Wajib Mondok UIN Semarang Diprotes Buntut Viral Makanan Basi

Wajib Mondok UIN Semarang Diprotes Buntut Viral Makanan Basi

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 11 Agu 2023 07:30 WIB
Mahasiswa UIN Walisongo Semarang melakukan unjuk rasa meminta program wajib mondok bagi mahasiswa baru disetop buntut curhatan viral makanan basi. Foto diunggah pada Kamis (10/8/2023).
Mahasiswa UIN Walisongo Semarang melakukan unjuk rasa meminta program wajib mondok bagi mahasiswa baru disetop buntut curhatan viral makanan basi. Foto diunggah pada Kamis (10/8/2023). Foto: dok. BEM UIN Walisongo Semarang
Solo -

Sejumlah mahasiswa UIN Walisongo Semarang memprotes kebijakan wajib mondok di kampusnya dan meminta program itu disetop. Sebab, muncul video keluhan mahasiswa terkait makanan yang disediakan basi.

Video itu turut diunggah akun TikTok @m***. Dalam video itu terlihat empat perempuan yang mengeluhkan makanan yang disediakan oleh Ma'had Al Jamiah UIN Walisongo dinilai tak layak makan.

"Kami dari santri Ma'had Al Jamiah UIN Walisongo sudah tidak kuat sudah tidak kuat dengan sarana prasarana, makanan yang diberikan UIN Walisongo Semarang yang seakan tidak menganggap kami manusia, bukan pertama kali kami diberikan makanan basi," kata dua wanita di video itu secara bergantian, seperti dilihat detikJateng, Kamis (10/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka pun meminta program mondok atau ma'had ini ditiadakan jika penyelenggara tidak serius mengurus santri. Program ma'had ini diketahui program wajiba para mahasiswa UIN walisongo untuk tinggal di asrama atau pondok yang disediakan kampus dan mitranya.

Terkait program ini, BEM UIN Walisongo mengaku menerima banyak keluhan soal program tersebut.

ADVERTISEMENT

"Ada berbagai aduan salah satunya yang tertera di video yang ramai itu juga yang makanan katanya basi dan ada beberapa fasilitas yang kurang memadai, kemudian ada juga yang di pondok mitra," ujar Ketua BEM UIN Walisongo Faris Balya saat dihubungi, Kamis (10/8).

Program ma'had ini baru pertama kali diwajibkan kepada para mahasiswa baru UIN Walisongo. Program mondok satu semester ini mulanya hanya wajib bagi mahasiswa yang tak lolos tes baca tulis Al-Qur'an.

Para mahasiswa pun dikenakan biaya sebesar Rp 3 juta untuk fasilitas, dan Rp 450 ribu per bulan untuk uang makan. Namun, sejak 4 Agustus lalu pihaknya menerima banyak aduan terutama soal makanan dan air yang sering mati. BEM UIN Walisongo Semarang pun menggelar unjuk rasa sebagai protes dan menuntut kampus menghentikan program tersebut.

"Tuntutan kita yaitu pembatalan program wajib ma'had karena kita melihat dari banyaknya aduan tersebut banyak pihak yang merasa dirugikan jadi kita menyimpulkan bahwa untuk tahun ini program kewajiban ma'had untuk 100 persen mahasiswa barunya itu belum siap," kata Faris.

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang melakukan unjuk rasa meminta program wajib mondok bagi mahasiswa baru disetop buntut curhatan viral makanan basi. Foto diunggah pada Kamis (10/8/2023).Mahasiswa UIN Walisongo Semarang melakukan unjuk rasa meminta program wajib mondok bagi mahasiswa baru disetop buntut curhatan viral makanan basi. Foto diunggah pada Kamis (10/8/2023). Foto: dok. BEM UIN Walisongo Semarang

Respons UIN Walisongo

Pihak UIN Walisongo menyebut informasi yang disampaikan video viral itu tidak sepenuhnya benar. Pihaknya pun bakal mengoreksi permasalahan konsumsi.

"Mengenai temuan buruknya layanan katering sebagaimana tergambar dalam video beredar itu tidak sepenuhnya benar. Namun bagi UIN Walisongo ini adalah pengingat yang perlu direspons secara positif, sehingga telah dilakukan evaluasi terhadap mutu layanan katering dan memberlakukan uji petik secara rutin," demikian pernyataan tertulis yang diteken Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama UIN Walisongo Achmad Arief Budiman.

Achmad mengatakan program katering hanya wajib pada bulan pertama kegiatan wajib mondok tersebut. Hal itu dinilai bisa membantu santri luar daerah yang kemungkinan belum cukup mengenali lingkungan.

"Santri boleh memilih meneruskan langganan katering pada bulan kedua atau berhenti berlangganan," ujarnya.

Terkait program ma'had, Achmad menyebut program mondok merupakan mandatori atau bersifat wajib dari Kementerian Agama (Kemenag).

Dijelaskan juga jika pengembangan moderasi agama ini dilakukan melalui program Ma'had Al Jami'ah bagi mahasiswa di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).

"Program pema'hadan bagi mahasiswa UIN merupakan program mandatori dari Kementerian Agama melalui Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 7272 tahun 2019 tentang Pedoman Implementasi Moderasi Beragama pada Pendidikan Islam," kata Achmad dalam keterangannya.

Selengkapnya di halaman berikut, mahasiswa demo tuntut program wajib mondok disetop....

BEM Tuntut Program Wajib Mondok Disetop

Terkait pernyataan tersebut, pihak BEM mengaku sudah mengkonfirmasi ke Kemenag. Menurutnya, Kemenag tak pernah mewajibkan dan hanya memberikan panduan jika kegiatan tersebut ingin diselenggarakan.

"Kita kroscek ke Kementerian Agama melalui Kasubdit Kemahasiswaan Kementerian Agama, mengatakan tidak ada instruksi apa pun bagi PTKI untuk melaksanakan wajib ma'had. Namun Kemenag hanya memberikan panduan-panduan ketika kampus-kampus itu, kampus di bawah Kementerian Agama, ingin melaksanakan program kema'hadan," jelasnya.

Faris menyebut sudah melakukan aksi untuk meminta program tersebut disetop. Dia juga membacakan surat terbuka bagi Kementerian Agama agar mengevaluasi program ma'had di UIN Walisongo.

"Aksi itu kita tutup dengan pembacaan surat untuk Kementerian Agama khususnya untuk Menteri Agama. Harapan kita Menteri Agama bisa merespons, karena dari awal kampus selalu mengatakan bahwa program wajib ma'had itu adalah instruksi dari Kementerian Agama," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kecelakaan Karambol di Tol Gayamsari Semarang, 8 Orang Terluka"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads