Luas lahan tanaman kentang yang terdampak embun es di dataran tinggi Dieng terus bertambah. Saat ini dampak embun es terhadap tanaman kentang mencapai 6 hektare.
Kepala Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Slamet Budiono mengatakan fenomena embun es atau warga Dieng menyebut bun upas ini membuat petani kentang prihatin. Luas lahan kentang yang terdampak embun es kini mencapai 5-6 hektare.
"Saat ini petani kentang di Dieng ini prihatin. Karena tanaman kentang mati akibat bun upas. Sekarang luasan lahan yang terdampak sudah mencapai 5-6 hektare," ungkapnya saat ditemui di kompleks Candi Arjuna, Dieng, Selasa (5/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut, awalnya tanaman kentang masih bisa bertahan dengan kemunculan fenomena alam embun es. Namun mulai pertengahan Agustus, luas lahan tanaman yang terdampak embun es terus bertambah.
"Pada saat kemunculan di bulan Juni-Juli hingga Agustus awal tanaman kentang masih bisa bertahan. Masih kurang dari 1 hektare yang mati. Tetapi sekitar mulai tanggal 10 Agustus mulai sering muncul bun upas sampai sekarang sudah banyak tanaman kentang yang mati," jelasnya.
Rata-rata usia tanam tanaman kentang saat ini antara 40 hari hingga 70 hari sehingga Slamet memastikan para petani gagal panen karena tanaman kentang belum berbuah.
"Sekarang rata-rata usia tanam itu baru 40 hari sampai 70 hari. Jadi belum bisa dipanen. Masih kecil-kecil," kata dia.
Dampak akibat embun es, petani kentang saat ini merugi hingga ratusan juta rupiah. Sebab, jika dihitung biaya produksi satu hektare memakan biaya sekitar Rp 40 juta sampai Rp 50 juta.
"Kalau dihitung kerugian itu banyak. Misalnya untuk biaya tanam saja per hektare itu sekitar Rp 40 juta sampai Rp 50 juta. Jadi tinggal dikalikan 6 hektare," paparnya.
Lahan kentang yang terdampak embun es sebagian besar berada di daerah lembah Dieng. Berkaca dari pengalaman sebelumnya, tanaman kentang yang berada di lereng-lereng akan lebih bertahan.
"Tanaman kentang yang pada mati akibat bun upas itu yang berada di daerah lembah. Seperti di sekitar kompleks Candi Arjuna. Kalau yang di lereng-lereng itu malah bisa bertahan. Kecuali kalau sampai minus 8 ke bawah itu kena juga," terangnya.
Adanya fenomena alam ini, petani kentang di dataran tinggi Dieng ini pun hanya bisa pasrah. Awalnya beberapa petani berusaha mengantisipasi dengan menutup tanaman kentang dengan menggunakan rumput. Namun, saat ini upaya tersebut tidak berjalan maksimal.
"Sebenarnya dulu ada yang menutup tanaman kentang dengan rumput. Tapi sekarang tetap tembus terkena bun upas. Jadi ya percuma," tambahnya.
(rih/rih)