Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober: Sejarah dan Maknanya

Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober: Sejarah dan Maknanya

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Kamis, 26 Okt 2023 12:40 WIB
poster Hari Sumpah Pemuda 2023
Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober: Sejarah dan Maknanya. Foto: Freepik
Solo -

Indonesia memiliki banyak hari bersejarah yang berhubungan dengan perjuangan para pahlawan untuk merebut kemerdekaan. Salah satunya adalah Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober mendatang. Bagaimanakah sejarahnya?

Sebelum Sumpah Pemuda, perjuangan melawan penjajah masih bersifat kedaerahan dan terbilang lemah. Oleh karena itu, kemerdekaan pun masih sulit diraih.

Sumpah Pemuda yang terjadi pada 28 Oktober 1928 merupakan titik balik perjuangan Bangsa Indonesia hingga meraih kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Peristiwa penting itu memantik semangat para pemuda untuk bersatu dalam melawan penjajah, yaitu Belanda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda memiliki sejarah yang cukup panjang. Mengutip dari laman resmi Museum Sumpah Pemuda, peristiwa ini dilatarbelakangi oleh gagasan Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) untuk menyelenggarakan Kongres Pemuda Kedua pada 27-28 Oktober 1928. Tujuannya adalah memperkuat rasa persatuan dan kebangsaan Indonesia di benak pemuda dan pemudi.

Mari simak bagaimana sejarah lebih lengkapnya berikut ini.

ADVERTISEMENT

1. Pertemuan Sebelum Kongres Pemuda

Pada 3 Mei 1928 dan 12 Agustus 1928, para pemuda Indonesia melakukan pertemuan untuk mempersiapkan Kongres Pemuda Kedua. Mereka membicarakan pembentukan panitia, jadwal acara, lokasi, dan anggaran kongres.

Kesepakatan yang dicapai adalah bahwa Kongres Pemuda Kedua akan diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928 di tiga lokasi berbeda. Biaya kongres akan ditanggung oleh organisasi-organisasi yang berpartisipasi, serta kontribusi sukarela.

Rapat ini juga menyepakati pembentukan panitia Kongres Pemuda II yang terdiri dari:

  • Ketua: Sugondo Djojopuspito (PPPI)
  • Wakil Ketua: R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
  • Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
  • Bendahara: Amir Sjarifudin (Jong Bataks Bond)
  • Pembantu I: Johan Mahmud Tjaja (Jong Islamieten Bond)
  • Pembantu II: R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
  • Pembantu III: R.C.L. Sendoek (Jong Celebes)
  • Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
  • Pembantu V: Mohammad Rochjani Su'ud (Pemoeda Kaoem Betawi)

2. Rapat I: Gedung Katholieke Jongenlingen Bond

Pada Sabtu malam, 27 Oktober 1928, bertempat di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Sugondo Djojopuspito selaku Ketua Kongres memberikan sambutan pembukaan.

Dalam sambutannya, ia menyatakan harapannya bahwa kongres ini akan menjadi sebuah platform untuk memperkuat semangat persatuan di kalangan para pemuda. Acara kemudian berlanjut dengan pidato dari Mohammad Yamin yang memberikan penjelasan mengenai pentingnya persatuan bagi pemuda Indonesia.

Yamin menyebut bahwa terdapat lima faktor kunci yang dapat menguatkan persatuan di antara pemuda, yaitu melalui pemahaman sejarah, penggunaan bahasa, hukum adat, pendidikan, dan tekad bersama.

3. Rapat II: Gedung Oost-Java Bioscoop

Rapat yang kedua dilaksanakan pada hari Minggu pagi tanggal 28 Oktober 1928. Rapat yang bertempat di Gedung Oost-Java Bioscoop ini fokus membahas tentang masalah pendidikan.

Dua pembicara utama, yaitu Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro menjelaskan pandangan bahwa pendidikan nasional bagi anak-anak sangat penting. Mereka sepakat bahwa pendidikan seharusnya mencakup pendidikan kebangsaan.

Harus ada keseimbangan antara proses pembelajaran di sekolah dan di rumah. Selain itu, mereka menekankan pentingnya pendidikan yang demokratis dalam membentuk karakter anak-anak.

4. Rapat III: Gedung Indonesische Clubgebouw

Masih di hari yang sama, Minggu 28 Oktober 1928, dilaksanakan rapat ketiga Kongres Pemuda yang berlokasi di Gedung Indonesische Clubgebouw.

Dalam rapat ini, Soenario menyoroti signifikansi nasionalisme dan demokrasi selain dari peran gerakan kepanduan. Selanjutnya, Ramelan mengemukakan konsep bahwa gerakan kepanduan tidak dapat dipisahkan dari gerakan nasional.

Kepanduan sejak usia dini memiliki peran kunci dalam membentuk disiplin dan kemandirian pada generasi muda, itulah beberapa esensi dalam perjuangan. Theo Pengamanan menegaskan bahwa seorang pandu sejati adalah mereka yang mengabdi berlandaskan semangat kebangsaan dan cinta tanah air Indonesia.

Putusan Kongres Pemuda-Pemudi Indonesia

Sebelum penutupan kongres, lagu "Indonesia Raya" karya Wage Rudolf Supratman dimainkan dengan penuh semangat melalui alunan biola. Para peserta kongres meresponsnya dengan antusias. Acara penutupan kongres berakhir dengan pembacaan sebuah keputusan oleh Sugondo Djojopuspito, yang sebelumnya dirumuskan oleh Mohammad Yamin.

Berikut ini ini putusan Kongres Pemuda Kedua.

PUTUSAN KONGRES

PEMUDA-PEMUDA INDONESIA

Kerapatan pemuda-pemuda Indonesia diadakan oleh perkumpulan-perkumpulan pemuda Indonesia yang berdasarkan kebangsaan dengan namanya Jong Java, Jong Soematra (Pemoeda Soematra), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan Perhimpoenan Peladjar2 Indonesia.

Membuka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober tahun 1928 di negeri Djakarta:

Sesudahnya mendengar pidato-pidato pembicaraan yang diadakan di dalam kerapatan tadi;

Sesudahnya menimbang segala isi-isi pidato-pidato dan pembicaraan ini.

Kerapatan lalu mengambil keputusan:

PERTAMA.

KAMI PUTERA DAN PUTERI INDONESIA,

MENGAKU BERTUMPAH DARAH YANG SATU,

TANAH INDONESIA.

KEDUA.

KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA,

MENGAKU BERBANGSA YANG SATU,

BANGSA INDONESIA.

KETIGA.

KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA,

MENJUNJUNG BAHASA PERSATUAN,

BAHASA INDONESIA.

Setelah mendengar putusan ini, kerapatan mengeluarkan keyakinan azas ini wajib dipakai oleh segala perkumpulan kebangsaan Indonesia.

Mengeluarkan keyakinan persatuan Indonesia diperkuat dengan memperhatikan dasar persatuannya:

KEMAUAN

SEJARAH

BAHASA

HUKUM ADAT

PENDIDIKAN DAN KEPANDUAN

dan mengeluarkan pengharapan, supaya putusan ini disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan kita.

Makna Sumpah Pemuda

Mengutip dari laman resmi DPR RI, peringatan Sumpah Pemuda mengajarkan kepada kita betapa pentingnya persatuan bagi Indonesia. Dengan bersatu, kita bisa meraih serta menjaga kemerdekaan.

Sumpah Pemuda juga mengingatkan kita untuk tidak terpecah-belah dan saling berselisih, terutama di tengah situasi global yang penuh dengan konflik dan pertentangan. Lebih dari itu, Sumpah Pemuda mengajarkan untuk mencintai dan mendukung Indonesia sebagai satu bangsa dengan berbagai suku yang berbeda.

Hal tersebut mengingatkan kita untuk selalu mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok.

Selain itu, semangat nasionalisme ini juga menekankan agar kita tidak terlibat dalam kepentingan asing dan menjaga kemerdekaan tanah air kita. Sumpah Pemuda adalah janji kita untuk selalu menjaga kesatuan dan kemerdekaan Indonesia.

Demikian penjelasan lengkap mengenai sejarah Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober serta maknanya. Semoga bermanfaat, detikers.

(cln/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads