Kala Maut Mengintai di Langit Gaza

Internasional

Kala Maut Mengintai di Langit Gaza

Tim detikNews - detikJateng
Rabu, 11 Okt 2023 12:18 WIB
Serangan udara militer Israel terhadap militan Hamas mengakibatkan Kota Gaza porak-poranda. Ini penampakannya.
Serangan udara militer Israel terhadap militan Hamas mengakibatkan Kota Gaza porak-poranda. (Foto: AP Photo/Hassan Eslaiah)
Solo -

Serbuan militan Hamas direspons serangan balik pihak Israel. Kota Gaza pun dibombardir serangan yang terus berlangsung hingga saat ini.

Dilansir detikNews, warga Kota Gaza kini hidup di tengah ketakutan. Mereka memiliki pilihan yang sangat terbatas untuk menyelamatkan diri.

"Setiap kali terjadi gempuran, rasanya seperti gempa bumi menghantam gedung. Saya merasakan jantung saya berdebar ketakutan dan seluruh tubuh saya gemetar," kata Nadiya yang enggan menyebutkan nama aslinya, dikutip dari detikNews, Rabu (11/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Senin (9/10) pagi, dia dibangunkan oleh suara pintu dan jendela yang pecah. Setelah itu, serangan yang dimulai pukul 08.00 pagi tak berhenti sedetik pun hingga tengah malam.

Nadiya bertahan bersama dua anaknya yang berusia 5 tahun dan 3 bulan. Sementara suaminya yang seorang dokter di organisasi bantuan internasional juga tengah sibuk menangani korban luka di lapangan.

ADVERTISEMENT

Selama beberapa hari terakhir, Nadiya menolak meninggalkan rumahnya. Namun serangan bertubi-tubi seakan tak berhenti, membuatnya berpikir ulang.

Saat meninggalkan gedung tersebut bersama kedua anaknya, dilihatnya seluruh lingkungan sudah rata dengan tanah. Dia benar-benar sulit mengenali lingkungannya lagi.

Dia kini berusaha untuk sampai ke rumah orang tuanya dengan selamat. "Di mana kita bisa bersembunyi ketika kematian datang dari langit?" keluhnya.

Salah satu warga lainnya, Busha Khalidi, mengatakan situasi Gaza saat ini sangat mengerikan. Menurutnya, keputusan Israel untuk menghukum seluruh penduduk secara kolektif adalah kejam.

Rumah Sakit Kewalahan

Di Rumah Sakit Alshifaa yang terbesar di wilayah padat penduduk, mengatakan situasinya mengerikan.

"Sedikitnya 850 orang tewas dan lebih dari 4.000 orang terluka," kata direktur rumah sakit tersebut, Dr Mohamed Abo Suleima.

Rumah sakit ini mengandalkan generator listrik karena aliran listrik ke jalur tersebut telah terputus. Susahnya lagi, listriknya hanya cukup untuk digunakan selama tiga hari lagi.

Ketika Israel mengumumkan blokade penuh terhadap Gaza, air desalinasi kini menjadi langka di rumah sakit.

Pengungsian Penuh

Menurut badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA), pengungsian massal telah meningkat pesat dalam 24 jam terakhir dan lebih dari 187.000 warga Gaza kini meninggalkan rumah mereka untuk mencari perlindungan.

Ketika pemboman besar-besaran terus berlanjut, organisasi tersebut telah berhasil menampung 137.500 orang, namun ada kekhawatiran bahwa kapasitasnya akan segera penuh terisi pasien.

Di tengah situasi itu, warga sipil di Gaza tidak memiliki banyak pilihan untuk menyelamatkan diri. Perbatasan dengan Mesir tidak ditutup sepenuhnya, namun hanya 400 orang per hari yang diizinkan keluar-masuk, dengan daftar tunggu yang sangat panjang.




(aku/sip)


Hide Ads