Nama Kabupaten Klaten sempat jadi trending topic di media sosial X (dulu Twitter). Sejumlah warganet riuh membahas tentang sebagian warga Klaten yang mengaku sebagai warga Solo ataupun warga Jogja. Begini tanggapan sejarawan Universitas Sebelas Maret, Sutarjo.
Pantauan detikJateng, Selasa (31/10), akun X, @hrd*** mengunggah cuitan, "Delanggu kan termasuk Solo lol u gimana sik." Dari cuitan itu, muncul komentar-komentar yang menggunakan kata kunci Klaten.
Beberapa akun menuliskan bahwa Delanggu masuk ke wilayah Klaten. Ada pula beberapa akun lain yang berpendapat bahwa warga Klaten krisis identitas, sering mengaku sebagai warga Solo ataupun Jogja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Klaten ada sebuah kota yang kalau dekat Solo ngaku Solo, dekat Jogja ngaku Jogja," tulis akun @men***.
"Masa sih ak org delanggu jd krisis identitas njr bingung sendiri," tulis akun @han***.
Menanggapi hal itu, sejarawan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Sutarjo mengatakan Delanggu masuk ke dalam wilayah Klaten. Namun, menurutnya ada beberapa kemungkinan mengapa warga Klaten menyebut dirinya warga Solo ataupun Jogja.
Salah satunya karena Klaten masuk ke dalam wilayah Solo Raya, bersama dengan Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar, Wonogiri, dan Sragen.
"Delanggu itu ora (bukan) Solo, Klaten. Dulu ada namanya Subosukowonosraten, Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Tapi sekarang namanya Solo Raya itu, ya mungkin karena itu wong (orang) Klaten ngakunya wong Solo," kata Sutarjo saat ditemui detikJateng, Selasa (31/10/2023).
Selain itu, Sutarjo memperkirakan bahwa faktor popularitas Solo menjadi salah satu pertimbangan yang tidak bisa dilewatkan.
"Bisa karena popularitasnya, yang terkenal Solo, jadi orang-orang ketika ditanya menjawabnya Solo. Pas ditanya 'Solone pundi?' (Solonya mana?) ternyata Solonya Karanganyar, Sukoharjo, atau Klaten," jelasnya.
Dosen Fakultas Ilmu Budaya itu menambahkan, sejarah Kerajaan Mataram kemungkinan juga menjadi salah satu faktor sebagian warga Klaten menyebut dirinya warga Solo atau warga Jogja.
"Kerajaan Mataram itu kan dibagi dua setelah Perjanjian Giyanti, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Mungkin karena itu orang Klaten yang dekat Solo nganggepnya (warga) Solo, yang dekat Jogja nganggepnya (warga) Jogja, ya to," pungkasnya.
(dil/sip)