Sejumlah massa warga dari beberapa desa di Kecamatan Ngawen, Klaten, memprotes pengerjaan proyek tol Jogja-Solo di Desa Manjung yang disebut menyempitkan jalan poros desa. Hingga kini tuntutan warga soal pengembalian lebar jalan desa itu belum mencapai titik temu.
"Belum ada titik temu. Saya baru mengkomunikasikan dengan pihak PT JMJ dan Adhi Karya. Ini seksi I.2, nanti akan diagendakan. Tapi yang jelas sudah ada surat resmi dari perwakilan PT Adhi Karya dari hasil pertemuan ini," kata Camat Ngawen, Ana Fajriah Hidayati seusai pertemuan di kantor Desa Gatak, Ngawen, Jumat (6/10/2023) siang.
Ana mengatakan, karena belum ada titik temu, maka akan diadakan pertemuan lanjutan yang bakal dihadiri semua pimpinan dari masing-masing pihak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harapannya segera ada solusi. Waktu perencanaan itu ada rencana teknis akhir (RTA), sudah ada sosialisasi dan pencermatan, semua kades diminta melihat satu per satu. Tapi mungkin ada hal-hal saat pelaksanaan di lapangan," ujar Ana.
Koordinator aksi warga, Sriyono mengatakan aksi kali ini dilakukan karena aduan secara lisan hingga tertulis yang disampaikan tidak kunjung mendapat tanggapan.
"Sudah pengaduan lisan empat kali tidak ada tanggapan, secara tertulis ditandatangani warga, tokoh desa, BPD, Kades sampai Camat juga tidak ada tanggapan," ucap Sriyono.
"Tuntutan kita sederhana, kembalikan jalan poros desa yang selama ini digunakan warga mengangkut mi soun," imbuhnya.
Jalan Desa Menyempit-Sawah Tak Bisa Digarap
Menurut Sriyono, jalan desa yang semula lebarnya 10 meter kini tinggal 3 meter. Imbasnya, truk pengangkut bahan mi soun tidak bisa masuk. Warga juga meminta saluran air dikembalikan.
"Kembalikan saluran air sawah kami yang dimatikan, itu berdampak dua tahun tidak bisa tanam padi. Kembalikan jalan lingkar desa kami yang dihilangkan, padahal itu buatnya saweran tiga desa, Desa Senden, Gatak, dan Manjung," kata Sriyono.
Seorang warga, Marmadi (60) mengatakan sawahnya jadi tidak bisa digarap sejak saluran airnya hilang dan ditutup.
"Tidak digarap karena tidak ada air, sudah dua tahun. Untuk jalan poros desa dulunya dicor, jalan baku, tapi oleh proyek dipersempit sehingga tidak mungkin untuk lewat truk," kata petani itu kepada detikJateng.
Sementara itu perwakilan dari PT Adhi Karya, Rifki mengatakan akan ada pertemuan lebih lanjut mengenai tuntutan warga tersebut.
"Itu nanti pusat, dari pihak perencanaan. Kita pelaksana saja. Nanti ada pertemuan lebih lanjut untuk mendetailkan masalah ini," kata Rifki kepada wartawan.
Pantauan detikJateng, pertemuan perwakilan warga hari ini belum menghasilkan keputusan. Warga pulang dengan tertib sekitar pukul 11.40 WIB.
(dil/apl)