Isi Pidato Bung Tomo 10 November 1945: Merdeka atau Mati!

Isi Pidato Bung Tomo 10 November 1945: Merdeka atau Mati!

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Jumat, 10 Nov 2023 14:31 WIB
lukisan bung tomo
Isi Pidato Bung Tomo 10 November 1945: Merdeka atau Mati!-Bung Tomo. Foto ilustrasi: Edi Wahyono.
Solo -

Pertempuran besar antara arek-arek Surabaya melawan pasukan Sekutu terjadi pada 10 November 1945. Kala itu, Inggris telah memberi ultimatum agar pihak Indonesia berhenti melawan. Namun ultimatum tersebut tidak diindahkan oleh para pejuang. Mereka tetap melawan demi mempertahankan kemerdekaan.

Semangat perjuangan tersebut membara karena orasi dari Bung Tomo yang disampaikan melalui saluran Radio Republik Indonesia (RRI) Salah satu frasa yang terkenal dari pidato atau orasi Bung Tomo adalah "merdeka atau mati!".

Berikut ini adalah naskah asli pidato Bung Tomo yang detikJateng himpun dari buku "Bung Tomo" terbitan Laksana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Isi Pidato Bung Tomo 10 November 1945

Bismillahirrahmanirrahim.

MERDEKA!!!

ADVERTISEMENT

Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia, terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya. Kita semuanya telah mengetahui bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua.

Kita diwajibkan dalam waktu yang mereka tentukan untuk menyerahkan senjata senjata yang telah kita rebut dari tangan tentara Jepang

Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan.

Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka.

Saudara saudara...

Di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan, bahwa rakyat Indonesia di Surabaya, pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku, pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi, pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali, pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan, pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera, pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini, di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol, telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana.

Hanya karena taktik yang licik dari pada mereka itu, saudara- saudara, dengan mendatangkan presiden dan pemimpin- pemimpin lainnya ke Surabaya ini. Maka, kita ini tunduk untuk memberhentikan pertempuran, tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.

Saudara-saudara...

Kita semuanya, kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini, akan menerima tantangan tentara Inggris itu dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia, ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini, dengarkanlah ini tentara Inggris, ini jawaban kita, ini jawaban rakyat Surabaya, ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian.

Hai tentara Inggris,

Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu, kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu, kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kita rampas dari tentara Jepang untuk diserahkan kepadamu, tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada, tetapi inilah jawaban kita:

selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih, maka selama itu kita tidak akan mau menyerah kepada siapapun juga.

Saudara-saudara,

Rakyat Surabaya, siaplah!

Keadaan genting!

Tetapi saya peringatkan sekali lagi, jangan mulai menembak, baru kalau kita ditembak maka kita akan ganti menyerang mereka itu. Kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka.

Dan untuk kita, saudara-saudara,

Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!

Dan, kita yakin, saudara-saudara...

Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.

Percayalah, saudara-saudara...

Tuhan akan melindungi kita sekalian. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! MERDEKA!

Demikian teks pidato asli Bung Tomo yang membangkitkan semangat arek-arek Surabaya dalam melawan penjajah.




(apl/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads