Khutbah Jumat adalah ceramah yang disampaikan khatib sebelum sholat Jumat. Khutbah merupakan salah satu syarat dan rukun dalam sholat Jumat. Berikut ini contoh khutbah Jumat singkat yang penuh makna.
Hari Jumat memiliki keistimewaan yang lebih dibandingkan hari-hari biasanya, setiap hari Jumat dilaksanakan sholat Jumat. Hukumnya wajib bagi seorang laki-laki yang sudah baligh, sehat, berakal, untuk melaksanakan sholat Jumat di masjid. Sholat Jumat hanya terdiri dari dua rakaat saja, dan sebelum melaksanakan sholat Jumat akan adanya khutbah Jumat.
Adapun beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum khutbah Jumat, yaitu 1) Khatib harus laki-laki, baligh, berakal, suci dari hadast besar dan kecil, menutup aurat dan bisa membedakan antara sunnah dan rukun khutbah, 2) Khutbah harus diperdengarkan dan didengarkan oleh jamaah sholat Jumat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari laman resmi NU Ponorogo, berikut ini contoh khutbah Jumat singkat dan penuh makna.
6 Contoh Khutbah Jumat Penuh Makna
Contoh 1 : Dzikir Kepada Allah
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah.
Marilah kita selalu bersyukur kehadirat Allah, memuji-Nya dengan pujian yang terbaik, atas segala limpahan kasih sayang-Nya kepada kita semua. Semoga Allah mengilhamkan kepada kita ketaqwaan, kesadaran bahwa semua perintah-Nya hanyalah ungkapan kecintaan-Nya agar kita bahagia di dunia dan akhirat, dan segala larangannya adalah penjagaan agar hanya keselamatan yang selalu kita alami. Amin.
Hadirin jamaah Jumat yang berbahagia.
Apalah artinya panjangnya umur, bertambahnya kekayaan, kenaikan derajat di hadapan manusia, popularitas dan semua gemerlap kemajuan dunia jika kita tidak berbahagia di dalamnya, ketika kita hidup dengan dada yang sesak, hati yang keruh dan semua terasa menghimpit. Maka Allah mengingatkan dalam surah Tha Ha ayat 124
وَمَنۡ اَعۡرَضَ عَنۡ ذِكۡرِىۡ فَاِنَّ لَـهٗ مَعِيۡشَةً ضَنۡكًا وَّنَحۡشُرُهٗ يَوۡمَ الۡقِيٰمَةِ اَعۡمٰى
Yang artinya ''Dan barangsiapa berpaling dari peringatanku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta."
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي
Menurut Ibn Katsir adalah "dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku". Yaitu menentang perintah-Ku dan menentang apa yang Kuturunkan kepada rasul-rasul-Ku, lalu ia berpaling darinya dan melupakannya serta mengambil petunjuk dari selainnya. Namun kata ذِكۡرِىۡ sebenarnya akan sangat sederhana jika kita artikan dengan eling marang Gustine, yang didasari oleh pengenalan yang akrab, intim dan intens, sehingga pengenalan atau pemahaman akan Allah itu membuat dzikir kita berbobot dan bermakna. Dzikir itu akan memenuhi seluruh relung jiwa, melapangkan dada, menjernihkan pikiran, dan hadir mempengaruhi alam syahadah atau alam dunia ini dengan kelapangan. Semua akan begitu mudah dan hanya menghadirkan kesyukuran, kenikmatan dan selalu begitu daiman.
Manakala dzikir telah menjadi bagian dari nafas kita, maka ibadah dan juga muamalah akan menjadi serba mudah dan indah, karena kita selalu bersama dengan Allah Yang Rahmatnya memenuhi segala sesuatu. Dan jika rahmatNya telah memenuhi segala sesuatu maka tidak akan ada sesuatu apapun yang bisa menyempitkan hati kita yang telah dipenuhi oleh Rahmat Allah.
Hadirin Rahimakumullah.
Sebagaimana lazim kita rasakan bahwa kebahagiaan adalah kepuasan dan kenyamanan yang lebih kepada "roso" , yang rasa itu sendiri lebih terasa nikmat jika merupakan rasa batin bukan rasa lidah. Dan rasa bahagia batin yang hakiki adalah bersemayamnnya Allah Sang Penguasa jagad alit dan jagad gede dalam diri kita. Sebagai contoh bahwa kebersamaan kita dengan Allah akan menjauhkan kita dari kesempitan hidup yang salah satu bentuknya adalah kesedihan misalnya dalam surah At Taubah ayat 40
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
Yang artinya "Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita."
Dengan demikian Jamaah yang dirahmati Allah, ada cara gampang yang diajarkan Allah bahwa dengan membiasakan diri selalu bertaqwa, mendekat dan mengaitkan semua hal dalam hidup kita kepada Allah melalui dzikir kepada-Nya akan melapangkan segala kesempitan hidup. Semoga kita selalu merasakan kehadiran Allah dalam segala hal yang kita rasakan dan hadapi, dan mudahan kita menjadi hamba-hamba-Nya yang selalu dzikir, eling pada-Nya. Amin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Contoh 2 : Cinta Hamba Kepada Tuhannya
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hadirin jamaah sholat Jumat yang dimuliakan Allah,
Marilah bersyukur dengan kesyukuran penuh kehadirat Allah, atas kesehatan badan, kedamaian jiwa, dan kemurnian ruh sehingga dengan haul dan quwwah-Nya kita tetap menjadi hamba yang bertakwa. Hamba yang dengan kesadaran akan huquq rububiyah selalu mengisi kehidupan hanya untuk beribadah dan menghindari batasan-batasan yang telah ditentukan-Nya.
Hadirin jamaah Jumat yang berbahagia marilah mengingat kembali, bahwa kehadiran kita di bumi ini adalah untuk beribadah ke hadirat Allah. Ibadah dalam arti khusus iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin (hanya kepada Allah saja kita menyembah dan hanya kepada Allah saja kita memohon) dan Ibadah dalam arti luas berupa pengabdian dalam semua bidang kehidupan yang didasari dan diarahkan untuk mecapai ridhaNya.
Allah berfirman dalam surah QS. Al-Baqarah: 165
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ
.....﴿البقرة : ۱۶۵﴾
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.
Ayat ini memperingatkan kita untuk tidak membuat sesembahan selain Allah, karena hanya Dialah Tuhan Yang Haq, yang tiada bandingan bagi Nya. Yang paling mencintai hambaNya. Dan sangat tidak patut bagi makhluk mencintai makhluk lain melebihi kecintaanya kepada Pencipta cinta, Allah subhanahu wa ta'ala. Sedangkan orang yang beriman kecintaannya sangatlah besar ke hadirat Allah.
Syekh Ibnu Athaillah menjelaskan bentuk cinta kepada Allah. Menurutnya, cinta kepada Allah adalah cinta sejati yang menumbuhkan keikhlasan dan membuahkan kenikmatan.
لَيْسَ الْمُحِبُّ الذي يَرْجُوْ مِنْ مَحْبٌوْبِهِ عِوَضاً أَوْ يَطْلُبُ مِنْه غَرْضاً . فَإِنَّ الْمُحِبَّ مَنْ يَبْذَلُ لَكَ ، لَيْسَ الْمُحِبُّ مَنْ تَبَذَّلَ لَهُ
Artinya, "Pecinta itu bukanlah orang yang mengharapkan imbalan dari kekasihnya atau mengejar sebuah tujuan dari sang kekasih. Pecinta itu orang yang berbuat sesuatu untukmu. Pecinta itu bukan orang yang diberikan sesuatu olehmu."
Cinta seorang hamba kepada Rabb mengalirkan peribadatan yang indah, pengabdian yang lembut, dan menenggelamkan semua aktifitas dalam samudera kasih sayangNya. Sehingga tiada tersisa dalam diri hamba kecuali dipenuhi rasa welas asih dan kasih sayang dalam kehidupan, karena ia menyadari bahwa Allah menyatakan:
وَرَحۡمَتِىۡ وَسِعَتۡ كُلَّ شَىۡءٍ
dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu (al a'raf 156)
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Semoga rahmat Allah meliputi kita semua, sehingga keimanan kita mewujud, tampak dalam wajah kasih sayang, saling mengayomi, memudahkan, menyelesaikan dengan bijak semua gebyaring dunia yang fana ini. Sebagaimana nabi kita sayyidul basyar Muhammad rasulullah adalah rahmatan lil a lamiin. Rahmat Allah untuk alam semesta semua.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Contoh 3 : Keistimewaan Al-Qur'an
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah.
Marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan cara menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya kapanpun dan dimanapun kita berada. Dengan satu keyakinan bahwa hanya dengan ketaqwaan itulah kita akan mendapatkan kebaikan, kebahagiaan serta keselamatan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah.
Kandungan Al-Quran Al-Karim memiliki keunikan dan kemukjizatan yang membuat orang terpesona berkaitan dengan susunan kata dan kalimatnya. Salah satu keistimewaan Al-Quran Al-Karim adalah kalimatnya yang singkat tetapi memiliki makna yang luas. Singkat tapi sarat akan makna, bagaikan berlian yang memancarkan cahaya dari setiap sisinya.
Jika kita memandang dari satu sisi, sinar yang dipancarkan berbeda dengan sinar yang memancar dari sisi yang lain. Bahkan bila orang lain yang memandangnya maka apa yang dilihatnya akan berbeda satu dengan yang lain. Sebagai contoh dalam Surat Al-Baqarah ayat 212 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
وَاللّٰهُ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ.
Ayat ini bisa berarti :
1. Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi rizqi kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya tanpa ada yang berhak mempertanyakan kepada-Nya mengapa Dia memperluas kepada seseorang dan mempersempit kepada yang lain.
2. Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya tanpa memperhitungkan pemberian itu (karena Allah Maha Kaya).
3. Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan rezeki tanpa yang diberi rezeki tersebut dapat menduga kehadiran rezeki itu.
4. Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan rezeki kepada seseorang tanpa yang bersangkutan dihitung secara detail amal-amalnya.
5. Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan rezeki kepeda seseorang dengan jumlah rezeki yang amat banyak sehingga yang bersangkutan tidak mamapu menghitungnya.
Pengertian yang pertama (1) menjelaskan perolehan rezeki yang pada dasarnya adalah karena anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bukan ditentukan oleh upaya manusia. Sehingga banyak orang telah berusaha tapi gagal dan ada yang tidak berusaha tetapi rezeki malah mendatanginya.
Pengertian kedua (2) menggarisbawahi bahwa betapa luas kekayaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dalam pandangan manusia begitu luasnya bahkan tanpa batas.
Pengertian ketiga (3) mengisyaratkan bahwa ada orang-orang yang dianugerahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala rezeki dari sumber yang dia tidak diduga sebelumnya.
Pengertian keempat (4) mengisyaratkan bahwa orang-orang mukmin yang dimasukkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ke Surga tanpa Allah Ta'ala melakukan perhitungan yang mendetail tentang amal-amalnya.
Pengertian kelima (5) mengandung arti bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala melipat gandakan ganjaran seseorang, dengan pelipatgandaan yang tidak dapat dihitung.
Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah.
Seluruh makna yang telah disebutkan tadi, kesemuanya telah tercakup dalam pengertian ayat:
وَاللّٰهُ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ.
Bahkan boleh jadi masih ada makna yang lain yang dapat digali dari ayat tersebut. Para ulama yang berkecimpung dalam studi Al-Qur'an Al-Karim akan dapat menangkap makna-makna baru yang belum terungkap oleh penelitian dan studi manusia pada generasi yang lalu.
Mudah-mudahan kita senantiasa mendapatkan hidayah dari Allah Ta'ala sehingga kita termasuk orang yang mengimani Al-Quran Al-Karim berikut kemukjizatannya yang pada akhirnya menghantarkan kita mencapai akhir kehidupan di dunia yang khusnul khotimah. Amin
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Contoh 4 : Menjadi Makhluk Yang Mulia
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ma'asyiral Muslimin Rohimakumulloh...
Alhamdulillah, seiring dengan bertambahnya umur kita, mari kita manfaatkan umur kita ini untuk memperbaiki kualitas penghambaan kita kepada Allah SWT. Kita tingkatkan prestasi ibadah kita, kita perbaiki kualitas ibadah kita dan semaksimal mungkin kita berusaha agar seluruh ibadah yang kita laksanakan punya dampak (atsar) terhadap perbaikan akhlak kita, baik akhlak kepada Allah dan akhlak kita kepada sesama manusia. Hanya dengan cara yang demikianlah, umur yang Allah berikan kepada kita akan punya makna sekaligus akan menghantarkan kita kepada umat yang yang beruntung dan umat yang mulia di hadapan Allah SWT.
