Dokter asal Solo, dr Lo Siauw Ging, tutup usia, Selasa (9/1) lalu. Kepergian dokter yang dikenal berjiwa dermawan itu meninggalkan sejumlah kisah menyentuh dan inspiratif.
Kebaikan Dokter Lo yang menggratiskan biaya periksa para pasien membuatnya dicintai oleh masyarakat. Terungkap momen masyarakat ramai-ramai menjaga rumah Dokter Lo saat pecah kerusuhan rasial di Solo pada Mei 1998.
Salah satu tokoh keturunan Tionghoa Solo, Sumartono Hadinoto mengenang kerusuhan itu merupakan tragedi yang memilukan. Saat itu, banyak warga dari etnis Tionghoa menjadi sasaran hingga toko dan rumahnya dibakar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Situasi waktu itu betul-betul mencekam dan kalau aku waktu itu diwawancara sampai sekarang pun aku bilang bahwa kami sebagai Tionghoa Indonesia sebelum Reformasi itu rasanya kayak bukan manusia. Dipukul, dikeluarkan dari rumah, suruh lihat rumahnya dibakar," kata Sumartono kepada detikJateng, Kamis (11/1/2024).
Namun perusuh sama sekali tak menyentuh rumah Dokter Lo yang juga beretnis Tionghoa itu. Usut punya usut, warga secara sukarela 'pasang badan' melindungi rumah Dokter Lo agar tidak menjadi sasaran rusuh.
Warga di sekitar Kelurahan Purwodiningratan itu rela bergantian berjaga selama berhari-hari hingga situasi dipastikan aman. Menurut Sumartono, warga bergantian menjaga rumah Dokter Lo hingga sepekan.
"Satu kampung itu menjaga waktu rusuh-rusuh Mei 1998, sampai nggak ada yang berani menyentuh rumah dokter Lo, mereka menghalau," kata Sumartono.
Menurutnya, kebaikan hati Dokter Lo memang sangat dirasakan oleh warga di sekitar rumahnya. Rata-rata warga pernah dibantu saat keluarganya sedang sakit.
Salah satu tetangga Dokter Lo, Rini Riawati mengaku sering mendapat pengobatan gratis dari Dokter Lo. Tempat tinggalnya juga tidak begitu jauh dari kediaman dokter tersebut.
Saat kerusuhan 1998 terjadi, Rini masih sekolah SMA. Saat itu dia juga mengetahui bahwa rumah Dokter Lo ramai-ramai dijaga oleh warga.
Uniknya, di tengah situasi genting tersebut, Dokter Lo masih tetap membuka praktik melayani pasien.
"Dia masih buka layanan kok beliau. Setahu saya kalau beliau kalau masih bisa duduk di kursi, masih dilayani," ungkap Rini kepada awak media.
Diberitakan sebelumnya, Dokter Lo Siauw Ging meninggal dunia dalam usia 90 tahun. Dia cukup dikenal lantaran sering membantu pasien dengan memberikan pengobatan gratis.
dr Lo mendedikasikan hidupnya untuk pasien, terutama pasien miskin. Dulu, pasien yang datang tiap hari bisa mencapai 100 orang. Namun, pada 2013, pasien yang datang ke rumahnya rata-rata 'tinggal' 60 pasien.
Tak semua pasien berasal dari kalangan miskin, ada juga yang berduit. Kepada yang kaya ini pun, dr Lo tidak memasang tarif. Sebagian di antaranya membayar dengan cara meletakkan amplop berisi uang di meja konsultasi.
Dia bahkan pernah dibayar dengan palawija atau buah-buahan hasil kebun pasiennya yang datang dari pedesaan dari Pacitan atau dari Lereng Gunung Lawu.
(aku/apu)