Saat ini umat Islam tengah memaknai datangnya Ayyamul Bidh. Namun, ternyata terdapat kisah Nabi Adam AS yang disebut sebagai salah satu asal mula penamaan Ayyamul Bidh. Seperti apa kisahnya?
Diketahui bahwa Nabi Adam AS merupakan manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT yang diturunkan ke Bumi. Hal tersebut bahkan telah tertulis di dalam salah satu ayat Al-Quran. Seperti dalam Surat Al-Imran ayat 59 bahwa:
اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ ٥٩
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Inna matsala 'îsâ 'indallâhi kamatsali âdam, khalaqahû min turâbin tsumma qâla lahû kun fa yakûn."
Artinya: "Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah kemudian berfirman kepadanya, 'Jadilah!' Maka, jadilah sesuatu itu."
Selain menjadi manusia yang pertama kali diciptakan Allah SWT, Nabi Adam AS juga membawa kisah tersendiri saat menjalankan ibadah puasa sesuai wahyu dari-Nya. Bahkan melalui kisah tersebut, istilah Ayyamul Bidh muncul dan menjadi salah satu sunnah yang dijalankan oleh umat Islam hingga saat ini.
Lantas seperti apa kisah Nabi Adam AS yang berhubungan dengan Ayyamul Bidh? Agar lebih mengetahui tentang hal tersebut, simak rangkuman informasinya melalui artikel berikut.
Kisah Nabi Adam AS Saat Turun ke Bumi
Mengutip dari laman resmi Nahdlatul Ulama, berdasarkan penjelasan yang disampaikan dalam kitab 'Umdatul Qari 'Syarhu Shahihil Bukhari' bahwa sebab dinamai Ayyamul Bidh karena berkaitan dengan kisah Nabi Adam AS saat turun ke bumi. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa saat Nabi Adam AS diturunkan ke Bumi, seluruh tubuhnya terbakar oleh sinar Matahari.
Lalu Allah SWT memberikan wahyu kepada Nabi Adam AS untuk berpuasa selama tiga hari di tanggal 13, 14, dan 15. Pada saat menjalankan puasa tersebut diketahui bahwa kulit Nabi Adam AS mengalami perubahan.
Pada puasa pertama sepertiga badannya berubah menjadi putih. Lalu saat berpuasa di hari kedua, sepertiganya lagi menjadi putih. Kemudian ketika puasa terakhir di hari ketiga, seluruh tubuhnya menjadi putih.
Menurut keterangan yang terdapat dalam kitab 'Umdatul Qari`Syarhu Shahihil Bukhari dijelaskan bahwa sebab dinamai Ayyamul Bidh terkait dengan kisah Nabi Adam AS ketika diturunkan ke muka bumi. Riwayat Ibnu Abbas mengatakan, ketika Nabi Adam AS diturunkan ke muka bumi seluruh tubuhnya terbakar oleh matahari sehingga menjadi hitam/gosong.
Kemudian Allah memberikan wahyu kepadanya untuk berpuasa selama tiga hari (tanggal 13, 14, 15). Ketika berpuasa pada hari pertama, sepertiga badannya menjadi putih. Puasa hari kedua, sepertiganya lagi menjadi putih. Puasa hari ketiga, sepertiga sisanya menjadi putih.
ثُمَّ سَبَبُ التَّسْمِيَةِ بِأَيَّامِ الْبِيضِ مَا رُوِيَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ إِنَّمَا سُمِيَتْ بِأَيَّامِ الْبِيضِ لِأَنَّ آدَمَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لَمَّا أُهْبِطَ إِلَى الْأَرْضِ أَحْرَقَتْهُ الشَّمْسُ فَاسْوَدَّ فَأَوْحَى اللهُ تَعَالَى إِلَيْهِ أَنْ صُمْ أَيَّامَ الْبِيضِ فَصَامَ أَوَّلَ يَوْمٍ فَأبْيَضَّ ثُلُثُ جَسَدِهِ فَلَمَّا صَامَ الْيَوْمَ الثَّانِيَّ اِبْيَضَّ ثُلُثُ جَسَدِهِ فَلَمَّا صَامَ الْيَوْمَ الثَّالِثَ اِبْيَضَّ جَسَدُهُ كُلُّهُ
Artinya: "Sebab dinamai 'Ayyamul Bidh' adalah riwayat Ibnu Abbas RA, dinamai Ayyamul Bidh karena ketika Nabi Adam AS diturunkan ke muka bumi, matahari membakarnya sehingga tubuhnya menjadi hitam. Allah SWT kemudian mewahyukan kepadanya untuk berpuasa pada Ayyamul Bidh (hari-hari putih), 'Berpuasalah engkau pada hari-hari putih (Ayyamul Bidh)'. Lantas Nabi Adam AS pun melakukan puasa pada hari pertama, maka sepertiga anggota tubuhnya menjadi putih. Ketika beliau melakukan puasa pada hari kedua, sepertiga anggota yang lain menjadi putih. Dan pada hari ketiga, sisa sepertiga anggota badannya yang lain menjadi putih" (Lihat Badruddin Al-'Aini Al-Hanafi, 'Umdatul Qari` Syarhu Shahihil Bukhari, juz XVII, halaman 80).
