Polisi tengah mendalami penyebab kebakaran Pasar Ngawen, Blora. Hingga kini sudah 8 saksi yang diperiksa polisi.
"Sudah 8 saksi selesai kita periksa. Untuk perkembangan selanjutnya kita perlu koordinasi dulu dengan Polres," ungkap Kanit Reskrim Polsek Ngawen Iptu Kimin saat dimintai konfirmasi detikJateng, Jumat (12/1/2024).
Dugaan sementara, kebakaran dipicu api dari lilin mengingat saat kejadian sedang ada pemadaman listrik. Namun polisi masih perlu mendalami dugaan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tunggu saja dulu. Keterangan saksi pada garis besarnya sama, tapi untuk kepastian penyebab kebakaran kita masih koordinasi dengan Polres Blora," paparnya.
Pihaknya mengatakan untuk memastikan dugaan penyebab kebakaran membutuhkan proses dan langkah yang tepat. Dia mengaku akan melaksanakan gelar perkara pekan depan.
"Tunggu dulu setelah gelar, njih. Insyaallah minggu depan," ucapnya.
Terpisah, Kapolsek Ngawen AKP Lilik Eko Sukaryono mengatakan berdasarkan keterangan saksi, penyebab kebakaran diduga karena adanya lilin yang menyala di dalam pasar ketika listrik padam.
"Memang dari keterangan beberapa saksi itu keterangannya dari lilin, tapi kita masih mendalami lagi, betul enggak itu. Makanya tim Inafis juga sudah turun untuk meyakinkan itu," terang dia.
Untuk diketahui, kebakaran pasar tradisional Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora terjadi kemarin, Selasa (9/1/2024) sekira pukul 14.00 WIB.
Api baru bisa dipadamkan setelah kurang lebih 11 jam berlalu. Kebakaran terjadi sekira pukul 14.00 WIB hingga pukul 01.00 WIB dini hari api dinyatakan padam.
Akibat dari peristiwa ini lapak dagangan yang terbakar mencapai ribuan. Sebanyak 800 lapak pedagang los, 150 lapak pedagang pelataran dan 60 kios dinyatakan hangus. Adapun 71 kios terdampak rusak berat dan ringan.
Berdasarkan data terhimpun dari Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM, Kerugian dari peristiwa ini ditaksir mencapai Rp 30,6 miliar. Rinciannya adalah bangunan pasar senilai Rp 15,5 miliar, kerugian 60 pedagang kios Rp 608 juta, kerugian 800 pedagang los Rp 14,29 miliar, kerugian 150 pedagang dasaran Rp 300 juta.
(aku/aku)