Jutaan Pria di Amerika Alami 'Penis Bengkok', Apa Sebabnya?

Jutaan Pria di Amerika Alami 'Penis Bengkok', Apa Sebabnya?

Tim detikHealth - detikJateng
Kamis, 06 Jul 2023 05:30 WIB
ilustrasi ereksi
Ilustrasi penis bengkok (Foto: iStock)
Solo -

Jutaan pria di Amerika Serikat dilaporkan mengidap 'penis bengkok' atau peyronie disease namun malu mengakuinya. Lalu apa yang menyebabkan para pria mengalami hal ini?

"Populasi ini, saya sebut populasi yang 'menderita' dalam kesunyian," jelas ahli urologi dr Mohit Khera dari Baylor College of Medicine, soal penderitaan tersebut, dilansir Daily Mail yang dikutip dari detikHealth, Rabu 95/7/2023).

"Mereka tidak pernah membicarakannya," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khera memperkirakan 7-9 persen pria di AS mengalami 'penis bengkok'. Namun, dari statistik temuan kasus hanya dilaporkan satu dari 100 orang yang mengalaminya. Alasannya karena mayoritas pria takut diejek dan mendapatkan stigma.

Penyebab pasti kelengkungan penis ini belum sepenuhnya dipahami. Namun, banyak faktor risiko yang diyakini mengakibatkan penyakit ini. Misalnya cedera berulang pada anggota tubuh saat berhubungan seks, masturbasi, olahraga atau kecelakaan tertentu.

ADVERTISEMENT

Dalam beberapa kasus, 'penis bengkok' terjadi secara bertahap dan penyakit ini dilaporkan terjadi seiring bertambahnya usia. Rata-rata pria yang terkena peyronie disease ini berada di usia 57 tahun.

Kondisi ini mengakibatkan penis menekuk hingga 180 derajat saat ereksi. Hal ini juga bisa berdampak pada sederet komplikasi. Bahkan banyak pria merasakan sakit luar biasa, disfungsi ereksi hingga tak mampu berhubungan seksual.

Beberapa kasus lain menunjukkan kasus peyronie juga bisa mengalami pengurangan panjang penis.

"Masalahnya adalah hal itu berdampak signifikan pada kualitas hidup mereka," kata Khera.

"Pasien yang mengidap penyakit tersebut memang mengalami depresi. Mereka merasa seperti ada cacat."

Sebuah studi tahun 2021 di Journal of Men's Health menemukan 27 persen pengidap peyronie dilaporkan terkena depresi klinis. Sayangnya, pria enggan mencari pengobatan, alasannya tak lain karena malu.

"Studi menunjukkan bahwa mereka sangat pendiam dan tidak pernah mencari perawatan," kata ahli urologi tersebut, dikutip dari New York Post.




(ams/ams)


Hide Ads