Anggota Paskibra TA (16) warga Desa Bogem, Kecamatan Bayat, Klaten meninggal dunia setelah kejang dan dibawa ke Puskesmas Bayat. Meninggalnya siswi SMK N itu berbuntut warga mendatangi Puskesmas karena saat kejadian tidak ada dokter dan tidak ada sopir ambulans.
Paman TA, Giyanto, menyatakan keponakannya itu sejak pagi ke sekolah. Di sekolah tidak ada kegiatan belajar, TA hanya ikut latihan Paskibra sampai sore.
"Ikut kegiatan Paskibra sampai sore. Pulang dari sekolah sekitar jam 16.00 WIB," kata Giyanto kepada detikJateng, Jumat (11/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah pulang sekolah, tutur Giyanto, TA sempat berada di rumah sebentar lalu keluar lagi mengantar temannya.
"Sehabis pulang, jam 17.00 WIB beraktivitas biasa di rumah, bercanda dengan ayah ibunya. Habis maghrib bercanda dengan keluarga di depan televisi tapi kaki merasa pegal minta dipijat," jelas Giyanto.
Oleh sang ayah, kata Giyanto, langsung dipijat sambil nonton televisi tetapi setelah itu pingsan. Setelah itu dibawa ke Puskesmas jam 18.30 WIB, perjalanan sekitar lima menit.
"Sekitar lima menit, saya duluan pakai motor dan mobil yang membawa di belakang. Sampai sana dicek tapi dinyatakan meninggal," sambung Giyanto.
Giyanto menyatakan tidak mengetahui detail soal kegiatan keponakannya sebagai paskibra.
"Atau dari sekolah dikirim ke sana saya juga tidak tahu. Yang jelas pak camat Kapenewon Gedangsari dan sekolah juga hadir melayat," imbuh Giyanto.
"Bocahnya aktif, tidak ada keluhan," ucap Giyanto.
Namun TA sempat dibawa ke Puskesmas dan didiagnosa kelelahan.
"Alhamdulillah diobservasi satu jam setengah dinyatakan baik dan dibawa pulang dibawa obat yang masih dikonsumsi. Terus hari Rabu itu kejadian begitu lagi sampai fatal," pungkas Giyanto.
Diberitakan sebelumnya, anggota pasukan pengibar bendera (Paskibra) warga Desa Bogem, Kecamatan Bayat, Klaten, meninggal dunia setelah latihan. Meninggalnya TA (16) siswa SMK tersebut berbuntut panjang karena warga ramai-ramai datangi Puskesmas.
Warga perwakilan beberapa desa sekitar pukul 08.00 WIB berkumpul di tugu antara Desa Nengahan dan Bogem. Setelah berkumpul, belasan warga dengan mobil dan sepeda motor menuju Puskesmas.
"Kita banyak sekali menerima keluhan dari masyarakat Bayat, Puskesmas Bayat itu sering nggampangke (meremehkan). Ketika kita kirim pasien sering tidak ada dokter, ketika ada pasien perlu dirujuk bilang tidak ada sopir," kata Ripto, warga Desa Paseban saat audiensi, Kamis (10/8).
(sip/apl)