Penipuan berujung peretasan telepon seluler dengan modus malware berformat apk berkedok file lain marak terjadi. Polda Jateng mendapat banyak aduan soal itu dan menjelaskan beberapa tips menghindarinya.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jateng, Kombes Dwi Subagio mengatakan hampir setiap hari ada 15 sampai 20 aduan soal korban penipuan. Di antara itu ada 5 sampai 10 orang yang menjadi korban malware.
"Di Polda Jateng dalam sebulan terkait dengan penipuan rata-rata sehari bisa terima aduan 15-20, itu campur ya. Kalau malware anggaplah sekitar 5-10 orang," kata Dwi di Mapolda Jateng, Kamis (13/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kerugiannya bervariasi mulai dari Rp 2 juta hingga menyentuh Rp 100 juta. Korban yang tertipu pun dari berbagai kalangan mulai dari masyarakat biasa hingga pejabat. Malware itu juga memungkinkan peretas mengakses perbankan korban jika ponselnya ada aplikasi m-banking.
"Per orang rata-rata ada yang Rp 2 juta. Ada juga yang laporan masuk Rp 50-100 juta," tegasnya.
Dwi pun mewanti-wanti agar masyarakat lebih waspada. Dengan beredarnya malware tersebut, kendali dari ponsel bisa diambil alih orang lain dan nomor yang sudah diretas akan menyebarkan malware itu ke orang lain dalam kontak teleponnya ada grup WhatsApp.
"Tips pertama jangan mudah klik (file yang dikirim)," tegasnya.
Patut dicurigai ketika ada file berformat apk meski dalam nama filenya ditulis format lain misal pdf, jpeg, bahkan file voice note. Selalu perhatikan bagian bawah dari file tersebut karena biasanya terpampang format asli file yaitu apk.
"Contoh yang pdf. Tulisannya pdf (kalau diklik) tahunya kosong. Voice note itu ternyata juga ada yang isinya apk," jelasnya.
Ia menegaskan kembali untuk berhati-hati meski yang mengirim adalah nomor yang sudah dikenal. Jika mendapatkan file tersebut sebaiknya langsung konfirmasi pribadi terhadap si pengirim, jangan diklik unduh dulu.
"Kita kroscek ke teman kita dulu (yang mengirim)" tegasnya.
Selengkapnya baca di halaman selanjutnya....
Penipuan dengan menyebar malware itu memang bisa langsung mengambil alih aktivitas ponsel korban. Dwi menjelaskan ada beberapa modus selain pengiriman apk secara otomatis itu. Ada juga nomor asing yang mengajak kerjasama dengan iming-iming tinggi yang ternyata mengarah juga ke penipuan dan berakhir ponsel tidak bisa diakses bahkan hingga uang tabungan ludes karena m-banking diakses pelaku.
"Jadi apa yang diketik, klik, pelakunya tahu. Aktivitas (onlinenya) beralih dalam kekuasaan pelaku. Modusnya bisa kirim aplikasi, iming-iming penawaran kerja sama, penawaran bekerja," kata Dwi.
Untuk pengungkapan pelaku pembuat atau penyebar malware tersebut memang cukup sulit. Dwi menyebut ada dugaan para pelaku merupakan jaringan yang terkoordinir dengan baik.
"Saya yakin jaringan. Jaringan yang terkoordinir," ujarnya.