Ma'asyiral Muslimin Rohimakumulloh...
Pada hari yang penuh keberkahan ini, mari sejenak kita merenungkan surat al-Tin ayat ke empat:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
(sungguh aku ciptakan manusia itu dalam kondisi sebaik-baik bentuk)
Ayat di atas memberikan gambaran akan kelebihan dan keistimewaan yang diberikan Allah kepada Kita sebagai manusia, yaitu sebagai makhluk yang paling sempurna bentuknya. Kesempurnaan kita, tidak hanya sebatas pada bentuk fisik kita, melainkan juga, Allah memberikan keistimewaan berupa akal yang berfungsi untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk; mana yang pantas dan mana yang tidak pantas, mana yang sah dan mana yang batil.
Berkaitan dengan hal ini, Imam Al Ghazali mengkategorikan makhluk Allah itu ada empat macam;
1. Makhluk yang hanya mendapat karunia akal saja, tidak dikaruniai nafsu , itulah para Malaikat.
2. Makhluk yang mendapat karunia nafsu saja, tetapi tidak dikaruniai akal , itulah hewan.
3. Makhluk yang tidak dikaruniai akal, dan tidak dikaruniai nafsu , itulah kayu , batu dan benda benda mati lainnya.
4. Makhluk yang mendapat karunia akal, tetapi juga dikaruniai nafsu, itulah kita manusia.
Akal mempunyai potensi positif. Ia akan mendorong yang siapa yang ditempatinya untuk senantiasa berbuat baik dan mencegahnya dari perbuatan yang tidak baik. Sementara nafsu punya potensi buruk. Ia akan memprovokasi siapa saja yang ditempatinya untuk cenderung melakukan sesuatu yang menyenangkan tanpa mempertimbangkan apakah itu termasuk perbuatan yang baik atau buruk; haq atau batil dan juga sama sekali tidak mempertimbangkan pantas apa tidak. Sehingga wajar, kalau malaikat punya kecenderungan untuk selalu berbuat baik, karena ia hanya dianugerahi akal saja. Pun juga sangat bisa dimaklumi, kalau hewan melakukan sesuatu sesukanya tanpa mempertimbangkan baik buruk, sah atau batal, pantas atau tidak pantas, karena ia hanya diberi nafsu saja oleh Allah.
Dengan demikian kita berbeda dengan malaikat yang hanya dikaruniai akal, berbeda dengan hewan yang hanya dikaruniai nafsu saja. Kita oleh Allah dianugerahi baik akal dan nafsu. Tugas kita adalah mengelola keduanya dengan baik.
Ketika akal dijadikan penuntun, akal dijadikan pengontrol keinginan nafsu, maka manusia akan menjelma sebagai makhluk yang paling mulia, makhluk yang ahsani taqwim sebagaimana surat al-Tin ayat ke empat di atas.
Di dalam Surat an-Nazi'at ayat 40-41 Allah berfirman:
(وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, "maka sungguh, surgalah tempat tinggal (nya). (ayat 41)"
Kedua ayat di atas dapat diterjemahkan secara secara global bahwa orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dengan melakukan amal saleh dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya dengan menaati ajaran agama, maka sungguh, surgalah tempat tinggal-nya untuk selama-lamanya dengan segala kenikmatan di dalamnya. Itulah anugerah agung Tuhan Yang Maha Pemurah.
Sebaliknya, jika nafsu yang memegang kendali, akal tunduk dengan nafsu, maka yang terjadi adalah manusia lebih jahat, lebih ganas dan lebih buas daripada binatang buas sekalipun.
Makanya Allah menyebut pada Surat al-Tin ayat 5:
(ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (التين/5
"kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,"
Di dalam Surat al-A'raf: 179, Allah berfirman:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ ( الأعراف / 179
Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.
