Sebelum disebut Solo Raya, wilayah eks Karesidenan Surakarta lebih dulu dikenal dengan julukan Subosukowonosraten. Begini sejarahnya menurut pakar dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Dr Prasetyo Adi Wisnu Wibowo, SS, M Hum.
Diketahui, Subosukawonosraten merupakan akronim dari Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Sebelum Indonesia merdeka,
wilayah-wilayah tersebut tergabung dalam Karesidenan Surakarta. Pada masa kolonial Belanda, wilayah tersebut dikenal juga sebagai Residentie Soerakarta.
"Jadi ini adalah wilayah ex (bekas) Karesidenan Surakarta. Kemudian setelah kepemimpinan Pak Soekarno tahun 1945 itu, Surakarta ini juga diberi hadiah Daerah Istimewa. Tapi tidak dilanjutkan karena ada gejolak, takutnya kembali ke kerajaan kecil," kata Prasetyo saat ditemui detikJateng, Rabu (1/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seiring waktu berjalan, Subosukawonosraten kini lebih dikenal dengan sebutan Solo Raya. "Memang kita punya nama wilayah yang cukup unik ya, Subosukawonosraten. Keliatannya ndeso, tapi itu singkatan wilayah," ujar Kepala Program Studi Sastra Daerah di Fakultas Ilmu Budaya UNS itu.
Prasetyo mengatakan Subosukawonosraten tak sekadar menjadi singkatan, tapi juga menjadi semacam brand. Menurutnya, istilah tersebut dapat mengangkat potensi dari masing-masing daerah agar bisa lebih dikenal di kancah internasional.
"Dengan adanya branding bersama, nanti potensi, keunggulan, dan kekurangan daerah itu bisa ditangani secara bersama-sama," tuturnya.
Kemudian, Prasetyo berujar, agar menjadi lebih dikenal dan penyebutannya lebih mudah, Subosukawonosraten kini lebih sering disebut dengan istilah Solo Raya.
"Sekarang ada embel-embel Solo Raya, berarti mencakup wilayah lain yang dulu di bawah karesidenan, yang dulu merupakan wilayah Mangkunegaran dan Keraton Surakarta, terikat kuat dalam satu pemerintahan," jelasnya.
Oleh sebab itu, wilayah Subosukawonosraten menjadi lebih dikenal dengan sebutan Solo Raya. "Sekarang ada wacana kembali menjadi daerah istimewa. Saya kira ya boleh saja, karena sudah maju daerah-daerahnya, potensi dan pendapatannya. Saya kira menjadi provinsi baru ya bisa juga," ucap Prasetyo.
"Jadi begitu, sejarahnya dari karesidenan, kemudian daerah istimewa, kembali jadi karesidenan, lalu sekarang dikenal dengan Solo Raya yang dulunya Subosukawonosraten," pungkasnya.
(dil/ahr)