Batik motif Parang ternyata bukan sekadar pola, melainkan juga memiliki jejak sejarah dari zaman Keraton Mataram. Batik Parang menggambarkan keindahan hubungan antara manusia dan alam melalui seni tradisional Indonesia.
Diketahui, Batik Parang disebut memiliki mitos terkait hubungan istimewa antara Pendiri Kerajaan Mataram, Panembahan Senopati, dan Nyi Roro Kidul. Apalagi, batik parang memang memiliki motif yang terlihat seperti ombak.
Motif ini disebut merupakan penghargaan dari Raja Mataram kepada Ratu Selatan, mengisyaratkan ikatan pernikahan dan perjanjian spesial di antara mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mitos lihat gambar dari Ratu Kidul itu parang (ombak), dipercaya mereka ada hubungan suami istri bersama Ratu Kidul, sampai awal Panembahan Senopati sudah memiliki hubungan, sehingga ada perjanjian Ratu Kidul membantu Kerajaan Mataram," kata Kartono, Abdi Dalam Keraton Mangkunegaran yang telah mengabdi selama 50 tahun, pada Jumat (20/10/2023).
Kisah di balik motif Parang ini bermula ketika Panembahan Senopati memperhatikan gerakan ombak Laut Selatan yang memecah di karang pantai.
Menurut Kartono, tak hanya Panembahan Senopati, bahkan hubungan 'istimewa' ini terus berlanjut sampai ke keturunannya yang menjadi raja di Yogyakarta. Siapapun raja yang menjabat harus menikah dengan Ratu Kidul.
Namun, Kartono menegaskan bahwa itu hanya sebuah mitos yang didengar sejak lama secara turun-temurun.
"Dengan catatan setiap penguasa Kerajaan Mataram harus menjadi suami dari Nyi Roro Kidul, zaman dulu, sekarang sudah ndak (tidak), mitos itu turun temurun," tambahnya.
Sementara itu, hingga kini Batik Parang masih dilarang digunakan oleh masyarakat biasa saat berada di lingkup keraton. Masyarakat boleh mengenakannya asalkan berada di luar lingkup keraton.
Diketahui, pada masa lampau penggunaan batik parang memang dibatasi hanya di dalam lingkungan Keraton Mataram. Batik yang dulunya hanya digunakan oleh para raja itu sering kali dijuluki sebagai Batik Larangan atau Batik Keraton.
Pembatasan ini muncul karena para saudagar pada saat itu ingin mengkombinasikan motif parang dengan motif lain, yaitu parang seling. Namun, seiring berjalannya waktu, batik parang telah menemukan tempatnya di kalangan masyarakat luas.
Kini, Batik Parang tidak hanya digunakan sebagai pakaian resmi di Keraton, tetapi juga telah menjadi pilihan populer di kalangan masyarakat untuk berbagai acara. Bahkan, Batik Parang dan batik motif lainnya kini sudah dikenal hingga kancah internasional.
Artikel ini di tulis oleh Praditia Salim peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(cln/ahr)