Gambar satwa yang menjadi korban kebakaran hutan dan lahan Taman Nasional Gunung Merbabu beredar di media sosial. Ada kijang dan monyet yang mati akibat terbakar.
Kondisi tersebut diunggah oleh akun Instagram @mountnesia. Akun itu pada hari ini mengunggah foto dan satu video.
Salah satu foto memperlihatkan kijang yang kondisinya sudah mati. Tubuhnya masih terlihat utuh. Di foto itu terdapat tulisan 'Korban Gunung Merbabu'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan gambar kedua berupa video memperlihatkan monyet mati dalam kondisi terbakar. Hewan itu tergeletak di samping batang kayu bekas terbakar dan di lahan bekas kebakaran.
"Kebakaran di Gunung Merbabu telah usai, akan tetapi meninggalkan banyak luka. Ada penghuni asli Merbabu yang mati karenanya. Kebakaran yang melanda kawasan Gunung Merbabu dinyatakan padam usai hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut. Berdasarkan data dari Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGM), api melahap kawasan Gunung Merbabu seluas 848,5 hektare," tulis mountnesia dalam unggahan itu seperti dilihat detikJateng, Rabu (1/11/2023).
"Semoga lekas membaik ekosistemnya ya sob @MountNesia. Dokumentasi by @candumerbabu," tulisnya lagi.
Postingan itu mendapat puluhan ribu like dan ratusan komentar.
Plt Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb), Nurpana Sulaksono, mengonfirmasi adanya fauna atau satwa yang terdampak kebakaran Gunung Merbabu kemarin.
"Ya, jadi dari hasil kemarin kita pengecekan sama relawan, itu memang dijumpai adanya satwa yang terdampak kebakaran. Jadi yang pertama itu adalah monyet ekor panjang. Kemudian yang kedua ada kijang itu juga terdampak," kata Nurpana dihubungi melalui telepon selulernya, Rabu (1/11).
Untuk kijang yang memiliki nama latin Muntiacus muntjak itu ditemukan di sekitar jalur pendakian Thekelan, Kabupaten Semarang, di dekat Pos 4.
Sedangkan untuk monyet ekor panjang atau Macaca fascicularis, jelas dia, ditemukan di wilayah Kabupaten Boyolali. Yakni di sekitar Gumuk Ketu, Kecamatan Gladagsari.
"Dari laporan yang masuk baru dua ekor itu. Tapi yang mamalia kecil yang saya lihat itu ya ada bajing itu juga ada, yang kecil-kecil. Yang jelas kerusakannya (kebakaran Gunung Merbabu) itu menyebabkan mengganggu habitat satwa," imbuh dia.
Menurutnya, kijang yang mati terdampak kebakaran tersebut diperkirakan hendak lari menyingkir dari kobaran api. Namun dia terjebak dan terjepit oleh bara api.
"Untuk kijang itu sepertinya dia mau lari terus kemudian tertahan, terjepit sama bara. Karena hari Jumat, Sabtu, Minggu itu memang ini anginnya kencang sekali. Sehingga persebarannya (api merembet) itu cepat banget," ungkapnya.
Selengkapnya baca halaman berikutnya
"Biasanya kalau itu kebakaran, kalau angin nggak terlalu kencang itu si satwa ini bisa menyesuaikan. Dia sudah bisa beradaptasi. Tapi kemarin itu kondisi cuacanya cukup kencang, sangat cepat persebarannya sehingga memberikan dampak ekologis terhadap satwa," sambung Nurpana.
Untuk jumlah keseluruhan satwa yang terdampak, lanjut dia, saat ini belum diketahui pasti karena masih dalam pendataan. Pihaknya baru membentuk tim untuk melakukan assessment, pengukuran kerusakan ekologis di Merbabu dampak kebakaran selama tiga hari lalu.
"Saat ini kita sedang melakukan pendataan, saat ini masih recovery yang di bagian bawah. Karena ada desa-desa yang terdampak pipa airnya rusak," kata dia lagi.
Lebih lanjut, satwa kijang termasuk hewan dilindungi. Kijang saat ini memiliki habitat yang terbatas, salah satunya di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu.
"Karena kalau mau ke bawah di permukiman kan nggak mungkin. Jadi satwa-satwa tersebut, sekarang hidupnya habitatnya hanya di hutan-hutan yang tersisa saat ini, salah satunya di Taman Nasional Gunung Merbabu. Tentunya ini yang harus kita jaga, sebagai habitatnya satwa asli dan endemik Jawa," tegas Nurpana.