Arti Penamaan Ayyamul Bidh
Selain berasal dari kisah Nabi Adam AS, terdapat pendapat lain yang memberikan penjelasan tentang asal-usul dan arti penamaan Ayyamul Bidh. Berdasarkan informasi yang tercantum dalam buku 'Panduan Muslim Sehari-hari' karya Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, dijelaskan bahwa Ayyamul Bidh disebut hari-hari putih karena pada waktu tersebut suasana malam hari terlihat terang benderang karena disinari oleh Bulan.
Hal tersebut membuat tak sedikit masyarakat Arab yang menyebutnya sebagai "hari-hari putih". Lebih lanjut dijelaskan dalam buku 'Seni Merawat Cinta Bagi Istri' yang disusun oleh Riza Risma, disebutkan bahwa dinamakan Ayyamul Bidh karena pada malam-malam di waktu tersebut terlihat terang benderang karena disinari rembulan.
Diketahui bahwa rembulan selau menyinari Bumi sejak matahari terbenam sampai terbit kembali. Hal tersebut membuat hari-hari itu, baik malam maupun siang hari, seluruhnya menjadi putih (terang).
Beberapa penjelasan tadi sejalan dengan apa yang disampaikan melalui laman resmi Nahdlatul Ulama. Masih disebutkan dalam kitab 'Umdatul Qari`Syarhu Shahihil Bukhari bahwa:
وَقِيلَ سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِأَنَّ لَيَالِي أَيَّامِ الْبِيضِ مُقْمِرةٌ وَلَمْ يَزَلِ الْقَمَرُ مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى طُلَوعِهَا فِي الدُّنْيَا فَتَصِيُر اللَّيَالِي وَالْأَيَّامُ كُلُّهَا بِيضًا
Artinya: "Pendapat lain menyatakan, hari itu dinamai Ayyamul Bidh karena malam-malam tersebut terang benderang oleh rembulan dan rembulan selalu menampakkan wajahnya mulai matahari tenggelam sampai terbit kembali di Bumi. Karenanya malam dan siang pada saat itu menjadi putih (terang)" (Lihat Badruddin Al-'Aini Al-Hanafi, 'Umdatul Qari` Syarhu Shahihil Bukhari, juz XVII, halaman 80).
Kapan Puasa Ayyamul Bidh?
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa Allah SWT mewahyukan Nabi Adam AS untuk berpuasa selama tiga hari di tanggal 13, 14, dan 15. Ketiga tanggal tersebut merupakan waktu yang dapat dipilih oleh seorang muslim untuk menjalankan puasa sunnah Ayyamul Bidh. Namun, perlu diperhatikan bahwa sistem penanggalan yang digunakan berdasarkan kalender Islam atau Hijriah.
Anjuran mengenai puasa Ayyamul Bidh juga disebutkan sebuah hadits. Merujuk dari laman muslim.or.id, dari Abu Dzar menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda padanya bahwa:
يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
Artinya: "Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah)" (HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasa'i no. 2425. Abu 'Isa Tirmidzi mengatakan bahwa haditsnya hasan).
Nah, itulah tadi penjelasan mengenai kisah Nabi Adam AS yang berkaitan dengan Ayyamul Bidh, dilengkapi dengan anjuran puasa Ayyamul Bidh. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan mengenai Ayyamul Bidh ya, detikers.
(aku/ams)