25 Tahun Jadi Penjagal Anjing, Agus Sambat Kini Mandek Beroperasi

25 Tahun Jadi Penjagal Anjing, Agus Sambat Kini Mandek Beroperasi

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Sabtu, 20 Jan 2024 15:08 WIB
Rumah jagal anjing milik Agus Triyono, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Sabtu (20/1/2024).
Foto: Rumah jagal anjing milik Agus Triyono, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Sabtu (20/1/2024). (Agil Trisetiawan Putra/detikJateng)
Solo -

Penangkapan pengepul anjing berdampak pada aktivitas olahan daging anjing di Kota Solo. Salah satu yang terdampak adakag Agus Triyono (51) pemilik rumah jagal dan kuliner daging anjing di Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari.

Dia menyulap bagian belakang rumahnya sebagai tempat penjagalan anjing. Ada kandang, besi untuk menggantung anjing hingga sejumlah pisau, untuk memotong anjing.

Saat detikJateng menyambangi lokasi, tak ada seekor anjing pun di tempat penjagalan tersebut. Kandang anjing kosong, lantai dan alat potong yang digunakan pun terlihat bersih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agus Triyono mengungkapkan, dia sudah tidak menjagal, dan menjual olahan daging anjing, sejak tiga minggu terakhir. Sebab, ia sudah tidak lagi mendapatkan pasokan usai penangkapan distributor anjing di Semarang.

"Sangat berpengaruh (penangkapan di Semarang), karena tidak ada pemasok ke Solo Raya. Terus terang, ekonomi kita kalau diteruskan bisa hancur. Mau cari pekerjaan lain, saat ini belum ada langkah," kata Agus saat ditemui awak media di rumahnya, Sabtu (20/1/2024).

ADVERTISEMENT

Agus mengaku sudah menjalankan bisnisnya selama 25 tahun terakhir. Dia memilih metode penyembelihan untuk mengolah daging anjing.

"Anjing kan hewan buas, langsung dipotong tidak bisa. Jadi digantung dulu, setelah lemas baru dipotong. Ada yang dengan cara dipukul, tapi saya tidak," jelasnya.

Juga Punya Warung Sendiri

Agus juga mempunyai warung olahan daging anjing. Dia biasa menjagal satu ekor anjing untuk kebutuhan warungnya. Meski begitu, dia juga menerima jasa jagal anjing untuk warung lain.

"Saya tidak menyuplai semua warung. Ada yang titip memotongkan, kalau kebutuhan saya cuma satu ekor," ucapnya.

Dia menerangkan seekor anjing bisa menghasilkan 10 kilogram daging, yang kemudian ia olah menjadi rica-rica. Satu porsinya, dia jual seharga Rp 25 ribu.

Dia mengaku setiap tahun didatangi Dinas Peternakan untuk mengambil sampel anjing yang ia jagal. Selama 15 tahun dipantau, dia tidak pernah mendapatkan laporan jika ada penyakit. Dia juga mengaku tak pernah mendapat komplain dari pelanggannya.

"Setengah tahun lalu dia mengambil sampel darah dari anjing-anjing yang saya potong. Minta 100 spek itu kemarin sampel darahnya, dari Dinas Peternakan Solo. Hampir setiap tahun siklusnya seperti itu, katanya untuk penelitian. Tapi tidak pernah ada laporan hasil penelitian itu, sampai sekarang saya belum pernah diberi tahu," jelasnya.

Dia berharap ada solusi yang diberikan atas kejadian ini. Pihaknya pun berharap ada audiensi dengan Pemkot Solo, dan komunitas pecinta hewan terkait olahan daging anjing ini.




(apu/ams)


Hide Ads