Waka DPRD Jateng Dorong Pentingnya Partisipasi Anak Muda di Pemilu 2024

Waka DPRD Jateng Dorong Pentingnya Partisipasi Anak Muda di Pemilu 2024

Erika Dyah - detikJateng
Minggu, 15 Okt 2023 08:21 WIB
Wakil Ketua DPRD Jateng Sukirman
Foto: DPRD Jateng
Jakarta -

Pimpinan DPRD Jateng Sukirman mengajak dan mendorong kaum muda berperan aktif dalam Pemilu 2024. Menurutnya, peran serta anak muda yang menjadi pemilih pemula sangat penting dalam menentukan nasib bangsa di masa depan.

Wakil Ketua DPRD Jateng ini menegaskan pihaknya akan semakin serius mendorong generasi milenial untuk terlibat aktif menyukseskan Pemilu 2024. Apalagi, generasi ini diketahui cukup banyak jumlahnya. Menurut prediksi KPU, jumlahnya mencapai 55 hingga 60 persen dari sekitar 187 juta pemilih sementara.

"Oleh karena itu DPRD Jateng berkepentingan merangkul, mengajak, dan mendorong kalangan muda yang merupakan pemilih terbesar dalam Pemilu 2024 untuk ikut berperan aktif menyukseskannya," ujar Sukirman dalam keterangan tertulis, Minggu (15/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau dihitung secara kasar kan sekitar 110 juta lebih yang usianya 17 tahun hingga 35 tahun," tutur politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Sukirman menilai perlu komunikasi yang intim kepada kalangan muda untuk memberikan pemahaman yang benar tentang pemilu dan politik secara umum. Dengan pemahaman yang benar, pihaknya meyakini kalangan muda bersedia turut andil dalam bagian pesta demokrasi mendatang.

ADVERTISEMENT

Ia menyebut selama ini masih banyak anak muda menilai negatif dunia politik. Umumnya, mereka berpikir dunia politik itu keras, kotor, dan fokus hanya pada kekuasaan. Bukan pada kesejahteraan rakyat maupun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Jadi saya melihat selama ini banyak yang menganggap partai politik itu kotor. Partai politik hanya merebut kekuasaan. Itu tidak tepat," ucapnya.

Ia menekankan semua stakeholder terkait perlu turun 'gunung' memberi pemahaman tentang politik. Khususnya mengenai partisipasi dalam Pemilu. Menurutnya, semua pihak harus mendorong dan mengedukasi pentingnya partisipasi politik dan hak memilih guna meningkatkan partisipasi politik generasi muda.

Dengan demikian, diharapkan partisipasi masyarakat pada Pemilu 2024 akan semakin tinggi dan menghasilkan pemimpin yang berkualitas untuk Indonesia.

"Jangan hanya penyelenggara pemilu saja. Caranya ya banyak, salah satunya dengan diajak ngobrol bahwa semua yang terjadi di negara adalah peran politik," kata Sukirman.

Ia pun berharap banyak kaum muda tidak ragu lagi untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan Pemilu 2024. Misalnya, dengan bergabung menjadi kader politik, menjadi peserta pemilu, dan lain sebagainya.

"Saya yakin kaum muda akan melihat. Tapi kalau kita tidak pernah memberi ruang kepada kaum muda, mereka makin jauh, cuek, tidak peduli, tidak tahu, dan tidak mau tahu tentang politik," jelasnya.

Jika dilihat saat rekrutmen badan penyelenggara pemilu dan pantarlih, ia memandang partisipasi dari kaum milenial cukup baik. Hal ini terbukti dalam rekrutmen pantarlih hingga KPU dan Bawaslu yang pendaftarnya mencapai ribuan dan didominasi kalangan muda.

Lebih lanjut, menurutnya media digital perlu dimaksimalkan agar dapat menjadi sarana penyampaian informasi kepada kaum milenial. Ia pun meminta media membantu pemerintah untuk menyebarkan berita yang benar, tepat, dan akurat, sehingga dapat dimaksimalkan menjadi sarana yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada generasi muda.

"Bagaimana berkomunikasi publik di tahun politik, terutama menjelang pemilu dan pemilukada serentak yang berpotensi hoaks tinggi. Bagaimana membesutnya agar masyarakat tidak terjerumus dalam informasi yang tidak benar," pintanya.

Kendati demikian, ia mengakui masih banyak masyarakat khawatir terhadap politik identitas efek dari pemanfaatan teknologi hingga hoaks. Oleh karena itu, hal ini harus diantisipasi.

Namun ia menyebut tidak perlu terlalu khawatir dengan anak muda yang akan terjangkit politik identitas. Mengingat anak muda memiliki mekanisme sendiri untuk menangkal hal itu.

"Mereka sebetulnya memiliki ketahanan sendiri terhadap politik identitas, sebab kalangan muda Indonesia saat ini sudah akrab dengan media sosial dalam berkomunitas, yang memungkinkan berinteraksi dengan preferensi yang berbeda-beda," paparnya.

Di era digitalisasi ini, ia pun menyebut sisi human being dan human interest dalam seni pertunjukan rakyat tetap memiliki kekuatan tersendiri. Hal ini menurutnya mampu menggerakkan hati, pikiran, dan minat pemirsanya untuk memahami pesan yang disampaikan.

(akd/akd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads