Kendaraan Makin Padat di Semarang, Bikin Macet Sana-sini

Kendaraan Makin Padat di Semarang, Bikin Macet Sana-sini

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Selasa, 22 Agu 2023 17:52 WIB
Foto udara suasana simulasi rekayasa lalu lintas untuk proyek peninggian jalan dan jembatan Tol Kaligawe di jalur Pantura, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/6/2023). Simulasi rekayasa lalu lintas yang dilakukan Satlantas Polrestabes Semarang pada Kamis (8/6) hingga Sabtu (10/6) di sekitar titik proyek jalan dan jembatan yang akan terhubung ke jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1A itu sebagai upaya mitigasi penguraian arus lalu lintas di jalur pantura saat pengerjaan proyek tersebut yang direncanakan akan dimulai pada Minggu (11/6). ANTARA FOTO/Aji Styawan/foc.
Ilustrasi Lalu Lintas di Semarang. (Foto: Potret Rekayasa Lalin Proyek Peninggian Jalan dan Jembatan Tol Kaligawe Semarang. Foto: ANTARA FOTO/AJI STYAWAN)
Semarang -

Kendaraan bermotor di Kota Semarang bertambah ribuan kendaraan atau sekitar 6-10 persen per tahun. Hal itu berpengaruh adanya kemacetan di jam-jam tertentu hingga munculnya perlintasan sebidang pada perlintasan kereta api.

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Semarang, Ambar Prasetyo, usai acara Peningkatan Keamanan dan Keselamatan Perlintasan Sebidang Jalur Kereta Api di Wilayah Kota Semarang Tahun 2023 di Aula Kantor PT KAI Daop 4 Semarang.

Ia mengatakan perhitungan jumlah kendaraan di Kota Semarang dilakukan dengan melihat jumlah kendaraan melintas di kelas jalan tertentu. Kemudian didapati jika jumlah kendaraan meningkat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kenaikan 6-10 persen per tahun itu data lantas rata-rata di Kota Semarang. Di tengah kota bisa sampai 10 persen, pinggiran bisa 6 persen. Itu semuanya, ya mobil motor semua, campur," kata Ambar di lokasi acara, Selasa (22/8/2023).

Ia mencontohkan di Jalan Pandanaran kendaraan yang melintas sekitar tahun 2018 adalah sekitar 2.000 kendaraan per jam. Saat ini sudah mencapai sekitar 3.000 kendaraan per jam.

ADVERTISEMENT

"Contoh di Pandanaran lima tahun lalu paling 2.000 sekian kendaraan per jam. Sekarang bisa 3.000. Itu terutama pada jam-jam puncak, peak pagi, peak sore, pasti seperti itu," jelasnya.

Ambar kemudian juga menjelaskan soal penambahan jumlah kendaraan ikut berdampak pada adanya perlintasan sebidang di jalur kereta. Awalnya perlintasan bisa muncul liar karena kebutuhan masyarakat. Jika hal itu krusial maka harus dikoordinasikan dan menjadikannya legal dan aman.

"Kalau dengan pertumbuhan kendaraan sekian ini yang melewati perlintasan sebidang kereta kan problem. Kalau tidak sebidang tidak masalah. Kalau berpenjaga, berpalang nggak masalah karena SOP bener. Itu kan dari kota dan PT KAI coba cek bertahap dan tingkatkan yang semula liar menjadi terkontrol, karena keselamatan penting," tegasnya.

Ia juga berharap agar pengguna jalan paham dengan kelas jalan yang harus dilalui agar peristiwa truk tertabrak kereta di perlintasan Madukoro beberapa waktu lalu tidak terulang. Dengan semakin bertambahnya kendaraan harus didampingi juga dengan pemahaman soal kelas jalan.

"Yang kemarin itu bagaimana bisa lewat jalan di Madukoro? Apakah boleh? Terkait kelas jalan itu juga punya klasifikasi macam-macam," katanya.

Terpisah, Kepala KAI Daop 4 Semarang Wisnu Pramudyo dalam catatannya menyebut di wilayahnya ada 342 perlintasan sebidang dengan rincian 172 perlintasan dijaga, baik itu oleh pihak KAI, Dishub, ataupun swadaya, serta 170 perlintasan tidak dijaga. Pihaknya juga mendorong pembangunan perlintasan sebidang yang aman dan sesuai aturan atau menutupnya jika berpotensi membahayakan masyarakat pengguna jalan.

"Diharapkan melalui diselenggarakannya sosialisasi dengan konsep diskusi dan sharing experience ini, dapat memberikan kesamaan persepsi seputar aturan tentang keselamatan di perlintasan kepada seluruh stakeholder. Selanjutnya melalui satu kesepahaman tersebut dapat memotivasi untuk bersama-sama mengembangkan budaya keamanan dan keselamatan, sehingga dapat mempertahankan kinerja keamanan dan keselamatan khususnya bidang perkeretaapia," kata Wisnu.




(rih/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads