Khutbah Jumat menjadi salah satu sarana dakwah yang rutin dilakukan setiap minggunya, termasuk di bulan Rabiul Awal yang identik dengan bulan kelahiran Nabi Muhammad. Berikut merupakan beberapa contoh khutbah Jumat di bulan Rabiul Awal secara singkat dan penuh makna.
Khutbah Jumat merupakan salah satu syarat sah dari sholat Jumat, sehingga khutbah ini wajib untuk dilaksanakan. Isi dari khutbah Jumat ini dapat dibuat sesuai dengan topik yang sedang relevan pada saat itu, entah itu berkaitan dengan isu agama atau isu-isu lain yang sedang hangat diperbincangkan. Selain itu, dapat juga disesuaikan dengan konteks waktu pelaksanaan khutbah, seperti menyesuaikan dengan bulan tertentu, seperti ketika bulan Rabiul Awwal.
Berikut detikJateng rangkumkan 5 khutbah Jumat di bulan Rabiul Awwal dikutip dari laman Kementerian Agama, NU Online, dan Universitas Darussalam Gontor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khutbah 1: Maulid Nabi, Kelahiran Sang Pembawa Rahmat
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Dalam hari yang penuh berkah ini, kami mengajak seluruh jemaah untuk terus memelihara dan meningkatkan tingkat ketakwaan kepada Allah semaksimal mungkin. Ketakwaan dalam konteks ini mengacu pada upaya menjauhi segala larangan yang telah ditetapkan oleh Allah, serta melaksanakan segala perintah-Nya. Dengan menerapkan takwa dalam hidup kita, kita akan mendapatkan solusi yang diberikan oleh Allah untuk mengatasi berbagai permasalahan kehidupan, juga akan mendapatkan rezeki yang melimpah yang datang kepada kita tanpa dugaan.
Bulan ini adalah bulan Rabiul Awal, bulan yang sangat mulia karena dalam bulan ini lahir Nabi kita yang menjadi penutup para nabi dan rasul, yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alahi wa sallam. Setelah beliau, tidak ada lagi nabi yang akan diutus oleh Allah.
Jamaah yang dirahmati oleh Allah,
Di bulan yang penuh berkah ini, adalah momen yang sangat tepat bagi kita semua untuk bersyukur kepada Allah karena Dia telah mengutus seorang nabi yang menjadi panutan bagi seluruh manusia. Beliau diutus ke dunia ini sebagai rahmat bagi seluruh alam, seperti yang dijelaskan dalam Surah Al-Anbiya ayat 107: "Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." Imam al-Baidhawi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa mengapa Nabi Muhammad diutus sebagai rahmat adalah karena diutusnya beliau menjadi sumber kebahagiaan dan kebaikan bagi seluruh makhluk di dunia ini, baik di dunia maupun di akhirat.
Imam Ibnu 'Abbas juga menjelaskan dalam tafsirnya bahwa siapapun yang menerima ajaran kasih sayang yang dibawa oleh Nabi dan bersyukur akan mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya. Sebaliknya, siapa yang menolak dan menentang ajaran tersebut, akan merugi.
Kasih sayang yang dicontohkan oleh Nabi tidak hanya sebatas kata-kata, tetapi diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kasih sayang tersebut bersifat universal, diberikan kepada seluruh makhluk Allah. Bahkan kepada orang-orang musyrik, Nabi kita berlaku dengan kesopanan dan penuh kasih. Ingatlah bagaimana Nabi kita menghadapi perlakuan kasar di Thaif, di mana beliau dilempari batu. Meskipun malaikat menawarkan untuk menghancurkan kota itu, Nabi berdoa agar keturunan mereka menjadi orang yang menyembah Allah.
Dalam hadis Shahih Muslim, ada kisah tentang seorang sahabat yang meminta kepada Nabi untuk melaknat orang-orang musyrik. Namun, Nabi menjawab bahwa beliau bukanlah utusan yang datang untuk melaknat, tetapi sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Saudara-saudara yang dirahmati oleh Allah,
Kita semua perlu meneladani sifat pemaaf Nabi kita. Ingatlah peristiwa perang Uhud, di mana pamannya terbunuh oleh seorang budak berkulit hitam bernama Wahsyi. Wahsyi bahkan mencabik-cabik tubuh pamannya. Meskipun begitu, ketika Wahsyi masuk Islam, Nabi memaafkannya, meskipun beliau tidak ingin melihat wajah Wahsyi lagi karena mengingatkan pada kematian pamannya.
Apabila kita menjadi pribadi yang penuh dengan kasih sayang dan pemaaf, kita akan menciptakan perdamaian dalam masyarakat. Itulah kasih sayang yang dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu 'alahi wa sallam. Semoga di bulan Maulid ini, kita semua bisa meneladani sifat dan akhlak mulia beliau untuk mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Khutbah 2: Rayakan Maulid Nabi, Teladani Akhlak Terpuji
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Mari kita bersama-sama mengucap syukur kepada Allah, yang telah memberikan kita anugerah kesehatan dan kesempatan untuk menjalankan ibadah Shalat Jumat berjamaah. Shalawat dan salam kami tujukan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi pemandu kita dari zaman ketidaktahuan menuju cahaya Islam.
Bulan Rabiul Awal adalah bulan yang sangat istimewa, di mana Nabi kita, Muhammad SAW, dilahirkan, tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 571 Masehi, di Kota Makkah. Beliau adalah sosok yang sangat mulia dan penuh keagungan. Nabi Muhammad adalah teladan terbaik bagi seluruh umat manusia. Akhlak-Nya sangat mulia sehingga Allah SWT menyebutnya sebagai contoh yang baik dalam Al-Qur'an:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah." (QS. Al-Ahzab: 21).
Nabi Muhammad adalah teladan yang sempurna dalam segala aspek kehidupan. Kesabaran-Nya dalam menghadapi cobaan dalam berdakwah adalah salah satu contohnya. Beliau bersabar meskipun menghadapi perlakuan yang sangat kejam, seperti saat perang Uhud di mana beliau dan para sahabat mengalami luka dan kesulitan besar.
Akhlak mulia Nabi Muhammad tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Setiap orang yang berinteraksi dengan beliau akan merasakan penghormatan yang mendalam. Beliau juga memiliki kekuatan untuk memenangkan hati orang-orang yang berada di sekeliling-Nya.
Nabi Muhammad tidak pernah membenci atau menyimpan dendam kepada mereka yang pernah menyakitinya. Bahkan ketika diusir dari Makkah dan disakiti, beliau berdoa agar mereka yang menyakitinya mendapatkan hidayah dan kebaikan dari Allah.
Mari kita semua berusaha untuk mengamalkan akhlak terpuji dan budi luhur yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. Semoga kita dapat menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari kita.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Khutbah 3: Belajar dari Optimisme Nabi
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT
Segala puji dan syukur kita persembahkan kepada Allah Swt atas segala karunia dan rahmatnya yang senantiasa diberikan kepada hamba-hambanya. Shalawat dan salam kita haturkan kepada Baginda Rasulullah SAW. Sumber keteladanan, manusia yang paling mulia di muka bumi ini.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT
Islam cepat berkembang dengan landasan perasaan optimisme. Perang Badar misalnya, lebih kurang 300 kaum Muslimin berperang dengan ribuan kaum musyrikin Makkah. Tetapi Rasulullah mampu membakar semangat kaum Muslimin. Rasa optimis akan kemenangan menjadi salah satu kunci kemenangan kaum Muslimin kala itu.
Allah Swt berfirman dalam surah Ali Imran ayat 123:
ΩΩΩΩΩΩΨ―Ω ΩΩΨ΅ΩΨ±ΩΩΩΩ
Ω Ω±ΩΩΩΩΩΩ Ψ¨ΩΨ¨ΩΨ―ΩΨ±Ω ΩΩΨ£ΩΩΨͺΩΩ
Ω Ψ£ΩΨ°ΩΩΩΩΨ©Ω Ϋ ΩΩΩ±ΨͺΩΩΩΩΩΨ§Ϋ Ω±ΩΩΩΩΩΩ ΩΩΨΉΩΩΩΩΩΩΩ
Ω ΨͺΩΨ΄ΩΩΩΨ±ΩΩΩΩ
Artinya: "Sesungguhnya Allah telah menolongmu dalam peperangan Badar. Padahal, kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Oleh sebab itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu mensyukuri-Nya."
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,
Mari kita bayangkan bagaimana perjuangan Rasulullah dalam perang Khandaq, padahal Kaum Makkah saat itu membawa pasukan yang sangat besar. Lagi-lagi perasaan optimis telah membakar semangat kaum muslimin kala itu untuk meraih kemenangan. Para sahabat juga bertindak demikian. Dalam setiap keputusan, atau setiap peperangan besar yang diikuti, tetap saja rasa optimisme bersarang dalam hati para sahabat mulia dengan tekad hidup mulia atau mati syahid. Kita lihat lagi bagaimana dahsyatnya optimisme yang dimiliki para generasi pasca-sahabat.
Warisan ini telah dipraktekkan dengan elegan oleh Bani Umayah dan Abbasiyah, walaupun di kemudian hari, optimisme kaum muslimin mulai surut akibat lebih mementingkan ego dan materi yang telah mampu mengalahkan sifat optimisme.
Dunia memuji optimisme Shalahuddin Al Ayyubi dan Sultan Muhammad Al Fatih dalam membela Islam. Islam mengajarkan nilai optimisme dalam kehidupan. Nilai-nilai optimisme harus ditanamkan pada generasi muda. Masyarakat juga harus optimis dalam mencari nafkah dan pemimpin harus menjalankan janji mereka kepada masyarakat.
Jangan berputus asa dan tetap berjuang melakukan kebaikan sebagai ibadah yang mulia. Ingatlah ayat Surah Al-Hijr ayat 56 yang mengingatkan kita untuk tidak berputus asa dari rahmat Tuhan.
ΩΩΩ ΩΩΩ ΩΩΩΩΩΩΩΨ·Ω Ω ΩΩΩ Ψ±ΩΩΨΩΩ ΩΨ©Ω Ψ±ΩΨ¨ΩΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩΨ§ Ψ§ΩΨΆΩΩΨ§Ϋ€ΩΩΩΩΩΩΩ
Artinya: "Dan tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Khutbah 4: Hujan Rahmat di Bulan Maulid
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, hari Jumat ini kita bersyukur kepada Allah Yang Mahakuasa karena masih diberi kesempatan untuk melaksanakan shalat Jumat, salah satu perintah-Nya. Hari ini terasa istimewa karena ini adalah Jumat di bulan Rabiul Awal, bulan kelahiran manusia paling mulia di dunia, yaitu bulan maulid Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam begitu mulia sehingga beberapa ulama menganggap malam kelahirannya setara dengan malam Lailatul Qadar, karena kedatangan Rasulullah saw sebagai penerima wahyu Al-Qur'an berhubungan erat dengan turunnya Al-Qur'an.
Namun, sangat disayangkan bahwa bulan maulid ini terkadang menjadi ajang saling tuduh dan membid'ahkan karena perbedaan pendapat mengenai hukum peringatan maulid. Seharusnya, di bulan kelahiran Rasulullah ini, umat Islam seharusnya bersatu, meningkatkan ketakwaan, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kita harus mengingat bahwa Allah mengutus Rasulullah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Oleh karena itu, kita seharusnya bersyukur dengan memperbanyak bacaan shalawat kepada Rasulullah dan juga dengan memberikan sedekah kepada kaum fakir miskin. Hal ini akan membuat kita merasa gembira karena kita merayakan rahmat yang Allah telah berikan.
Dalam ayat Surah Yunus ayat 58, Allah berbicara tentang karunia dan rahmat-Nya, yang dalam konteks ini merujuk pada Rasulullah Muhammad. Oleh karena itu, kita seharusnya merasa gembira menyambut rahmat ini. Ada beberapa tanda cinta kepada Rasulullah.
Pertama, taat kepada ajaran Rasulullah, yang merupakan bukti cinta dan penghormatan kepada beliau. Kedua, memperbanyak bacaan shalawat kepada Rasulullah, yang juga merupakan wujud cinta. Ketiga, mengingat beliau dan meneladani kehidupan serta ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
Akhirnya, kita dapat membuktikan cinta kita kepada Rasulullah dengan melakukan perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam musim hujan dan banjir, dengan membantu saudara seiman yang membutuhkan bantuan kita, baik dalam bentuk tenaga maupun materiil. Dengan demikian, kita bisa mengikuti jejak beliau yang selalu peduli terhadap kepentingan umatnya daripada kepentingan pribadi atau golongan. Semoga hujan di bulan maulid ini menjadi rahmat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Khutbah 5: Meneladani Sifat Rasulullah
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Hadirin Jamaah Shalat Jumat,
Marilah kita bersama-sama bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam, karunia yang besar, serta nyawa yang masih diberikan kepada kita. Di momen yang berharga ini, kita merasa diberkahi dengan bulan Rabiul Awwal, yang merupakan bulan maulid atau kelahiran Nabi Muhammad SAW, sosok yang paling mulia dalam sejarah umat manusia. Bulan ini adalah saat kita merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW, dan ini adalah alasan untuk bersukacita.
Sebagai umat Islam, kita memiliki banyak alasan untuk merasa bahagia dalam bulan ini. Bagaimana tidak, pada bulan Rabiul Awwal ini, lebih dari 14 abad yang lalu, seorang Nabi yang menjadi penutup kenabian dan pembawa ajaran yang paling sempurna lahir ke dunia ini.
Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah kepada seluruh manusia, membawa ajaran yang membimbing kita dalam hidup ini. Kegembiraan ini juga tidak terbatas pada kita sebagai umat Islam. Bahkan Nabi Isa AS, yang hidup sekitar 6 abad sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, merasakan sukacita atas kabar gembira akan lahirnya Rasulullah SAW. Kabar ini disampaikan kepada umatnya sebagai tanda bahwa umat manusia akan menerima seorang Rasul yang bernama Ahmad (Muhammad), yang akan membawa ajaran Allah yang terakhir.
Jauh sebelum kelahiran Rasulullah SAW, Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, yang hidup 30 generasi sebelumnya, berdoa kepada Allah SWT agar diutuskan seorang Rasul dari keturunannya. Doa mereka dicabut dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 129, di mana mereka memohon agar diutuskan seorang Rasul yang akan membacakan ayat-ayat Allah, mengajarkan Kitab dan Hikmah, serta menyucikan umat.
Kita sebagai umat Rasulullah SAW memiliki tanggung jawab untuk menyalurkan energi kebahagiaan ini dengan cara yang baik. Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah dengan meneladani akhlak mulia Rasulullah SAW.
Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah SAW menyatakan bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. Akhlak Rasulullah adalah akhlak Al-Quran, dan kita sebagai umatnya diharapkan untuk meneladani kebaikan ini.
Bagaimana kita dapat meneladani akhlak Rasulullah? Salah satunya adalah dengan memperbanyak amalan-amalan sunnah yang telah diajarkan oleh beliau. Shalat tahajud adalah salah satu contohnya. Rasulullah SAW shalat malam hingga kakinya bengkak, dan ketika ditanya mengapa, beliau menjawab bahwa ini adalah bentuk syukur kepada Allah.
Begitu juga dengan puasa sunnah seperti puasa Senin dan Kamis, yang bisa kita praktekkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu, kita harus menjaga akhlak yang baik, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah adalah teladan sempurna dalam hal ini.
Kita harus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik setiap hari dengan meneladani akhlak mulia beliau. Semoga dengan momentum bulan Rabiul Awwal ini, kita dapat memacu diri kita dan keluarga kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan meneladani Rasulullah SAW dalam segala aspek kehidupan kita. Dengan demikian, kita dapat menjadi umat yang lebih baik dan bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Demikian 5 khutbah Jumat bulan Rabiul Awwal yang singkat dan penuh makna. Semoga bermanfaat!
Artikel ini ditulis oleh Muthia Alya Rahmawati peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(par/sip)