Ma'asirol Muslimin rahimahullah;
Mari kita senantiasa berusaha, berjuang agar kita bisa mengendalikan hawa nafsu kita, tidak membiarkan diri kita menuruti kata dan keinginan nafsu yang cenderung ingin berbuat yang tidak baik, senang berbuat dosa, maksiat. Semoga Allah melindungi dan memberkati kita, menjadi orang-orang yang ahsani taqwim, orang yang mulia di hadapan Allah SWT. Amin Ya rabbal alamin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Contoh 5 : Pahala Orang Mukmin Diberikan di Akhirat
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ma'asyirol muslimin rohimakumulloh
Mengapa pahala orang beriman pasti diberikan di akhirat?
Dalam kitab al-hikam dijelaskan
إِنَّمَا جَعَلَ الدَّارَ الْأَخِرَةَ مَحَلاًّ لِجَزَاءِ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ، لِأَنَّ هَذِهِ الدَّارَ لاَ تَسِعُ مَا يُرِيْدُ أَنْ يُعْطِيَهُمْ وَلِأَنَّهُ أَجَلَّ أَقْدَارَهُمْ عَنْ أَنْ يُجَازِيْهِمْ فِى دَارٍ لاَ بَقَاءَ لَهَا
Artinya :Sesungguhnya Allah menjadikan negeri akhirat itu, hanyalah sebagai negeri tempat pembalasan amal ibadah orang-orang mukmin, karena alam dunia ini tidak cukup untuk menjadi imbalan dari amal ibadah mereka, demikian juga karena Allah menyayangi mereka, sehingga tidak memberikan hasil jerih payah mereka di tempat yang tidak kekal ini.
Ma'asyirol muslimin rohimakumulloh
Allah menjadikan pahala bagi orang-orang mukmin untuk diberikan di akhirat karena dua hal yaitu;
Pertama, di dunia ini tidak cukup menampung berbagai kenikmatan yang hendak diberikan oleh Allah SWT kepada orang-orang mukmin itu sangat besar. Bisa dibayangkan satu kerajaan saja yang hendak diberikan Allah kepada seorang mukmin itu luasnya sejauh perjalanan lima ratus tahun, sebagaimana yang telah dijelaskan Rasulullah dalam haditsnya. Ditambah lagi berbagai keistimewaan dan aneka kenikmatan yang Allah berikan, sungguh dunia ini tidak cukup muat untuk menampungnya. Kehidupan dunia ini sungguh menyedihkan dan penuh dengan kerendahan, kehinaan dan kekurangan. Sementara kenikmatan yang diperuntukkan ahli surga itu sangat mulia dan tinggi nilainya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits
إِنَّ مَوْضِعَ سَوْطٍ فِي الْجَنَّةِ لَخَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وإنّ نُوْر سُوَارِ حَورَاء يَطْمَسُ نُورَ الشَّمْسِ
Artinya : Sesungguhnya tempat pecut (cambuk kuda) di dalam surga itu lebih baik daripada dunia seisinya, dan cahaya gigi seri bidadari surga akan dapat memadamkan matahari.
Dalam alqur'an Surat As Sajdah Ayat 17 Allah berfirman
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّآ أُخْفِىَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Artinya : Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.
Ma'asyirol muslimin rohimakumulloh
Kedua, Allah mengagungkan dan meninggikan derajat hamba-hambanya yang mukmin, Allah tidak menjadikan balasan kepada mereka atas ketaatannya di dunia yang bersifat fana (rusak ) ini. Karena kenikmatan dunia bersifat semu dan cepat sirna, setiap sesuatu yang bersifat rusak, sekalipun masanya panjang, maka akan menyisakan penyesalan dan kesedihan. Namun Allah hendak memberikan kenikmatan besar bagi orang mukmin di ialah surga yang abadi, dan yang abadi itu di akhirat bukan di dunia fana ini.
Allah Swt menjadikan akhirat sebagai tempat orang beriman atas hasil usaha dan amal ibadahnya. Sebagaimana janji Allah dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat : 25
وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا۟ مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِّزْقًا ۙ قَالُوا۟ هَٰذَا ٱلَّذِى رُزِقْنَا مِن قَبْلُ ۖ وَأُتُوا۟ بِهِۦ مُتَشَٰبِهًا ۖ وَلَهُمْ فِيهَآ أَزْوَٰجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ
Artinya : Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka kekal di dalamnya
Hidup di akhirat lebih baik, bahkan hidup di akhirat bersifat abadi. Di akhirat inilah Allah SWT memberi semua keinginan hamba-hambanya yang mukmin sesuai amal perbuatannya selama di dunia, oleh karenanya begitu banyak pahala yang akan diterima oleh orang-orang mukmin ini, sehingga semua nya diberikan oleh Allah di akhirat, tidak di dunia. Oleh karena di dunia tidak akan pernah mampu menampung seluruh pahala yang diberikan Allah pada hambanya.
Ma'asyirol muslimin rohimakumulloh
Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang semangat dalam beribadah menjauhi segala larangannya sehingga kita memperoleh pahala/kenikmatan-kenikmatan syurga besok di akhirat amin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Contoh 6 : Kembali Kepada Tujuan Penciptaan
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hadirin jamaah jumat yang dimuliakan Allah.
Marilah kita bersyukur kehadirat Allah yang selalu memberikan limpahan karunia inayah dan hidayah sehingga kita masib tetap dalam ubudiyah kehadiratNya. Dan marilah bermunajat semoga kita ditetapkan menjadi hamba yang memiliki haul dan quwwah dariNya untuk bertaqwa, memiliki kesadaran utuh bahwa ketaatan kehadirat Allah mengantarkan kita pada kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat, dan bahwa melakukan larangan larangan Nya akan merugikan kita di daroin.
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Marilah kita ingat kembali tujuan dari penciptaan kita, sebagaimana firman Allah dalam surah az Zariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Secara sederhana dapat kita pahami bahwa beribadah kehadirat Allah itulah tujuan penciptaan kita. Maka marilah melihat kembali, sejauh ini apakah kita sudah berada dalam lingkup tujuan tersebut, sudahkah kita menjadikan getaran jiwa, pikiran, nafas, dan gerak tubuh hanya untuk beribadah kepadaNya. Kalau belum, marilah kita pahami bahwa sesuatu yang keluar dari tujuan asal ia dibuat maka sesuatu tersebut sedang merusak dirinya, ibarat kapal yang seharusnya berlayar di lautan malah berjalan di jalan raya, atau lihatlah kereta api jika ia meloncat keluar dari rel yang telah ditentukan. Tentunya hanya kerugian dan kesengsaraan yang kita dapatkan.
Lebih dalam dari itu hadirin yang dimulyakan Allah.
شهاب الدين محمود ابن عبدالله الحسيني الألوسي dalam kitabnya : روح المعاني في تفسير القرآن العظيم والسبع المثاني menafsirkan lafadz إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ dengan أي ليعرفون. Bahwa beribadah kehadirat Allah dalam surah az Zariyat tersebut dengan maksud adalah untuk bermakrifat, atau mengenal Allah sebagai Dzat Pencipta makhluk. Akan berbeda rasa dan maknanya ketika kita mengabdi kehadirat Allah didasari oleh ma'rifah dengan ibadah yang tidak disertai ma'rifah.
Oleh karena itu hadirin yang dimuliakan Allah.
Teruslah meningkatkan ketaqwaan kehadirat Allah diawali dengan bermakrifat kehadiratNya, Ibnu Atha'illah yang mengatakan bahwa makrifat itu bisa diartikan dengan mengetahui dan mengenal Allah melalui tanda kekuasaan-Nya yang berupa makhluk ciptaan-Nya. Dengan memperhatikan tanda-tanda kekuasaan-Nya kita bisa mengetahui akan keberadaan dan kekuasaan Allah SWT.
Akan sangat baik jika kita sebagai hamba Allah terus mengenal Pencipta kita, mengakrabi, mencintai dan mengabdi kehadiratNya secara kaffah, utuh menyeluruh zohiran dan batinan. Dan berharap Allah Yang memperkenalkan "diri"Nya, dan hanya Dia yang maha tahu tentang diriNya.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Akhirnya di khutbah yang singkat ini. Marilah kita berdoa, semoga allah melimpahkan rahman dan rahimNya kepada kita, semoga kita dijadikannya hambaNya yang memakrifahiNya, yang selalu menjadikan ibadah tujuan penciptaan kita, dan mengembalikan kita dalam keabadian kasih sayangnya. Amiiiiin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Artikel ini ditulis oleh Marcella Rika Nathasya Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.
(apl/rih)