ سَاۤئِلٍ فَأُعْطِيَهُ سُؤَلْهُ ؟ هَلْ مِنْ تَاۤئِبٍ فَأَتُوْبَ عَلَيْهِ ؟ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ؟

Artinya: "Dalam setiap malam bulan Ramadhan Allah 'azza wa jalla berseru sebanyak tiga kali: Adakah orang yang meminta maka aku penuhi permintaannya? Adakah orang yang bertaubat maka aku terima taubatnya? Dan adakah orang yang memohon ampunan maka aku ampuni dia?" (HR. Al-Thabrâni dan al-Baihaqî).

Di antara hikmah berpuasa Ramadhan adalah mensyukuri nikmat Tuhan yang diberikan kepada kita selama ini. Karena makna ibadah secara mutlak, termasuk ibadah puasa, adalah ungkapan syukur dari seorang hamba kepada Tuhannya atas nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran, bahwa kita tidak akan dapat menghitung nikmat Tuhan:

وَاٰتٰىكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُۗ وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌࣖ

"Wa âtâkum ming kulli mâ sa'altumûh, wa in ta'uddû ni'matallâhi lâ tuḫshûhâ, innal-insâna ladhalûmung kaffâr."

Artinya: "Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur" (QS. Ibrâhim [14]: 34).

Hadirin rahimakumullah,

Pada bulan Ramadhan kita diwajibkan berpuasa sebulan penuh, dengan tujuan utamanya adalah untuk menjadikan kita menjadi hamba yang bertakwa. Sejarah diwajibkannya berpuasa Ramadhan ini ditetapkan pada bulan Sya'ban tahun kedua hijriyah, yang mengandung banyak hikmahnya.

Dalam puasa Ramadhan setidaknya ada 3 hikmah dan faedah, yakni fâ'idah rûhiyyah (manfaat psikologis/spiritual/kejiwaan), fâ'idah ijtimâ'iyyah (manfaat sosial-kemasyarakatan) dan fâ'idah shihhiyyah (manfaat kesehatan).

Pertama, manfaat jiwa.

Puasa Ramadhan memiliki faedah dan manfaat bagi jiwa manusia, seperti pembiasaan diri agar memiliki sifat sabar, dengan mengekang hawa nafsu, dan ekspresi yang menjadikan makruh dan haram. Sehingga akan melahirkan manusia-manusia yang bertakwa. Karena dengan takwa itulah yang menjadi tujuan khusus dalam berpuasa Ramadhan.

Kedua, manfaat sosial.

Selain manfaat pada jiwa, Ramadhan juga memiliki manfaat pada sosial masyarakat, seperti setaranya semua manusia untuk berpuasa. Tidak ada perbedaan baik yang kaya maupun yang miskin, yang cerdas maupun yang bodoh, yang tua, muda, laki-laki, perempuan, semuanya wajib berpuasa jika mereka sudah memenuhi syarat dan rukun puasa.

Selain itu juga, manfaat dari sosial kemasyarakatan yakni menjadikan umat Islam untuk selalu menebar kasih sayang ke sesama manusia. Bahkan dalam Islam ditegaskan barang siapa yang memberikan makan orang yang berpuasa maka akan mendapatkan pahala yang besar dan dimasukkan ke dalam surga. Hal ini menunjukkan bahwa puasa mengajarkan kepada kita untuk selalu berbuat baik kepada orang lain, karena dampaknya juga akan kepada kita sendiri.

Ketiga, manfaat kesehatan.

Sudah menjadi banyak penelitian bahwa puasa Ramadhan memiliki banyak manfaat dalam fisik atau kesehatan. Seperti membersihkan usus-usus dan pencernaan, memperbaiki perut yang terus-menerus beraktivitas, membersihkan badan dari lendir-lendir atau lemak-lemak, kolesterol yang menjadi sumber penyakit, dan puasa dapat menjadi sarana diet atau pelangsing badan.

Hadirin rahimakumullah,

Demikianlah khutbah kali ini mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, baik yang membaca maupun yang mendengarkannya. Karena sebaik-baik nasehat, yakni nasehat yang menjadikan kita semakin baik dan akan terus memperbaiki diri.

Dan semoga, kita selalu diberikan iman yang kuat dan kokoh, sehingga bisa menunaikan ibadah puasa selama sebulan penuh tanpa kendala. Dan juga mudah-mudahan puasa ini menjadikan kita menjadi hamba yang mencintai kebaikan dan mencintai makhluknya Allah SWT. Aamîn yâ rabbal 'âlamîn.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهٗ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Demikian tadi tiga contoh khutbah Jumat awal Ramadhan 2024 yang bertemakan tentang keutamaan puasa. Semoga dapat menjadi referensi bagi detikers, ya!




(aku/apl)


Hide Ads