Sebuah video yang menayangkan keluhan mahasiswa terkait makanan yang disediakan saat menjalankan program wajib mondok atau ma'had di UIN Walisongo, Semarang viral. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) meminta program itu disetop dulu.
Video yang dimaksud turut diunggah di akun TikTok @m***. Dalam video itu terdapat empat perempuan yang mengeluhkan makanan yang disediakan oleh Ma'had Al Jamiah UIN Walisongo, yang dinilai tidak layak.
"Kami dari santri Ma'had Al Jamiah UIN Walisongo sudah tidak kuat sudah tidak kuat dengan sarana prasarana, makanan yang diberikan UIN Walisongo Semarang yang seakan tidak menganggap kami manusia, bukan pertama kali kami diberikan makanan basi," kata dua wanita di video itu secara bergantian, seperti dilihat detikJateng, Kamis (10/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka meminta program wajib ma'had ditiadakan apabila penyelenggara tidak serius dalam mengurus santri yang ada di dalamnya.
Sebagai informasi, program ma'had adalah program di mana mahasiswa baru UIN Walisongo diwajibkan untuk tinggal di asrama atau pondok yang disediakan kampus dan mitranya. BEM UIN Walisongo juga mengaku sudah mendapat banyak keluhan terkait program tersebut.
"Ada berbagai aduan salah satunya yang tertera di video yang ramai itu juga yang makanan katanya basi dan ada beberapa fasilitas yang kurang memadai, kemudian ada juga yang di pondok mitra," ujar Ketua BEM UIN Walisongo Faris Balya saat dihubungi, Kamis (10/8).
Dia menyebut ini merupakan tahun pertama UIN Walisongo mewajibkan mahasiswa barunya untuk mondok selama satu semester. Tahun sebelumnya program itu hanya diwajibkan bagi mahasiswa yang tidak lolos tes baca tulis Al-Qur'an.
"Angkatan 2023 itu diwajibkan untuk berada di asrama atau di ma'had selama satu semester, dibikin dua gelombang," ujarnya.
Untuk program itu, mahasiswa harus membayar Rp 3 juta untuk fasilitas dan Rp 450 ribu per bulan untuk uang makan. Namun, sejak 4 Agustus lalu, pihaknya mendapat banyak aduan terkait fasilitas di ma'had.
"Jadi kita mendapat informasi memang dari mahasiswa baru dan berada di pondok tersebut aduannya banyak mulai dari soal makanan, kemudian banyak air yang sering mati dan lain sebagainya," jelasnya.
Halaman selanjutnya, pernyataan pihak kampus.
Menindaklanjuti hal itu, pihaknya telah melakukan unjuk rasa untuk meminta pihak kampus menyetop program tersebut. Menurutnya, dengan banyaknya keluhan itu, program tersebut dianggap belum siap.
"Tuntutan kita yaitu pembatalan program wajib ma'had karena kita melihat dari banyaknya aduan tersebut banyak pihak yang merasa dirugikan jadi kita menyimpulkan bahwa untuk tahun ini program kewajiban ma'had untuk 100 persen mahasiswa barunya itu belum siap," kata Faris.
![]() |
Faris juga mendapat informasi terkait adanya larangan bagi mahasiswa baru untuk melaporkan keluhannya kecuali pada pengurus ma'had. Hal itu buntut viralnya video keluhan tersebut.
"Kita juga mendapatkan informasi seperti itu tapi kevalidannya kami juga nggak punya informasi secara real terkait hal itu," tambahnya.
UIN Walisongo Evaluasi Katering
Pihak UIN Walisongo menyampaikan bahwa informasi dari video yang beredar tidak sepenuhnya benar. Meski begitu, pihaknya akan mengoreksi permasalahan konsumsi tersebut.
Hal itu tertulis dalam keterangan UIN Walisongo yang ditandatangani Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama UIN Walisongo, Achmad Arief Budiman.
"Mengenai temuan buruknya layanan katering sebagaimana tergambar dalam video beredar itu tidak sepenuhnya benar. Namun bagi UIN Walisongo ini adalah pengingat yang perlu direspons secara positif, sehingga telah dilakukan evaluasi terhadap mutu layanan katering dan memberlakukan uji petik secara rutin," demikian pernyataan tertulis.
Dia juga menyebut bahwa program katering hanya wajib pada bulan pertama pelaksanaan kegiatan wajib mondok tersebut. Hal itu dinilai bisa membantu santri luar daerah yang kemungkinan belum cukup mengenali lingkungan.
"Santri boleh memilih meneruskan langganan katering pada bulan kedua atau berhenti berlangganan," ujarnya.