Cerita Pilu 2 Mahasiswa UNS Asal Palestina, Hilang Kontak-Keluarga Wafat

Cerita Pilu 2 Mahasiswa UNS Asal Palestina, Hilang Kontak-Keluarga Wafat

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Kamis, 23 Nov 2023 17:46 WIB
Hussein Mahmoud Hussein Abutabaq, mahasiswa S2 Manajemen FEB UNS asal Palestina, Kamis (23/11/2023).
Foto: Hussein Mahmoud Hussein Abutabaq dan Doaa Jaweel Alramlawi mahasiswa UNS Solo asal Palestina, Kamis (23/11/2023). (Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng)
Solo -

Konflik Hamas dan Israel bergejolak di Gaza. Mahasiswa UNS Solo asal Palestina mengungkapkan kondisi terkini yang menimpa keluarganya.

Usai penyerahan bantuan senilai Rp 20 juta dari UNS, salah satu mahasiswa UNS asal Palestina, Hussein Mahmoud Hussein Abutabaq bercerita tentang kondisi Palestina. Ia mengatakan, keluarganya yang berada di Palestina sempat tak bisa ditelepon dua minggu yang lalu.

"Tapi mungkin empat hari yang lalu saya bisa dapat kabar lewat SMS saja, di WhatsApp dan Messenger," ungkap Hussein kepada awak media, Kamis (23/11/2033).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menambahkan, sudah sejak 2015, saat Hussein berkesempatan untuk berkuliah di UNS dengan mengajukan beasiswa, ia belum sempat kembali ke Palestina.

"Karena kondisi pintu Rafah yang susah untuk keluar, dan belum tentu kalau pulang ke Gaza bisa kembali lagi ke sini untuk studi," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Ia mengungkapkan, kondisi saat dirinya keluar dari Gaza untuk menempuh studi, serangan dari Israel juga terjadi. "Sebenarnya setiap waktu ada serangan, tapi kali ini kejam sekali," ungkap Hussein.

Kini, keluarganya pun sudah keluar dari rumah dan mengungsi di sekolah untuk menghindari serangan Israel.

"Keluarga saya sudah keluar dari rumah karena tidak aman, rumah juga ada rusak sebagian. Tapi kini sudah di sekolah, sekolah yang ikut PBB," ungkap Hussein.

"Sebenarnya tidak aman, tapi lumayan masih bisa untuk menghindari (dari serangan). Tapi masih kita di Gaza Utara, jadi di Gaza Utara masih banyak orang di situ," sambungnya.

Terkait kondisi gencatan senjata antara Hamas dan Israel, ia mengaku belum ada kejelasan meski sudah dikatakan ada kesepakatan.

"Sampai sekarang belum ada hal yang jelas, kemarin dikatakan ada kesepakatan angkat senjata, tapi sampai saat ini belum ada hal yang jelas. Harusnya hari ini jam 5 pagi ternyata sudah ditunda," ungkapnya.

Kekhawatiran akan kondisi keluarganya di Palestina itu pun membuat Hussein merasa terganggu dalam menempuh studinya.

"Karena kalau mau melakukan tugas, kadang dengar kabar yang tidak baik, tidak bisa lanjut," ungkapnya.

Meski sudah sangat ingin pulang ke Palestina dan bertemu keluarga, kondisi di Palestina tidak memungkinkan dirinya untuk pulang.

"Dan memang hancur di sana, tidak ada rumah, tidak ada sekolah, tidak ada rumah sakit, tidak ada puskesmas. Semua sudah hancur, kampus juga hancur di sana," terangnya.

Hussein juga sempat mengatakan bahwa ia ingin kembali ke Palestina usai menyelesaikan pendidikan S3-nya di UNS.

"Ingin nantinya kembali ke Palestina, insyaallah, memberikan ilmu. Sebagai muslim wajib dakwah, memberikan ilmu, berbagi," ungkapnya kepada detikJateng.

Ia berharap, usai berkuliah nantinya ia bisa bekerja di Palestina dan mengembangkan ekonomi di sana.

"Bisa bekerja di Palestina, perusahaan manajemen pabrik, agar ekonomi di sana bisa maju," ungkapnya.

Hussein yang tengah berkuliah di S2 Manajemen FEB UNS itu pun bersyukur atas banyaknya doa dan dukungan dari para masyarakat Indonesia, salah satunya juga bantuan yang diberikan UNS hari itu.

Banyak Keluarga Doaa Terbunuh di Palestina

Doaa Jaweel Alramlawi, yang juga merupakan mahasiswa UNS asal Palestina, turut membagikan ceritanya. Ia mengatakan, banyak anggota keluarganya yang telah terbunuh di Palestina, serta banyak anggota keluarganya yang tidak bisa dihubungi.

"Banyak keluarga saya telah dibunuh. Tante saya sudah dibunuh kemarin, sampai sekarang aku masih tidak bisa menghubungi ayah saya sejak satu minggu lalu," tutur Doaa menggunakan Bahasa Inggris, kepada awak media.

"Ada beberapa keluarga yang dihubungi tetapi banyak yang tidak dapat dihubungi. Kalaupun dapat dihubungi kira-kira 3-5 hari sekali baru bisa dihubungi," sambung mahasiswa S2 Administrasi Publik ini.

Ia pun mengapresiasi dan berterima kasih kepada UNS karena telah memberikan bantuan dan perhatian kepada seluruh mahasiswa dari Gaza yang ada di UNS.




(apu/rih)


Hide Ads